Walmart Hapus Produk Xinjiang dari Tokonya, Cina: Bodoh dan Picik
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Sabtu, 1 Januari 2022 07:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan anti-korupsi Cina menuduh Walmart Inc "bodoh dan picik" setelah netizen negeri itu menyebut Sam's Club, yang merupakan jaringan milik raksasa ritel AS tersebut, telah menghapus produk-produk bersumber dari Xinjiang dari toko mereka.
Pekan lalu, Sam's mendapat kecaman di Cina setelah pengguna platform media sosial Weibo membagikan tangkapan layar yang diduga menunjukkan bahwa produk dari wilayah Xinjiang telah dihapus dari aplikasi toko online mereka.
Perselisihan di media sosial meletus setelah Presiden AS Joe Bidenpada 23 Desember 2021 menandatangani undang-undang yang melarang impor dari Xinjiang karena kekhawatiran tentang kerja paksa di sana.
Baik Walmart maupun Sam's Club tidak membuat pernyataan publik tentang masalah ini, dan Walmart tidak segera menanggapi permintaan komentar pada hari Jumat, 31 Desember 2021.
Komisi Pusat Inspeksi Disiplin Partai Komunis (CCDI) yang berkuasa, dalam sebuah pernyataan di situs webnya, menuduh Sam's Club memboikot produk-produk Xinjiang dan mencoba "mengacaukan" masalah Xinjiang dengan tetap diam.
"Mencabut semua produk dari suatu daerah tanpa alasan yang sah menyembunyikan motif, mengungkapkan kebodohan dan kepicikan, dan pasti akan memiliki konsekuensi buruknya sendiri," kata komisi itu.
Cina adalah pasar besar bagi Walmart, yang menghasilkan pendapatan sebesar $11,43 miliar setahun. Dari 423 unit ritel Walmart di Cina, 36 adalah toko Sam's Club, menurut situs webnya.
Selanjutnya: pengalaman buruk H&M dan Intel setelah mencoret produk Xinijiang
<!--more-->
Pencarian untuk barang-barang Xinjiang yang populer seperti kismis tidak bisa didapat di aplikasi toko Sam's Club Cina, begitu juga produk dari tempat lain, seperti teh Fujian.
Perwakilan layanan pelanggan Sam's Club menjelaskan bahwa produk tersebut tidak dihapus melainkan kehabisan stok.
CCDI menyebut itu "alasan menipu diri sendiri" dan mengatakan jaringan toko itu itu harus menghormati posisi Cina di Xinjiang jika ingin "berdiri teguh di pasar Cina".
Bukan hal yang aneh jika merek asing menjadi sasaran pengguna media sosial atau media resmi pemerintah Cina, dan dampaknya bisa merusak.
Awal pekan ini, tagar di Weibo "pembatalan kartu Sam's Club" menjadi viral, dengan lebih dari 470 juta hit. Pada Jumat, surat kabar China Daily yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa saingan domestik telah mengorganisir kampanye untuk mempromosikan barang-barang dari Xinjiang.
Pada bulan Juli, pengecer mode Swedia H&M melaporkan penurunan penjualan 23 persen di Cina untuk kuartal Maret-Mei setelah terkena boikot konsumen pada bulan Maret karena menyatakan secara terbuka bahwa mereka tidak membeli produk dari Xinjiang.
Bulan ini, pembuat chip AS Intel menghadapi panggilan serupa setelah memberi tahu pemasoknya untuk tidak mengambil produk atau tenaga kerja dari Xinjiang, mendorongnya untuk meminta maaf atas "masalah yang ditimbulkan kepada pelanggan, mitra, dan publik Cina yang kami hormati".
Pada hari Jumat, CCDI menuduh H&M, Intel, dan Sam's Club bekerja sama dengan "pasukan anti-Cina barat" untuk mengacaukan Xinjiang dengan menekan dan memboikot produk dari wilayah tersebut. "Perusahaan-perusahaan Barat ini, yang pernah menyombongkan diri bahwa mereka bebas dari campur tangan politik, telah menampar muka mereka sendiri dengan tindakan mereka sendiri."
REUTERS