Pemerintah Australia Didesak Pertahankan Kompensasi untuk Pegawai yang Dikarantina
Reporter
Tempo.co
Editor
Sita Planasari
Jumat, 15 Juli 2022 14:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese akan mengadakan pertemuan dengan para pemimpin federal dan negara bagian pekan depan untuk menghadapi tekanan permintaan agar pemerintah tetap membayar kompensasi kepada pekerja lepas yang terpaksa dikarantina.
Sejumlah pekerja lepas harus menjalani isolasi akibat COVID-19 di tengah gelombang infeksi baru yang melanda Australia.
Lonjakan baru kasus COVID-19 yang dipicu oleh varian virus corona Omicron BA.4 dan BA.5 telah membuat sistem layanan kesehatan Australia tertekan. Jumlah orang yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 hampir sama dengan tingkat rekor pada awal tahun ini.
"Saya sudah mengatakan kepada (para pemimpin negara bagian) bahwa kami akan pada Senin. Kami tidak bisa bertemu hari ini karena saya di sini," kata Albanese kepada wartawan di Fiji pada Jumat 15 Juli 2022, setelah bertemu dengan para pemimpin negara kepulauan Pasifik.
Albanese, yang menjabat sebagai PM Australia hanya kurang dari dua bulan, mengatakan pembayaran kompensasi karantina yang mencapai hingga Aus$750 dolar atau sekitar Rp7,59 juta untuk pekerja lepas berakhir pada 30 Juni. Hal ini seperti yang telah diputuskan oleh pemerintah koalisi Liberal-Nasional sebelumnya.
"Kami hanya meneruskan keputusan ini, tetapi kami juga mewarisi utang satu triliun dolar. Dan itu adalah sesuatu yang seharusnya bukan tanggung jawab kami," ujar Albanese.
Beberapa pemimpin negara bagian Australia telah mendesak Albanese untuk mengembalikan program dukungan pendapatan bagi pekerja yang dikarantina itu.
Hingga akhir 2021, Pemerintah Australia telah menghabiskan hampir Aus$13 miliar atau sekitar Rp131,67 triliun untuk 2,4 juta karyawan, menurut data resmi pemerintah. Sementara total dukungan federal sejak pandemi COVID-19 dimulai diperkirakan mencapai lebih dari Aus$300 miliar sekitar Rp3,03 kuadriliun.
Australia mulai menjalani kebijakan hidup berdampingan dengan virus corona pada awal tahun ini setelah mengurangi pembatasan jarak sosial yang ketat dan menghentikan penguncian setelah mencapai tingkat vaksinasi yang mengalahkan tingkat vaksinasi dunia.
Namun, virus corona Omicron varian BA.4 dan BA.5 yang menular sangat cepat telah memaksa pihak berwenang Australia untuk memperingatkan bahwa mungkin akan ada "jutaan" kasus infeksi baru di negara itu selama beberapa minggu ke depan. Apalagi seiring pencabutan aturan pembatasan ketat untuk menahan penyebaran virus.
Sejak pandemi dimulai, Australia telah melaporkan sekitar 8,7 juta kasus COVID-19 dan 10.549 kematian akibat infeksi virus corona. Angka itu jauh lebih rendah daripada banyak negara lainnya. Hanya sekitar lebih dari 4.500 orang berada di rumah sakit akibat COVID-19.
Baca juga: Badai Omicron, Kasus COVID-19 di Australia Naik Hampir 400 Ribu dalam Dua Hari
SUMBER: REUTERS