AS Disebut Kehabisan Uang untuk Perang Lawan Covid-19

Reporter

Tempo.co

Rabu, 30 Maret 2022 12:52 WIB

Staf medis merawat pasien penyakit COVID-19 di ruang isolasi mereka di Unit Perawatan Intensif (ICU) di Rumah Sakit Western Reserve di Cuyahoga Falls, Ohio, AS, 5 Januari 2022. Amerika Serikat (AS) memecahkan rekor penambahan harian COVID-19 dengan lebih dari 1 juta kasus di tengah pesatnya penyebaran varian Omicron. REUTERS/Shannon Stapleton

TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat kesehatan menyatakan Amerika Serikat kehabisan dana untuk memerangi pandemi Covid-19 seiring naiknya kasus hingga lebih dari 80 juta.

"Pemerintah federal kehabisan dana untuk menyediakan vaksin gratis, tes dan perawatan Covid-19 untuk orang Amerika, terutama yang tidak diasuransikan," kata Ahli Bedah Umum AS Vivek Murthy dalam editorial yang ditulis bersama David Kessler, Kepala Petugas Sains untuk Tim Respons COVID-19 Amerika Serikat.

Opini itu dimuat dalam editorial yang diterbitkan di The New York Times, seperti dilansir dari Xinhua, Rabu, 30 Maret 2022. "Jika pendanaan tidak terwujud, kita akan berada di posisi yang jauh lebih lemah, berjuang mengikuti virus yang terus berkembang yang mengancam kesehatan, ekonomi dan ketenangan pikiran kita," kata Murthu dan Kessler dalam tulisannya.

AS kesulitan keuangan untuk membayar biaya pengujian dan perawatan COVID-19 orang Amerika yang tidak diasuransikan. Beberapa penyedia pengujian tidak akan lagi memberikan tes gratis kepada orang Amerika yang tidak punya asuransi. Tes PCR Covid-19 mulai dikenakan biaya sebesar US$ 100 hingga 195, menurut ABC News.

Selain itu, pemerintah federal pekan lalu memotong pengiriman antibodi monoklonal yang menyelamatkan nyawa ke negara bagian sebesar 35 persen. Pada akhir musim semi, antibodi monoklonal diprediksi segera habis.

Advertising
Advertising

"Kami tidak bisa terus menyediakan pengujian di rumah, dan upaya pengawasan kritis yang membantu mengantisipasi gelombang dan varian baru akan terganggu," kata Murthy dan Kessler. "Kita tidak bisa menunggu krisis lain bagi Kongres untuk menyediakan dana respons pandemi berkelanjutan."

Seruan untuk pendanaan kongres datang sehari setelah Presiden AS Joe Biden mengungkapkan permintaan anggaran federal untuk tahun fiskal 2023. Pemerintah AS mendesak upaya dan investasi untuk mempersiapkan pandemi di masa depan dan ancaman biologis lainnya.

Pemerintah meminta adanyna anggaran "investasi transformatif dalam kesiapsiagaan pandemi" di seluruh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS sebesar US$ 81,7 miliar tersedia selama lima tahun. Dibutuhkan pula US$ 9,9 miliar untuk memperluas infrastruktur kesehatan masyarakat dan meningkatkan kapasitas meramalkan dan menganalisis masa depan wabah.

Namun dana yang diusulkan untuk layanan kesehatan masyarakat sangat kecil dibandingkan pengeluaran untuk militer dan pertahanan yang berjumlah lebih dari US$ 813 miliar. Sebesar US$ 773 miliar di antaranya direncanakan untuk Pentagon.

Biden menyebut anggaran militer ini sebagai salah satu investasi terbesar dalam keamanan nasional. Dalam sebuah artikel awal tahun ini, kolumnis opini NYT Farhad Manjoo berpendapat bahwa tingkat pengeluaran militer AS, yang menyumbang 40 persen dari pengeluaran pertahanan dunia, telah berjalan sejak lama.

"Setelah pandemi Covid-19 yang merenggut nyawa lebih banyak orang Amerika daripada perang apa pun, terus memberikan uang kepada militer adalah tindakan pengabaian yang disengaja atas ancaman paling mendesak yang dihadapi," kata Manjoo.

Dalam sebuah opini yang diterbitkan oleh The Washington Post pada hari Senin, Megan Ranney, seorang dokter darurat yang berpraktik dan dekan akademik Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Brown, menunjukkan bahwa di Amerika Serikat layanan kesehatan dan sistem kesehatan masyarakat sama rentannya seperti COVID.

"Masalahnya tidak hanya untuk pasien Covid-19 tetapi untuk siapa saja yang berjalan melewati pintu kami," ujar Ranney.

Jumlah total kasus COVID-19 di Amerika Serikat memecahkan rekor baru sebanyak 80 juta pada Selasa sore. Angka kematian akibat Covid-19 tercatat lebih dari 978.000, menurut data dari Universitas Johns Hopkins. Kedua angka tersebut merupakan yang tertinggi di dunia.

Subvarian Omicron BA.2 yang sangat menular menjadi jenis dominan COVID-19 di Amerika Serikat. Hampir 55 persen penduduk terinfeksi varian baru ini pekan lalu.

Baca: Otoritas Amerika Terbitkan Izin Suntik Dosis Keempat Vaksin Virus Corona

XINHUA

Berita terkait

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

56 menit lalu

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

Utusan Joe Biden menemui Pangeran MBS di Arab Saudi untuk membahas sejumlah hal termasuk Palestina.

Baca Selengkapnya

Dua Aktor Pengisi Suara di AS Gugat Perusahaan AI yang Diduga Gunakan Suara Mereka Secara Ilegal

1 jam lalu

Dua Aktor Pengisi Suara di AS Gugat Perusahaan AI yang Diduga Gunakan Suara Mereka Secara Ilegal

Dua aktor pengisi suara menggugat salah satu startup kecerdasan buatan atau AI, yakni Lovo di pengadilan federal Manhattan, AS. Begini kasusnya.

Baca Selengkapnya

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

2 jam lalu

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

Pernyataan Dharma Pongrekun pernah kontroversi saat pandemi Covid-19 karena menurutnya hasil konspirasi dan rekayasa. Kini, ia maju Pilkada DKI.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

3 jam lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

19 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

22 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

1 hari lalu

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

Amerika Serikat mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui dermaga terapung buatannya di lepas pantai Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

1 hari lalu

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

1 hari lalu

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

Rancangan undang-undang penerbangan yang ditanda-tangani Joe Biden diharapkan bisa meningkatkan kualitas di sejumlah sektor.

Baca Selengkapnya

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

1 hari lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya