Anaknya Meninggal karena Corona, Warga Meksiko Ini Gugat China dan WHO

Reporter

Tempo.co

Kamis, 30 Desember 2021 10:32 WIB

Petugas kesehatan mengambil sampel darah pada karyawan Volkswagen yang datang untuk menghadiri pelatihan sebelum dibuka kembali pabrik Volkswagen di tengah pandemi wabah Virus Corona di Puebla, Meksiko, 16 Juni 2020. Sebagian besar pabrik mobil di Meksiko mulai dibuka kembali awal bulan ini. Industri otomotif mewakili 3,8 persen dari produk domestik bruto Meksiko (PDB) dan 20,5 persen dari PDB manufaktur, dan secara langsung mempekerjakan hampir satu juta pekerja di Meksiko. REUTERS/Imelda Medina

TEMPO.CO, Jakarta - Jaime Michaus bergabung dengan ratusan warga Meksiko yang menuntut kompsensasi dari China dan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO atau merebaknya wabah Corona di seluruh dunia. Perasaan Michaus hancur setelah kehilangan putrinya akibat virus Covid-19. "Saya masih tidak yakin apakah saya melakukan hal yang benar," kata Michaus.

"Saya memiliki perasaan campur aduk karena sepertinya saya mendapat untung dari kematian putri saya," ujarnya. Putri Michaus meninggal di usia 25 tahun pada Juli lalu. Ia meninggalkan bayi berusia satu bulan.

"Uang tidak berhasil mengembalikan anak saya, namun saya melakukannya untuk masa depan cucu perempuan saya," kata pensiunan berusia 63 tahun itu. Dia memperkirakan bahwa peluangnya untuk menang adalah 50 persen.

Michaus baru-baru ini menandatangani klaim hukum internasional terhadap China dan WHO yang dipromosikan oleh Kantor Hukum Internasional Poplavsky yang berbasis di Buenos Aires. Perusahaan tersebut merayu warga Mesiko di media sosial dengan slogan "Apakah Anda menderita COVID? Ketahui hak Anda."

"Klaim ini diajukan karena kelalaian China dan WHO dalam penanganan COVID-19," kata Denisse Gonzalez, perwakilan Poplavsky di Meksiko, kepada AFP yan dikutip dari Channel News Asia.

Advertising
Advertising

Poplavsky adalah perusahaan yang memiliki cabang di Amerika Latin, Amerika Serikat dan Dubai. Mereka mengatakan pihaknya telah mendaftarkan penggugat dari negara lain termasuk Kolombia dan Argentina. Namun Gonzalez tidak menyebutkan berapa banyak orang yang menggugat.

Gugatan senilai jutaan dolar itu diajukan ke markas Perserikatan Bangsa-bangsa di Jenewa dengan tuduhan pelanggaran terhadap Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Kompensasi yang diminta bervariasi mulai dari US$ 200.000 karena jatuh sakit akibat COVID-19 hingga US$ 800.000 dalam kasus kematian.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Rabu menanggapi gugatan tersebut pada Rabu. Ia mengatakan sistem darurat kesehatan WHO telah beraksi.

Virus corona menewaskan lebih dari 5,4 juta orang di seluruh dunia sejak pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China pada Desember 2019. Meksiko melaporkan hampir 300.000 kematian akibat COVID-19, salah satu yang tertinggi di dunia. Lebih dari 3,95 juta kasus terkonfirmasi dari negara ini.

"Saya tidak pernah menderita tekanan darah tinggi dan sekarang naik turun, berbahaya," kata seorang karyawan SPBU berusia 35 tahun yang mencari kompensasi setelah tertular virus.

"Telinga saya berdenging. Penglihatan saya juga kabur dan saya harus memakai kacamata," kata perempuan yang tidak mau disebutkan namanya itu.

Poplavsky mengatakan bahwa biayanya akan ditanggung oleh persentase dari kompensasi yang didapat. Michaus juga menolak untuk mengungkapkan persentase yang dia setujui untuk jika menang. Namun dia mengatakan besarnya kompensasi itu dinilai adil.

Pakar hukum internasional publik di Universitas Otonomi Nasional Meksiko, Lourdes Marleck Rios Nava, menilai peluang menang atas gugatan itu terbatas. "Orang-orang tahu bahwa mereka tidak akan berhasil, tetapi tiba-tiba mereka mengajukan tuntutan hukum," katanya.

Upaya terpisah untuk mengajukan klaim kolektif terhadap China ke pengadilan Meksiko belum memenuhi persyaratan minimal 30 penggugat. "Saya pikir akan ada antrian orang yang menunggu untuk menuntut, tapi anehnya tidak seperti itu. Saya pikir ada masalah kredibilitas," kata pengacara Fernando Martinez de Velasco, yang berada di balik aksi tersebut.

Baca: Anti-Vaksin, Juara Dunia Kickboxing Meninggal karena Covid-19

CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

9 jam lalu

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

Pernyataan Dharma Pongrekun pernah kontroversi saat pandemi Covid-19 karena menurutnya hasil konspirasi dan rekayasa. Kini, ia maju Pilkada DKI.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

10 jam lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

1 hari lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

1 hari lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

BNN-Polri Bekuk Buron Kartel Narkoba Meksiko di Filipina, Segera Dibawa ke Indonesia

2 hari lalu

BNN-Polri Bekuk Buron Kartel Narkoba Meksiko di Filipina, Segera Dibawa ke Indonesia

Buron kartel narkoba Meksiko itu akan dibawa untuk mempertanggungjawabkan perbuatan dan mengungkap jaringannya di Indonesia.

Baca Selengkapnya

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

3 hari lalu

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

Koordinator Humas Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) Eka Rosmalasari angkat bicara soal penarikan vaksin AstraZeneca secara global.

Baca Selengkapnya

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

4 hari lalu

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

Banjir bandang di Sungai Yangtze pada 1931 merupakan salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah China, bahkan di dunia.

Baca Selengkapnya

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

4 hari lalu

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

Kemenkes mengimbau seluruh jemaah haji mewaspadai MERS-CoV. Kenali asal usul dan gejalanya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

4 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

4 hari lalu

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

Pemerintah meminta seluruh jamaah haji Indonesia mewaspadai MERS-CoV yang ditemukan di Arab Saudi.

Baca Selengkapnya