500 Juta Warga Dunia Jatuh Miskin Dihantam Pandemi Corona

Reporter

Tempo.co

Senin, 13 Desember 2021 15:18 WIB

Wisatawan menerima tes untuk penyakit coronavirus (COVID-19) di fasilitas pengujian pra-keberangkatan, ketika negara-negara bereaksi terhadap varian baru coronavirus Omicron, di luar terminal internasional di Bandara Sydney, Australia, 29 November 2021. [REUTERS/ Loren Elliot]

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi virus Corona menyebabkan lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia masuk dalam jurang kemiskinan. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia dan Bank Dunia, penyebab meningkatnya kemiskinan karena banyak penduduk dunia membayar sendiri biaya kesehatan mereka selama puncak pandemi Covid-19.

Dilansir dari Al Jazeera, pandemi Corona telah mengganggu layanan kesehatan secara global dan memicu krisis ekonomi terburuk sejak 1930-an. Akibatnya semakin sulit bagi orang-orang untuk membayar perawatan kesehatan.

“Semua pemerintah harus memastikan setiap warganya dapat mengakses layanan kesehatan tanpa takut akan konsekuensi finansial,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pernyataannya Minggu, 12 Desember 2021.

Tedros mendesak pemerintah berfokus pada sistem perawatan kesehatan. Setiap orang harus bisa mengakses layanan kesehatan tanpa kesulitan keuangan.

Perawatan kesehatan adalah masalah politik yang signifikan termasuk di Amerika Serikat. Secara global, pandemi memperburuk keadaan. Cakupan imunisasi juga turun untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir, sedangkan angka kematian akibat tuberkulosis dan malaria meningkat.

Advertising
Advertising

“Dalam ruang fiskal yang terbatas, pemerintah harus membuat pilihan sulit untuk melindungi dan meningkatkan anggaran kesehatan,” kata Juan Pablo Uribe, direktur global untuk kesehatan, nutrisi, dan populasi di Bank Dunia.

Menurut studi Pew Research Center yang diterbitkan pada Maret, pandemi Corona telah mendorong 32 juta orang India keluar dari kelas menengah. Kelompok ini adalah mereka yang berpenghasilan US$ 10-20 per hari atau setara Rp 143 ribu-Rp 286 ribu.

Diperkirakan krisis telah meningkatkan jumlah orang miskin India menjadi 75 orang. Mereka yang masuk kelompok ini berpenghasilan kurang dari US$ 2 atau setara Rp 28 ribu per hari.

Sementara itu, sebuah laporan baru yang diterbitkan oleh UNICEF mengatakan bahwa anak-anak yang hidup dalam kemiskinan multidimensi karena pandemi bertambah 100 juta anak atau naik 10 persen sejak 2019. Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF, mengatakan dampak luas dari Covid-19 meningkatkan kemiskinan, ketidaksetaraan dan mengancam hak-hak anak.

“Jumlah anak yang kelaparan, putus sekolah, dianiaya, hidup dalam kemiskinan atau dipaksa menikah meningkat. Jumlah anak yang memiliki akses ke perawatan kesehatan, vaksin, makanan yang cukup, dan layanan penting menurun. Di tahun yang seharusnya kita melihat ke depan, justru mengalami kemunduran,” ujarnya.

Baca: Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa Positif Covid-19

AL JAZEERA

Berita terkait

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

1 jam lalu

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

Pernyataan Dharma Pongrekun pernah kontroversi saat pandemi Covid-19 karena menurutnya hasil konspirasi dan rekayasa. Kini, ia maju Pilkada DKI.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

2 jam lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

19 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

22 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

2 hari lalu

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

Koordinator Humas Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) Eka Rosmalasari angkat bicara soal penarikan vaksin AstraZeneca secara global.

Baca Selengkapnya

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

3 hari lalu

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

Kemenkes mengimbau seluruh jemaah haji mewaspadai MERS-CoV. Kenali asal usul dan gejalanya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

4 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

4 hari lalu

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

Pemerintah meminta seluruh jamaah haji Indonesia mewaspadai MERS-CoV yang ditemukan di Arab Saudi.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

4 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

4 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya