Perang Nuklir Nyaris Terjadi 59 Tahun Lalu, Apa dan Siapa Pemicunya?

Reporter

Tempo.co

Jumat, 22 Oktober 2021 16:56 WIB

Mantan Presiden Amerika John F. Kennedy, saat berada diruang kerjanya di Gedung Putih, Washington, 11 Juni 1963. Presiden Donald Trump menyatakan akan mengizinkan dokumen rahasia negara mengenai pembunuhan Presiden John F. Kennedy (JFK) pada 1963 dibuka ke publik untuk pertama kalinya. AFP PHOTO/HO/JFK LIBRARY

TEMPO.CO, Jakarta - Krisis Rudal Kuba adalah salah satu peristiwa paling menakutkan dalam Perang Dingin. Selama tiga belas hari di bulan Oktober 1962, dunia menunggu, sepertinya di ambang perang nuklir, dan mengharapkan resolusi perdamaian untuk Krisis Rudal Kuba.

Berdasarkan jfklibrary.org, hal ini bermula ketika sebuah pesawat mata-mata U-2 Amerika Serikat diam-diam memotret situs rudal nuklir yang sedang dibangun oleh Uni Soviet di pulau Kuba. Presiden Amerika Serikat (AS) John F. Kennedy tidak ingin Uni Soviet dan Kuba mengetahui bahwa dia telah menemukan misil tersebut.

Dengan hal ini presiden yang akrab disapa JFK tersebut melakukan pertemuan dengan penasihat militer, politik, dan diplomatik seniornya untuk membahas perkembangan yang tidak menyenangkan. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai ExComm, kependekan dari Executive Committee.

Setelah melakukan berbagai pertemuan, Kennedy memutuskan untuk menempatkan blokade laut, atau cincin kapal, di sekitar Kuba. Tujuan dari "karantina" ini, begitu dia menyebutnya, adalah untuk mencegah Soviet membawa lebih banyak pasokan militer. Dia menuntut penghapusan rudal yang sudah ada di sana dan penghancuran situs. Pada 22 Oktober, Presiden Kennedy berbicara kepada bangsa tentang krisis dalam pidato yang disiarkan televisi.

Berdsarkan history.com, dalam pidato televisi 18 menit, JFK mengejutkan orang Amerika Serikat dengan mengungkapkan “bukti yang tidak salah lagi” dari ancaman rudal, dan mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mencegah kapal yang membawa senjata mencapai Kuba, sambil menuntut agar Soviet menarik rudal mereka.

Advertising
Advertising

JFK juga menuliskan surat untuk pimpinan Uni Soviet, Nikita Khrushchev melalui Duta Besar AS untuk Uni Soviet Foy Kohler. Adapun isi surat tersebut yaitu, “Satu hal yang paling mengkhawatirkan saya adalah kemungkinan bahwa pemerintah Anda tidak akan memahami dengan benar keinginan dan tekad Amerika Serikat dalam situasi apa pun, karena saya tidak berasumsi bahwa Anda atau orang waras mana pun akan, di era nuklir ini, dengan sengaja menjerumuskan dunia ke dalam perang yang sangat jelas tidak ada negara yang bisa menang dan yang hanya bisa mengakibatkan konsekuensi bencana bagi seluruh dunia, termasuk agresornya.”

Masih dari kanal John F. Kennedy Presidentially Library and Museum, kedua pemimpin negara adidaya ini memiliki kesapakatan lain yaitu, Amerika Serikat juga setuju untuk menghapus rudal nuklirnya dari Turki. Meskipun Soviet memindahkan misil mereka dari Kuba, mereka meningkatkan pembangunan persenjataan militer mereka; krisis rudal telah berakhir, perlombaan senjata belum.

Pada 28 Oktober, Khrushchev mengumumkan niat pemerintahnya untuk membongkar dan memindahkan semua senjata ofensif Uni Soviet di Kuba. Dengan ditayangkannya pesan publik di Radio Moskow, Uni Soviet menegaskan kesediaannya untuk melanjutkan solusi yang diajukan secara diam-diam oleh Amerika Serikat sehari sebelumnya. Pada sore hari, teknisi Soviet mulai membongkar situs rudal, dan dunia mundur dari ambang perang nuklir.

GERIN RIO PRANATA

Baca: Ahli: Perubahan Iklim Akibat Perang Nuklir Ancam pangan dan Kesehatan Manusia

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

1 jam lalu

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

Vladimir Putin kembali menjabat sebagai presiden Rusia untuk periode kelima selama enam tahun ke depan. Bakal mengalahkan rekor Stalin.

Baca Selengkapnya

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

4 jam lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

5 jam lalu

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

Stormy Daniels, bintang film dewasa yang menjadi pusat persidangan uang tutup mulut mantan presiden Donald Trump, akan bersaksi

Baca Selengkapnya

Tragedi Penembakan di Pesta Remaja Buffalo AS Tewaskan Seorang Remaja Putri dan Lukai 5 Lainnya

6 jam lalu

Tragedi Penembakan di Pesta Remaja Buffalo AS Tewaskan Seorang Remaja Putri dan Lukai 5 Lainnya

Lagi-lagi terjadi penembakan di Amerika Serikat, kali ini terjadi di Buffalo yang menewaskan seorang remaja putri dan melukai lima orang lainnya.

Baca Selengkapnya

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

6 jam lalu

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

Amerika Serikat tengah menjadi sorotan pasca-penembakan terbaru di Buffalo dan legalisasi senjata api di Tennessee. Bagaimana fakta-faktanya?

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

7 jam lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

7 jam lalu

Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

Timnas Indonesia akan satu grup dengan tuan rumah Prancis, Amerika Serikat, dan Selandia Baru bila lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

8 jam lalu

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

Militer Israel mengambil kendali atas perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir

Baca Selengkapnya

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

8 jam lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

9 jam lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya