7 Pejabat PBB Diusir dari Ethiopia karena Dituduh Ikut Campur

Reporter

Tempo.co

Jumat, 1 Oktober 2021 18:07 WIB

Seorang penjual menunggu pelanggannya di pasar lokal kota Humera di Ethiopia, 1 Juli 2021. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Ethiopia mengusir tujuh pejabat senior Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB pada Kamis, 30 September 2021. Menurut Kementerian Luar Negeri Ethiopia, mereka diusir dua hari setelah PBB mengingatkan blokade bantuan pemerintah membuat ratusan ribu orang di wilayah utara Tigray mengalami kelaparan.

Kondisi di Tigray mengundang kritik dari dunia internasional. Semua pihak yang berperang di Ethiopia utara juga menghadapi kemungkinan sanksi dari pemerintah Amerika Serikat.

Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan bahwa Amerika Serikat mengutuk pengusiran pejabat PBB itu. AS juga tidak akan ragu menerapkan sanksi terhadap mereka yang menghalangi upaya kemanusiaan.

"Kami sangat prihatin bahwa tindakan ini melanjutkan pola pemerintah Ethiopia yang menghalangi pengiriman makanan, obat-obatan dan pasokan lainnya kepada mereka yang paling membutuhkan," kata Psaki, Kamis, 30 September 2021.

Kementerian Luar Negeri tidak segera menanggapi permintaan konfirmasi ihwal pengusiran tersebut. Namun Ethiopia telah membantah memblokir bantuan makanan.

Advertising
Advertising

Banyak negara khawatir konflik yang menyebar di Etiopia kian mengacaukan kawasan yang sudah rapuh tersebut. Ethiopia merupakan negara terpadat kedua di Afrika.

Tujuh pejabat PBB yang diusir termasuk kepala lembaga UNICEF dan kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA). Ketujuh orang itu memiliki waktu 72 jam untuk pergi. Menurut Kementerian Luar Negeri, mereka telah campur tangan dalam urusan internal Ethiopia.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan terkejut dengan pengusiran itu. "Kami sekarang terlibat dengan Pemerintah Ethiopia dan berharap bahwa staf PBB yang bersangkutan akan diizinkan untuk melanjutkan pekerjaan penting mereka," ujar Guterres.

Konflik meletus antara pasukan federal dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), partai politik yang menguasai Nigeria pada November tahun lalu. Pasukan Tigrayan merebut kembali sebagian besar wilayah pada akhir Juni sehingga memaksa ratusan ribu orang di sana meninggalkan rumah mereka.

Pada Selasa lalu, Kepala OCHA Martin Griffiths, mengatakan blokade di perbatasan Tigray selama tiga bulan terakhir telah membatasi pengiriman bantuan hingga 10 persen. Dia mencatat hampir seperempat dari jumlah anak-anak di sana kekurangan gizi.

Lima dari tujuh orang yang diusir bekerja untuk OCHA, sementara satu orang bekerja untuk UNICEF dan lainnya bekerja untuk Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia. Mereka sedang menyelidiki dugaan pembunuhan warga sipil, pemerkosaan geng dan pelanggaran lainnya di Tigray, Ethiopia.

Baca: Dapat Dukungan Banyak Negara, Tedros Adhanom Ghebreyesus Bakal Pimpin WHO Lagi

REUTERS

Berita terkait

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

3 jam lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

1 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

1 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

1 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

2 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

2 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

2 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

4 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya