Masa Kekuasaan Pol Pot dan Khmer Merah Kisah Kelam Kamboja

Reporter

Tempo.co

Jumat, 15 April 2022 16:01 WIB

Pol Pot. Wikipedia

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 24 tahun lalu atau 15 April 1998 kematian Pol Pot. Ia merupakan mantan Perdana Menteri Demokratik Kamboja dan merupakan pemimpin rezim Khmer Merah pada 1975-1979.

Semasa pemerintahan Pol Pot, terjadi pembantaian. Ia orang di balik kematian hampir dua juta rakyat akibat kekejamannya.

Dilansir dari biography.com, Pol Pot yang lahir dengan nama Saloth Sar pada 19 Mei 1925, di Provinsi Kompong Thom, Kamboja adalah anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Orang tuanya relatif makmur dengan mempunyai 50 hektare sawah.

Ia mendapatkan beasiswa pendidikan dari pemerintah yang mengirimnya ke Paris untuk belajar teknologi radio pada 1949. Di Paris, dia terlibat dengan Partai Komunis, mengambil nama Pol Pot. Saat beasiswanya dicabut, ia kembali ke Kamboja dan berniat membangun revolusi di sana.

Pada 1956, Pol Pot menikahi Khieu Ponnary yang ditemuinya di Paris dan menjadi pendidik sekolah menengah. Ia menghabiskan waktu 12 tahun untuk membangun partai komunis yang telah ada di Kamboja pada 1960, dan ia menjabat sebagai sekretaris partai.

Advertising
Advertising

Tentara Khmer Merah berhasil mengambil alih Phnom Penh pada musim semi 1975. Hal itu setelah terjadinya perang saudara, termasuk pengeboman besar-besaran AS yang bertujuan untuk mencegah para pemimpin komunis mengambil alih Kamboja.

Era Pol Pot Masa Suram Kamboja

Khmer Merah adalah salah satu rezim paling brutal di abad ke-20. Pol Pot yang terkesan dengan Revolusi Kebudayaan China di bawah Mao Tse-tung atau Mao Zedong, mengikuti jejak negara itu dalam mengevakuasi kota-kota dan memaksa orang-orang untuk hidup di pedesaan, bertani.

Dikutip dari britannica.com, diperkirakan selama kepemimpinan Pol Pot, pemerintah menyebabkan kematian sekitar 1,4 juta hingga 2,2 juta orang akibat kerja paksa, kelaparan, penyakit, penyiksaan, atau eksekusi saat menjalankan program reformasi sosial dan pertanian yang radikal.

Berdasarkan penelitian The Cambodian Genocide Program di Yale University, jumlah ini merupakan 21 persen dari total populasi Kamboja pada pertengahan 1970-an.

Proses evakuasinya sendiri berlangsung kejam, bahkan anak-anak, orang tua, dan mereka yang dirawat di rumah sakit terpaksa dipindahkan. Ribuan orang tewas hanya dalam beberapa minggu pertama pemerintahan Khmer Merah.

Selain itu, Khmer Merah menargetkan anggota etnis minoritas Kamboja. Setengah dari orang Cina yang tinggal di Kamboja pada saat itu terbunuh, termasuk sekitar 90.000 Muslim dari suku Cham. Penduduk Vietnam diusir atau dibunuh.

Kemudian Vietnam berhasil menguasai Kamboja dengan dukungan Amerika Serikat dan Cina pada akhir 1978, dan menggulingkan Pol Pot yang kejam. Belakangan dunia baru sadar akan kengerian di masa jabatan Pol Pot sebagai pemimpin Kamboja.

Ladang pembantaian atau yang menjadi kuburan massal bagi korbannya merupakan saksi bisu kekejamannya.

Pada 1997, sebuah faksi Khmer Merah menangkap Pol Pot dan mengadilinya. Dia ditetapkan sebagai tahanan rumah, kemudian ia meninggal pada 15 April 1998 karena serangan jantung di dekat daerah Anlong Veng, Kamboja.

ANNISA FIRDAUSI

Baca: Jejak Jakarta dan Jalan Maut Pol Pot

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

KKP Tangkap Kapal Asing Vietnam di Laut Natuna, Nakhoda: Ikan di RI Masih Banyak

13 jam lalu

KKP Tangkap Kapal Asing Vietnam di Laut Natuna, Nakhoda: Ikan di RI Masih Banyak

Kapal asing Vietnam ditangkap di Laut Natuna. Mengeruk ikan-ikan kecil untuk produksi saus kecap ikan.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap 3 Kapal Ikan Asing di Laut Natuna dan Selat Malaka, Berbendera Vietnam dan Malaysia

22 jam lalu

KKP Tangkap 3 Kapal Ikan Asing di Laut Natuna dan Selat Malaka, Berbendera Vietnam dan Malaysia

Dua Kapal Ikan Asing berbendera Vietnam sempat hendak kabur sehingga petugas harus mengeluarkan tembakan peringatan.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

2 hari lalu

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

2 hari lalu

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

4 hari lalu

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

Korea Selatan tercatat sebagai negara penyumbang wisatawan asing terbesar di Vietnam dengan jumlah 1,6 juta orang.

Baca Selengkapnya

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

5 hari lalu

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

IPW menilai proses pemeriksaan terhadap tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi tak cukup berhenti di kesimpulan bunuh diri.

Baca Selengkapnya

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

5 hari lalu

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan polisi terus menggali terkait kasus meninggalnya Brigadir Ridhal Ali Tomi diduga bunuh diri di dalam mobil.

Baca Selengkapnya