Hengkang dari Rusia, McDonald's Rugi Hingga Rp 18 Triliun
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Dewi Rina Cahyani
Rabu, 27 Juli 2022 13:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan waralaba asal Amerika Serikat McDonald's mencatatkan penurunan pendapatan akibat penjualan yang berkurang karena kenaikan harga di tengah melonjaknya inflasi. Salah satu faktor merosotnya pendapatan adalah keluarnya raksasa makanan cepat saji itu dari Rusia pada April lalu.
Pendapatan keseluruhan McDonald's turun 3 persen pada kuartal kedua, April sampai Juni, menjadi US$ 5,72 miliar atau sekitar Rp 85,9 triliun. Jumlah itu lebih rendah dari perkiraan Wall Streets US$ 5,8 miliar atau sekitar RP 87 triliun, menurut analis yang disurvei oleh FactSet.
McDonald's pada Selasa, 26 Juli 2022, menyatakan, laba turun hampir setengahnya US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 18 triliun terkait dengan penjualan bisnis Rusia. Perusahaan yang berpusat di Chicago itu menutup restoran miliknya di Rusia dan Ukraina setelah perang pecah.
Rusia adalah salah satu pasar internasional terbesar perusahaan. Di Rusia, McDonald's memiliki 84 persen dari 847 restoran di negara tersebut.
Pada saat yang sama, kenaikan harga menu memicu peningkatan 9,7 persen dalam penjualan global, termasuk di Amerika Serikat 3,7 persen. Tetapi angka itu tidak termasuk toko yang sudah ada di Rusia.
Perusahaan multinasional itu pada April memutuskan untuk menaikkan harga menu rata-rata 8 persen. Pada Selasa disebutkan, beberapa konsumen berpenghasilan rendah beralih ke opsi menu yang lebih murah pada kuartal terakhir dan terus melakukannya hingga kini.
"Kami sekarang menghadapi perang di Eropa, inflasi berjalan pada level tertinggi dalam 40 tahun, suku bunga naik ke tingkat yang belum pernah kami lihat dalam beberapa tahun," kata kepala eksekutif Chris Kempczinski melalui telepon dengan analis, seperti dilansir New York Post. "Semua ini berkontribusi pada sentimen konsumen yang lemah di seluruh dunia dan kemungkinan resesi global."
Baca: Hari Pertama Buka, Restoran Pengganti McDonald's di Rusia Pecahkan Rekor Penjualan
MONEY CONTROL | NEW YORK POST