Parlemen Israel Bubar, Benjamin Netanyahu Bakal Berkuasa Lagi?

Reporter

Daniel Ahmad

Selasa, 21 Juni 2022 17:30 WIB

Pemimpin partai Yamina Naftali Bennett menyampaikan pernyataan di Knesset, Parlemen Israel, di Yerusalem 30 Mei 2021. Yonatan Sindel / Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Israel bubar dan pemilihan baru segera dilangsungkan menyusul rapuhnya koalisi partai dalam pemerintahan. Pemilu mendatang akan jadi pemungutan suara besar kelima negara itu, yang diselenggarakan dalam tempo tiga tahun.

Pemilu dijadwalkan pada musim gugur ini. Pemilihan itu diprediksi akan mengembalikan pemerintahan agama nasionalis yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Empat pemilu Israel sebelumnya berakhir dengan jalan buntu.

Seperti diwartakan The Independent pada Selasa, 21 Juni 2022, Perdana Menteri Naftali Bennett mengatakan tidak mudah untuk membubarkan pemerintahannya. Akan tetapi dia mengakui langkah untuk menggelar pemilu adalah keputusan yang tepat untuk Israel.


Koalisi pemerintah mencakup partai-partai dari seluruh spektrum politik. Koalisi pemerintah kehilangan suara mayoritasnya pada awal tahun ini dan telah menghadapi pemberontakan dalam beberapa pekan terakhir dari anggota parlemen yang berbeda sudut pandang.


Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid akan mengambil alih pemerintahan dari Bennett untuk sementara dalam kesepakatan yang mereka umumkan bersama. Bennett mengklaim pemerintahannya menorehkan serangkaian pencapaian dan menjanjikan transisi yang tertib.


Lapid berterima kasih kepada Bennett karena telah menempatkan negara di atas kepentingan pribadinya. Dia menegaskan kepentingan negara adalah prioritas walau pemilu akan digelar dalam beberapa bulan mendatang.

Bennett pada Juni 2021 membentuk koalisi secara eksperimen berisikan delapan partai. Anggota koalisinya termasuk dari faksi dovish yang mendukung diakhirinya pendudukan Israel atas tanah yang direbut pada1967, hingga partai garis keras yang menentang kemerdekaan Palestina.

Aliansi tersebut bukannya tanpa prestasi, Mereka berhasil meloloskan anggaran nasional pertama dalam beberapa tahun dan menavigasi sepasang wabah virus corona tanpa memberlakukan lockdown.
Pencapaian itu tertutup karena sebagian besar anggota partai garis keras keberatan dengan kompromi yang dibuat oleh Bennett untuk menjaga koalisi tetap bertahan. Sikap Bennett sendiri dianggap moderat.
Netanyahu mengatakan, pembubaran parlemen adalah kabar baik bagi jutaan warga Israel. Dia menyatakan akan membentuk pemerintah nasionalis besar yang dipimpin oleh Partai Likud setelah pemilu mendatang.


Israel mengadakan empat pemilu yang digelar pada rentang waktu 2019 dan 2021. Sebagian besar pemilihan itu merupakan referendum menyoal kemampuan Netanyahu untuk memerintah saat diadili karena korupsi. Netanyahu membantah melakukan kesalahan.


Jajak pendapat memperkirakan bahwa Partai Likud pimpinan Netanyahu akan sekali lagi muncul sebagai partai tunggal terbesar. Tetapi masih belum jelas apakah partai garais keras itu akan dapat mengumpulkan dukungan yang diperlukan dari mayoritas anggota parlemen untuk membentuk pemerintahan baru.
Penyebab langsung keputusan Bennett adalah berakhirnya undang-undang yang memberikan status hukum khusus kepada pemukim Tepi Barat. Jika undang-undang rampung, berarti para pemukim akan tunduk pada banyak peraturan militer yang berlaku untuk lebih dari 2 juta warga Palestina di wilayah itu.


Parlemen akan memberikan suara untuk memperpanjang undang-undang awal bulan ini. Tetapi oposisi garis keras, yang terdiri dari banyak pendukung pemukim, secara paradoks memilih menentang RUU itu untuk mengalahkan pemerintah.
Anggota koalisi dovish yang biasanya menentang pemukiman memberikan suara mendukung RUU tersebut dengan harapan menjaga pemerintah tetap bertahan.


Dengan membubarkan parlemen, peraturan itu sendiri akan tetap berlaku. Perdana Menteri Bennett, mengatakan bahwa jika dia membiarkan undang-undang itu berakhir, akan ada bahaya keamanan yang parah dan kekacauan konstitusional.
"Saya tidak bisa membiarkan itu terjadi," katanya.

Pembubaran parlemen ini sempat dianggap akan membayangi kunjungan yang dijadwalkan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden bulan depan. Namun, Kedutaan Besar Amerika Serikat berasumsi kalau lawatan itu akan berlangsung sesuai rencana.
THE INDEPENDENT | REUTERS

Baca juga: AS Komentari Senjata Laser Zadira Rusia di Ukraina, Apa Katanya?

Advertising
Advertising

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Ultimatum Rafah Dikosongkan

1 jam lalu

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Ultimatum Rafah Dikosongkan

Proposal gencatan senjata disetujui oleh Hamas di tengah ancaman invasi Israel ke Rafah.

Baca Selengkapnya

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

1 jam lalu

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

Sejak 7 Oktober, 16 pekerja medis tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon, dan 380 orang lainnya tewas termasuk 72 warga sipil.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Saling Serang Hamas-Israel di Rafah

4 jam lalu

Top 3 Dunia: Saling Serang Hamas-Israel di Rafah

Berita Top 3 Dunia pada Senin 6 Mei 2024 berkutat soal saling serang Hamas dan Israel di Rafah, kota di selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Reaksi Dunia atas Pengusiran Warga Palestina dari Rafah oleh Israel

12 jam lalu

Reaksi Dunia atas Pengusiran Warga Palestina dari Rafah oleh Israel

Israel telah meminta warga Palestina untuk mengosongkan bagian-bagian kota Rafahit di Gaza untuk persiapan serangan terhdap Hamas.

Baca Selengkapnya

Pelapor Khusus PBB: Serangan Darat Israel ke Rafah akan Memicu Pembantaian Massal

13 jam lalu

Pelapor Khusus PBB: Serangan Darat Israel ke Rafah akan Memicu Pembantaian Massal

Pelapor Khusus PBB untuk Palestina Francesca Albanese menyerukan gencatan senjata di Gaza dan menghentikan rencana serangan ke Rafah

Baca Selengkapnya

8 Bulan Perang Gaza: 4 Tekanan yang Dihadapi Netanyahu

14 jam lalu

8 Bulan Perang Gaza: 4 Tekanan yang Dihadapi Netanyahu

Media Israel melaporkan bahwa tingkat tekanan dari Amerika Serikat akan menentukan tanggapan Netanyahu terhadap upaya pemerintahan Biden.

Baca Selengkapnya

Israel Usir Warga Palestina dari Rafah, Belgia: Invasi akan Berujung pada Pembantaian

15 jam lalu

Israel Usir Warga Palestina dari Rafah, Belgia: Invasi akan Berujung pada Pembantaian

Brussels sedang berupaya menerapkan sanksi lebih lanjut terhadap Israel, kata wakil perdana menteri Belgia

Baca Selengkapnya

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

15 jam lalu

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

Seorang pria mendesak Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu untuk mundur dalam upacara Hari Peringatan Holocaust

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

16 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

16 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya