TEMPO Interaktif, Seremban, Malaysia :Hingga Sabtu (19/1), lebih dari 200 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di perusahaan tekstil Hualon Sdn Bhd, tidak berani keluar dari asrama tempat tinggal mereka untuk bekerja. “Mereka takut polisi akan melakukan suatu tindakan tertentu,” ujar Johnson Shu, seorang staf perusahaan sebagaimana dikutip kantor berita Bernama. Johnson menjelaskan, para TKI itu takut untuk keluar dari asrama, menyusul kerusuhan yang terjadi Kamis lalu. Mereka mengira, polisi akan mengambil tindakan terhadap para perusuh. Buntut dari kerusuhan tersebut, tambah Johnson, pihak perusahaan mengundang Duta Besar Indonesia untuk membicarakannya. Kepala Polisi Negeri Sembilan, Datuk Mohd Yunus Othman, Kepala Polisi Negeri SAC II Kamarulzaman Itam, dan Kepala Jabatan Siasatan Negeri ACP Mohmad Salleh tampak masuk ke asrama, Sabtu sekitar jam 1 siang. Mereka masuk bersama tiga orang perwakilan KBRI. Sekitar satu jam kemudian, ketiga petugas kepolisian meninggalkan asrama. Tak satu pun dari mereka yang bersedia memberikan keterangan. Sedangkan tiga orang staf KBRI keluar pukul 4.30 petang. Menurut Penasehat Penerangan Kedutaan Indonesia, Budhi Rahardjo, pihaknya terus melakukan perundingan. Dengan tidak bekerjanya para TKI itu, Johnson mengaku, perusahaan tidak menganggapnya sebagai masalah. Pasalnya, masih banyak pekerja lain yang aktif bekerja pada hari Sabtu. Seperti diberitakan sebelumnya, Kamis (18/1) lalu, ratusan TKI yang berkerja di perusahaan tekstil itu melakukan unjuk rasa berbuntut kerusuhan. Mereka memprotes tindakan aparat yang menahan beberapa rekan mereka. (Retno/Bernama)
Berita terkait
Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang
5 menit lalu
Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang
Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.