Migran Harap-harap Cemas Menanti Perbatasan Amerika Dibuka

Reporter

Tempo.co

Jumat, 1 April 2022 10:00 WIB

Sebanyak 21 orang tewas dalam kondisi hangus terbakar dalam sebuah pertikaian antar geng pengedar narkoba. Ke-21 jasad itu ditemukan tak jauh dari di sebuah sungai diperbatasan Meksiko - Amerika Serikat atau tempat Presiden Donald Trump ingin membangun tembok perbatasan. Sumber: NDTV.com

TEMPO.CO, Jakarta - Berita Amerika Serikat akan mengakhiri pembatasan akibat pandemi Covid-19, telah menghidupkan kembali harapan ribuan migran yang menunggu selama berbulan-bulan di Meksiko yang ingin mencari suaka ke Amerika Serikat.

Otoritas Amerika Serikat rencananya akan mengumumkan pada pekan ini berakhirnya aturan Covid-19 atau yang disebut dengan Title 42. Aturan ini kemungkinan berlaku mulai Mei 2022.

Seorang imigran wanita bersama kedua anaknya melarikan diri dari gas air mata yang dilemparkan oleh petugas patroli perbatasan Amerika Serikat (AS) di tembok perbatasan antara Meksiko dan AS di Tijuana, Meksiko, 25 November 2018. Para imigran nekat menerobos perbatasan antara Meksiko dan AS. REUTERS/Hannah McKay

Advertising
Advertising

Lebih dari satu juta migran terusir setelah pembatasan Covid-19 di berlakukan per Maret 2020. Di bawah aturan tersebut, petugas perbatasan di Amerika Serikat dengan cepat memulangkan para migran ke Meksiko atau negara lain.

Di Reynosa, Meksiko, hampir 2 ribu migran mendirikan tenda di sana atau hanya berlindung di bawah terpal. Mereka memenuhi perbatasan Amerika Serikat dari McAllen, Texas.

Sebagian besar para migran tersebut berasal dari kawasan Amerika selatan dan Amerika tengah serta Karabia, yang melarikan diri karena kekerasan atau penganiayaan. Pada Kamis pagi, 31 Maret 2022, di bawah terik matahari, ada puluhan migran berbaris agar bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan, yang dilakukan oleh relawan.

Ada pula sekelompok ibu-ibu menggoreng kentang di sebuah api unggul. Anak-anak berlarian, bermain marbles, scooters dan memunguti sampah.

Aile Rodriguez, 32 tahun, mengaku punya sanak saudara di McAllen, Texas, Amerika Serikat, yang menunggu kedatangannya sejak Agustus 2021. Rodriguez terpaksa berkemah dengan tiga anaknya berumur 8 tahun, 13 tahun dan 15 tahun.

Dia menceritakan terpaksa melarikan diri dari negara asalnya Honduras karena ancanam sejumlah geng kejahatan pada keluarganya. Rodriguez berharap bisa mendapatkan suaka dari Amerika Serikat.

“Saya ingin masuk ke negara ini (Amerika) secara sah dan untuk itulah kami rela menderita selama tujuh bulan di sini,” ujar Rodriguez.

Sumber: Reuters

Baca juga: Publik Inggris Harap-harap Cemas Menanti Normal Baru karena Risiko Varian Delta

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

3 jam lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

5 jam lalu

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

Stormy Daniels, bintang film dewasa yang menjadi pusat persidangan uang tutup mulut mantan presiden Donald Trump, akan bersaksi

Baca Selengkapnya

Tragedi Penembakan di Pesta Remaja Buffalo AS Tewaskan Seorang Remaja Putri dan Lukai 5 Lainnya

5 jam lalu

Tragedi Penembakan di Pesta Remaja Buffalo AS Tewaskan Seorang Remaja Putri dan Lukai 5 Lainnya

Lagi-lagi terjadi penembakan di Amerika Serikat, kali ini terjadi di Buffalo yang menewaskan seorang remaja putri dan melukai lima orang lainnya.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

5 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

5 jam lalu

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

Amerika Serikat tengah menjadi sorotan pasca-penembakan terbaru di Buffalo dan legalisasi senjata api di Tennessee. Bagaimana fakta-faktanya?

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

6 jam lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

7 jam lalu

Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

Timnas Indonesia akan satu grup dengan tuan rumah Prancis, Amerika Serikat, dan Selandia Baru bila lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

8 jam lalu

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

Militer Israel mengambil kendali atas perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir

Baca Selengkapnya

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

8 jam lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

8 jam lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya