TEMPO Interaktif, PBB:PBB mengikuti langkah organisasi internasional lainnya di Irak melakukan evaluasi diri dengan mempertimbangkan penarikan stafnya keluar dari Irak. Hal itu tidak lain karena kekhawatiran dari segi keamanan menyusul serangan bom bunuh diri terhadap markas PBB di Bagdad yang menewaskan 22 orang. Perdebatan isu penarikan staf keluar dari Irak itu diperkirakan meningkat dalam minggu ini, setelah Koordinator PBB untuk Keamanan Tun Myat kembali ke New York dari perjalanannya ke Bagdad. Sepulangnya dari Irak, Myat dijadwalkan akan membuat laporan kepada Dewan Keamanan PBB soal serangan bunuh diri 19 Agustus lalu yang menewaskan 22 orang, termasuk Kepala Perwakilan PBB di Irak Sergio Vieira de Mello. Sebelum serangan bunuh diri yang menggunakan sebuah truk bermuatan penuh bom itu, PBB memiliki lebih dari 600 staf di Irak. Menurut Juru Bicara PBB Fred Eckhard mereka terbagi 300 orang bekerja di Bagdad dan sisanya tersebar di luar Bagdad. Dari jumlah itu, seorang pejabat PBB di Bagdad mengungkapkan pada Minggu lalu, bahwa hanya selusin saja, yakni mereka para staf inti yang akan tetap dipertahankan. Sementara yang lainnya akan mulai meninggalkan negeri yang telah luluh lantak akibat perang itu mulai minggu ini. Pekan lalu, menyusul serangan bom bunuh diri itu, sejumlah pejabat PBB di kantor pusatnya di New York juga telah mengisyaratkan hal yang sama. Saat itu mereka menginginkan pengurangan staf di Irak secara drastis hingga tinggal 10 persen saja. Dalam pekan yang sama Sekjen PBB Kofi Annan juga telah menginstruksikan evaluasi kondisi keamanan di Irak. Instruksi itu menyusul seruan yang ditujukan kepadanya dari Komite Keamanan Persatuan Staf PBB agar membekukan seluruh operasi PBB di Irak dan menarik mereka yang bertugas di Irak hingga jangka waktu tertentu sampai tingkat keamanan lebih baik. Saat ini sendiri seluruh anggota PBB yang terluka akibat serangan bom bunuh diri telah dievakuasi. Basis kerja juga telah dipindah ke Amman, Yordania. Badan internasional lainnya juga telah mempertimbangkan langkah serupa. Beberapa bahkan telah mulai menarik keluar sejumlah stafnya, termasuk Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Komite ini telah memutuskan mengurangi setengah staf asingnya dan membatasi aktivitasnya. Pertanyaan ataupun keraguan yang menggelayut di benak setiap badan kemanusiaan itu adalah apakah mereka dapat melakukan pekerjaannya dalam kondisi keamanan yang sangat tidak menentu. Tingkat kekerasan sangat tinggi, dan otoritas yang berwenang tidak dapat memberikan jaminan keamanan di seluruh negeri, Nada Doumani, Juru Bicara ICRC di Bagdad. AFP/AP/Reuters/Wuragil - Tempo News Room
Berita terkait
SK Rektor soal UKT Belum Terbit, BEM UI: Nasib Mahasiswa Baru Terkatung-katung
10 menit lalu
SK Rektor soal UKT Belum Terbit, BEM UI: Nasib Mahasiswa Baru Terkatung-katung
Ketua BEM UI Verrel Uziel mengaku menerima banyak laporan dari mahasiswa baru yang diterima lewat jalur SNBP dan talent scouting yang belum mengetahui soal biaya kuliah.
Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya
20 menit lalu
Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya
Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.