Hari ini 9 Tahun Lalu Malala Yousafzai Ditembak Anggota Taliban, Koma 4 Hari

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 9 Oktober 2021 19:43 WIB

Malala Yousafzai, penerima Nobel perdamaian, saat pertemuan dengan remaja perempuan Complexo da Penha yang bekerja pada organisasi sepak bola Street Child United di Pantai Copacabana, Rio de Janeiro, Brasil, 11 Juli 2018. REUTERS/Ricardo Moraes

TEMPO.CO, Jakarta – Malala Yousafzai tak akan pernah melupakan 9 Oktober 2012. Gadis muda asal Kota Mingora, Pakistan ini mengalami penembakan di kepalanya oleh anggota Taliban saat pulang sekolah. Tembakan itu mel;ukai leher dan kepalanya.

Namun, Malala berhasil selamat dari peristiwa naas tersebut yang menimpa dirinya ketika berusia 15 tahun. Meksipun sempat koma 4 hari dan hampir merenggut nyawanya, tetapi Malala terus mengibarkan semangat tentang pendidikan setara bagi kaum perempuan terutama di Pakistan.

Malala Yousafzai telah aktif berkecimpung di dunia aktivis sosial sejak usia belia, yakni ketika dirinya berumur 15 tahun. Perempuan kelahiran 12 Juli 1997 ini sudah vokal akan pentingnya pendidikan anak perempuan meskipun dirinya juga merupakan anak-anak kala itu. Terlebih, ketika Taliban mulai mencoba mengambil alih negaranya, dan memasukki kawasan tempat tinggalnya.

Menurutnya, dilansir dari laman britannica.com, keberadaan Taliban meresahkan keberlanjutan pendidikan di Pakistan pasca Taliban mulai menyerang sekolah perempuan di Lembah Swat, tempat tinggalnya. Melalui pidatonya berjudul ‘How Dare The Taliban Take Away My Basic Right To Education?’ di Peshawar, Pakistan, Yousafzai mengecam segala tindakan yang dilakukan Taliban. Pidato itu disampaiakn pada 1 September 2008 saat dirinya beruisa 11 tahun. Tak berhenti sampai di situ, Yousafzai juga menulis blog di sebuah platform tentang kehidupannya di bawah bayang-bayang ancaman Taliban yang tidak memberikannya pendidikan.

Aktivismenya berfokus pada hak pendidikan perempuan terus berlanjut, hingga pada 2011, dirinya memeroleh Penghargaan Perdamaian Pemuda Nasional Pakistan. Perjuangannya untuk terus menyebarkan semangat kesetaraan kemudian menarik perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan diundangnya Yousafzai untuk berpidato di PBB. Bahkan, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon menetapkan 12 Juli yang merupakan ulangtahun Yousafzai sebagai Malala Day. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menghormati aktivisme pemimpin muda sekaligus memastikan pendidikan bagi semua anak.

Advertising
Advertising

Dilansir dari laman nobelprize.org, atas dedikasi tingginya, pada Oktober 2014 ketika berusia 17 tahun, Malala Yousafzai mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian dari Parlemen Eropa berupa Sakharov Prize untuk penghargaan Kebebasan Berpikir. Kemudian, tiga tahun berselang yakni 2017, Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres menetapkan Malala Yousafzai sebagai Utusan Perdamaian PBB untuk mempromosikan pendidikan anak perempuan.

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca: 12 Juli Hari Malala Ketika Dunia Mengakui Perjuangan Gadis Malala Yousafzai

Berita terkait

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

52 menit lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

1 hari lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

2 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

3 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

3 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

3 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

3 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya