AS Nilai Indonesia Mitra Penting dalam COP26
Reporter
Antara
Editor
Yudono Yanuar
Jumat, 22 Oktober 2021 07:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia merupakan salah satu mitra penting Amerika Serikat dalam perhelatan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP26 yang tahun ini digelar di Glasgow, Inggris, mulai 31 Oktober hingga 12 November 2021.
"Amerika Serikat siap meningkatkan kerja sama dengan Indonesia dalam berbagai isu-isu perubahan iklim," ujar Penasihat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Derek Chollet, dalam konferensi pers melalui telepon di Jakarta, Kamis, 21 Oktober 2021.
Indonesia akan memainkan perang penting sebagai ketua bersama dengan Inggris dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang berfokus pada perubahan iklim.
Ia juga mengatakan Amerika Serikat melakukan berbagai persiapan menjelang perhelatan KTT iklim COP26. di antaranya, pada 20 Januari 2021, Presiden Joe Biden menandatangani sejumlah perintah eksekutif termasuk bergabung kembali dalam Perjanjian Paris.
Sementara itu, Konferensi iklim global COP26 terancam akan kehilangan tujuannya untuk menyapih dunia dari bahan bakar fosil kecuali negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada batubara diberi bantuan untuk bisa beradaptasi, demikian kata para pembuat keputusan konferensi iklim mengatakan kepada Reuters beberapa waktu lalu.
Usha Rao-Monari, administrator asosiasi Program Pembangunan PBB, mengatakan kurang dari seperlima investasi global dalam energi bersih saat ini digunakan untuk membantu dua pertiga penduduk termiskin di dunia.
Dia mengatakan emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik di dunia industri telah turun 20% sejak 2012, tetapi batu bara, salah satu bahan bakar paling kotor, masih menyumbang 44% dari konsumsi listrik di negara berkembang, di mana emisi pada gilirannya melonjak 20%.
Rao-Monari mengatakan bahwa dari perkiraan 90 triliun dolar AS yang perlu dihabiskan untuk infrastruktur guna membantu dunia memenuhi tujuan emisi 2030, dua pertiga harus masuk ke negara-negara miskin untuk investasi pada pembangkit bersih.