AS Disebut Kehabisan Uang untuk Perang Lawan Covid-19
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Rabu, 30 Maret 2022 12:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat kesehatan menyatakan Amerika Serikat kehabisan dana untuk memerangi pandemi Covid-19 seiring naiknya kasus hingga lebih dari 80 juta.
"Pemerintah federal kehabisan dana untuk menyediakan vaksin gratis, tes dan perawatan Covid-19 untuk orang Amerika, terutama yang tidak diasuransikan," kata Ahli Bedah Umum AS Vivek Murthy dalam editorial yang ditulis bersama David Kessler, Kepala Petugas Sains untuk Tim Respons COVID-19 Amerika Serikat.
Opini itu dimuat dalam editorial yang diterbitkan di The New York Times, seperti dilansir dari Xinhua, Rabu, 30 Maret 2022. "Jika pendanaan tidak terwujud, kita akan berada di posisi yang jauh lebih lemah, berjuang mengikuti virus yang terus berkembang yang mengancam kesehatan, ekonomi dan ketenangan pikiran kita," kata Murthu dan Kessler dalam tulisannya.
AS kesulitan keuangan untuk membayar biaya pengujian dan perawatan COVID-19 orang Amerika yang tidak diasuransikan. Beberapa penyedia pengujian tidak akan lagi memberikan tes gratis kepada orang Amerika yang tidak punya asuransi. Tes PCR Covid-19 mulai dikenakan biaya sebesar US$ 100 hingga 195, menurut ABC News.
Selain itu, pemerintah federal pekan lalu memotong pengiriman antibodi monoklonal yang menyelamatkan nyawa ke negara bagian sebesar 35 persen. Pada akhir musim semi, antibodi monoklonal diprediksi segera habis.
"Kami tidak bisa terus menyediakan pengujian di rumah, dan upaya pengawasan kritis yang membantu mengantisipasi gelombang dan varian baru akan terganggu," kata Murthy dan Kessler. "Kita tidak bisa menunggu krisis lain bagi Kongres untuk menyediakan dana respons pandemi berkelanjutan."
Seruan untuk pendanaan kongres datang sehari setelah Presiden AS Joe Biden mengungkapkan permintaan anggaran federal untuk tahun fiskal 2023. Pemerintah AS mendesak upaya dan investasi untuk mempersiapkan pandemi di masa depan dan ancaman biologis lainnya.
Pemerintah meminta adanyna anggaran "investasi transformatif dalam kesiapsiagaan pandemi" di seluruh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS sebesar US$ 81,7 miliar tersedia selama lima tahun. Dibutuhkan pula US$ 9,9 miliar untuk memperluas infrastruktur kesehatan masyarakat dan meningkatkan kapasitas meramalkan dan menganalisis masa depan wabah.
Namun dana yang diusulkan untuk layanan kesehatan masyarakat sangat kecil dibandingkan pengeluaran untuk militer dan pertahanan yang berjumlah lebih dari US$ 813 miliar. Sebesar US$ 773 miliar di antaranya direncanakan untuk Pentagon.
Biden menyebut anggaran militer ini sebagai salah satu investasi terbesar dalam keamanan nasional. Dalam sebuah artikel awal tahun ini, kolumnis opini NYT Farhad Manjoo berpendapat bahwa tingkat pengeluaran militer AS, yang menyumbang 40 persen dari pengeluaran pertahanan dunia, telah berjalan sejak lama.
"Setelah pandemi Covid-19 yang merenggut nyawa lebih banyak orang Amerika daripada perang apa pun, terus memberikan uang kepada militer adalah tindakan pengabaian yang disengaja atas ancaman paling mendesak yang dihadapi," kata Manjoo.
Dalam sebuah opini yang diterbitkan oleh The Washington Post pada hari Senin, Megan Ranney, seorang dokter darurat yang berpraktik dan dekan akademik Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Brown, menunjukkan bahwa di Amerika Serikat layanan kesehatan dan sistem kesehatan masyarakat sama rentannya seperti COVID.
"Masalahnya tidak hanya untuk pasien Covid-19 tetapi untuk siapa saja yang berjalan melewati pintu kami," ujar Ranney.
Jumlah total kasus COVID-19 di Amerika Serikat memecahkan rekor baru sebanyak 80 juta pada Selasa sore. Angka kematian akibat Covid-19 tercatat lebih dari 978.000, menurut data dari Universitas Johns Hopkins. Kedua angka tersebut merupakan yang tertinggi di dunia.
Subvarian Omicron BA.2 yang sangat menular menjadi jenis dominan COVID-19 di Amerika Serikat. Hampir 55 persen penduduk terinfeksi varian baru ini pekan lalu.
Baca: Otoritas Amerika Terbitkan Izin Suntik Dosis Keempat Vaksin Virus Corona
XINHUA