Anak-anak menampilkan tarian naga di sebuah taman kanak-kanak di Kota Yantai, Provinsi Shandong, China timur, 24 Juni 2020. Festival Perahu Naga, yang juga disebut Festival Duanwu, dirayakan secara tradisional pada hari kelima bulan kelima pada kalender bulan China. Tahun ini, festival tersebut jatuh pada 25 Juni. Selama festival, warga China memakan Zongzi, sejenis kue beras ketan, dan menggelar lomba perahu naga. Xinhua/Sun Wentan
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah China melarang sekolah taman kanak-kanak menjatuhkan hukuman fisik kepada anak muridnya. Institusi yang melanggar, akan dikenakan sanksi berupa tak lulus inspeksi tahunan oleh otoritas pendidikan setempat.
Kementerian Pendidikan China mengatakan bersama delapan lembaga pemerintah lainnya, akan merilis rencana aksi untuk meningkatkan pendidikan prasekolah. Rencana aksi itu akan berlangsung selama lima tahun.
Taman Kanak-kanan diminta memperbaiki kualitas antara lain gedung sekolah serta fasilitas keamanan yang lengkap. Selain itu sekolah TK juga harus dilengkapi perangkat teknologi.
Dilansir dari Global Times, sekolah TK yang tidak memiliki kualifikasi yang dibutuhkan diminta untuk melakukan perbaikan. Sekolah yang melakukan pelecehan atau hukuman fisik terhadap anak-anak bakal tidak lulus inspeksi tahunan. Inspeksi adalah prasyarat untuk operasi, dengan orang-orang yang terlibat harus bertanggung jawab secara hukum.
Kasus pelecehan di taman kanak-kanak telah meningkatkan kekhawatiran publik dalam beberapa tahun terakhir. Masyarakat meminta penguatan pengawasan terhadap taman kanak-kanak. Kadang anak-anak TK ini ditampar, ditusuk jarum atau dipukuli dan diseret oleh pihak sekolah sebagai bentuk hukuman fisik.