Macron Ajak Aljazair Kubur Sejarah Kelam, Demi Gas Pengganti Pasokan Rusia?

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Jumat, 26 Agustus 2022 15:06 WIB

Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Berlin, Januari 2020. (Algeria Press Service)

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Emmanuel Macron mengajak Aljazair bersama-sama Prancis bergerak melupakan hantu sejarah yang "menyakitkan" dan menatap masa depan.

“Kita memiliki masa lalu yang kompleks dan menyakitkan. Dan itu terkadang menghalangi kita untuk melihat masa depan,” kata Macron setelah bertemu dengan Presiden Aljazair, Abdelmadjid Tebboune, di Aljir, Kamis, 25 Agustus 2022.

Macron melakukan kunjungan tiga hari ke negara Afrika Utara itu sejak Kamis, demikian dilaporkan Reuters.

Trauma pemerintahan kolonial Prancis di Aljazair dan perang kemerdekaan pahit yang berakhir pada 1962 telah menghantui hubungan antara kedua negara selama beberapa dekade dan menjadi sebab banyak perselisihan diplomatik yang terakhir meletus tahun lalu.

Berdiri di samping Macron, Tebboune mengatakan, "Kami berharap kunjungan ini akan membuka perspektif baru untuk kemitraan dan kerja sama dengan Prancis".

Advertising
Advertising

Hubungan dengan Aljazair menjadi lebih penting bagi Prancis karena perang di Ukraina telah meningkatkan permintaan gas Afrika Utara di Eropa, dan karena lonjakan migrasi melintasi Mediterania.

Sementara itu, Aljazair berusaha memanfaatkan harga energi yang lebih tinggi untuk mengunci investasi Eropa.

Negara-negara Eropa sedang berusaha untuk mengakhiri ketergantungan mereka pada hidrokarbon Rusia, memberikan Aljazair - eksportir gas terbesar Afrika dengan jaringan pipa langsung ke Spanyol dan Italia - kekuatan baru.

"Presiden Prancis tentu akan meminta Aljazair untuk berusaha meningkatkan produksi gasnya," kata ekonom Aljazair Abderrahmane Mebtoul seperti dikutip France24.

Tetapi kantor Macron mengatakan bahwa gas bukanlah tujuan utama dari kunjungan itu, dan seorang penasihat mengatakan perjalanan itu "tentang berorientasi pada masa depan".

Macron telah lama ingin membalik halaman dengan Aljazair dan pada 2017 dia menggambarkan tindakan Prancis selama perang 1954-62 yang menewaskan ratusan ribu warga Aljazair sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan".

Deklarasi itu, yang secara politis kontroversial di Prancis, membuatnya populer di Aljazair ketika dia terakhir berkunjung lima tahun lalu dan dia dielu-elukan oleh para pemuda Aljazair.

Macron akan kembali merangkul pemuda Aljazair pada kunjungan ini dengan perhentian terjadwal yang berfokus pada budaya anak muda termasuk breakdance dan musik pop "Rai" Afrika Utara. Prancis adalah rumah bagi lebih dari empat juta orang asal Aljazair.

Namun, harapan Macron untuk bergerak melampaui sejarah penuh era kolonial telah terbukti terlalu dini sebelumnya.

Tahun lalu dia dikutip menyatakan bahwa identitas nasional Aljazair tidak ada sebelum pemerintahan Prancis, dan menuduh para pemimpin Aljazair menulis ulang sejarah perjuangan kemerdekaan berdasarkan kebencian terhadap Prancis.

Komentar tersebut memicu badai di Aljazair, di mana elit penguasa masih didominasi oleh generasi yang berjuang untuk kemerdekaan dan di mana perjuangan itu menempati tempat sentral dalam identitas nasional.

Aljazair menarik duta besarnya untuk konsultasi dan menutup wilayah udaranya untuk pesawat Prancis - memperumit misi militer Prancis di Sahel.

Sebelum pertemuannya dengan Tebboune, Macron mengunjungi sebuah monumen untuk warga Aljazair yang tewas dalam perang, meletakkan karangan bunga di sana. Dia mengatakan kedua pemerintah akan membentuk komite bersama sejarawan untuk mempelajari arsip era kolonial Prancis.

Berita terkait

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

13 jam lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

15 jam lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

1 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

2 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

2 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

3 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

4 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

4 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

5 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

6 hari lalu

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

Sukhoi Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4++ yang dilengkapi dengan teknologi canggih

Baca Selengkapnya