Anaknya Meninggal karena Corona, Warga Meksiko Ini Gugat China dan WHO
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Kamis, 30 Desember 2021 10:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jaime Michaus bergabung dengan ratusan warga Meksiko yang menuntut kompsensasi dari China dan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO atau merebaknya wabah Corona di seluruh dunia. Perasaan Michaus hancur setelah kehilangan putrinya akibat virus Covid-19. "Saya masih tidak yakin apakah saya melakukan hal yang benar," kata Michaus.
"Saya memiliki perasaan campur aduk karena sepertinya saya mendapat untung dari kematian putri saya," ujarnya. Putri Michaus meninggal di usia 25 tahun pada Juli lalu. Ia meninggalkan bayi berusia satu bulan.
"Uang tidak berhasil mengembalikan anak saya, namun saya melakukannya untuk masa depan cucu perempuan saya," kata pensiunan berusia 63 tahun itu. Dia memperkirakan bahwa peluangnya untuk menang adalah 50 persen.
Michaus baru-baru ini menandatangani klaim hukum internasional terhadap China dan WHO yang dipromosikan oleh Kantor Hukum Internasional Poplavsky yang berbasis di Buenos Aires. Perusahaan tersebut merayu warga Mesiko di media sosial dengan slogan "Apakah Anda menderita COVID? Ketahui hak Anda."
"Klaim ini diajukan karena kelalaian China dan WHO dalam penanganan COVID-19," kata Denisse Gonzalez, perwakilan Poplavsky di Meksiko, kepada AFP yan dikutip dari Channel News Asia.
Poplavsky adalah perusahaan yang memiliki cabang di Amerika Latin, Amerika Serikat dan Dubai. Mereka mengatakan pihaknya telah mendaftarkan penggugat dari negara lain termasuk Kolombia dan Argentina. Namun Gonzalez tidak menyebutkan berapa banyak orang yang menggugat.
Gugatan senilai jutaan dolar itu diajukan ke markas Perserikatan Bangsa-bangsa di Jenewa dengan tuduhan pelanggaran terhadap Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Kompensasi yang diminta bervariasi mulai dari US$ 200.000 karena jatuh sakit akibat COVID-19 hingga US$ 800.000 dalam kasus kematian.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Rabu menanggapi gugatan tersebut pada Rabu. Ia mengatakan sistem darurat kesehatan WHO telah beraksi.
Virus corona menewaskan lebih dari 5,4 juta orang di seluruh dunia sejak pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China pada Desember 2019. Meksiko melaporkan hampir 300.000 kematian akibat COVID-19, salah satu yang tertinggi di dunia. Lebih dari 3,95 juta kasus terkonfirmasi dari negara ini.
"Saya tidak pernah menderita tekanan darah tinggi dan sekarang naik turun, berbahaya," kata seorang karyawan SPBU berusia 35 tahun yang mencari kompensasi setelah tertular virus.
"Telinga saya berdenging. Penglihatan saya juga kabur dan saya harus memakai kacamata," kata perempuan yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Poplavsky mengatakan bahwa biayanya akan ditanggung oleh persentase dari kompensasi yang didapat. Michaus juga menolak untuk mengungkapkan persentase yang dia setujui untuk jika menang. Namun dia mengatakan besarnya kompensasi itu dinilai adil.
Pakar hukum internasional publik di Universitas Otonomi Nasional Meksiko, Lourdes Marleck Rios Nava, menilai peluang menang atas gugatan itu terbatas. "Orang-orang tahu bahwa mereka tidak akan berhasil, tetapi tiba-tiba mereka mengajukan tuntutan hukum," katanya.
Upaya terpisah untuk mengajukan klaim kolektif terhadap China ke pengadilan Meksiko belum memenuhi persyaratan minimal 30 penggugat. "Saya pikir akan ada antrian orang yang menunggu untuk menuntut, tapi anehnya tidak seperti itu. Saya pikir ada masalah kredibilitas," kata pengacara Fernando Martinez de Velasco, yang berada di balik aksi tersebut.
Baca: Anti-Vaksin, Juara Dunia Kickboxing Meninggal karena Covid-19
CHANNEL NEWS ASIA