Laporan Rahasia: Bank Sentral Afghanistan Kehabisan Dolar sebelum Taliban Menang

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 30 September 2021 09:35 WIB

Seorang pedagang penukaran uang Afghanistan menunggu pelanggan di pasar pertukaran uang, menyusul pembukaan kembali bank dan pasar setelah Taliban mengambil alih di Kabul, Afghanistan, 4 September 2021. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah dokumen rahasia mengungkapkan, Bank sentral Afghanistan telah kehabisan sebagian besar cadangan uang dolar AS beberapa minggu sebelum Taliban berkuasa.

Dokumen, yang dilihat Reuters itu, disiapkan untuk donor internasional Afghanistan.

Laporan singkat dua halaman rahasia, yang ditulis awal bulan ini oleh pejabat senior ekonomi internasional untuk lembaga-lembaga termasuk Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, mengatakan kekurangan uang tunai yang parah di negara itu dimulai sebelum Taliban menguasai Kabul.

Laporan ini menyorot bagaimana kepemimpinan bank sentral menangani krisis di bulan-bulan sebelum penaklukan Taliban, termasuk keputusan melelang sejumlah besar dolar AS dan memindahkan uang dari Kabul ke cabang-cabang bank sentra di provinsi.

"Cadangan FX (valas) di brankas CB (bank sentral) di Kabul telah habis, CB tidak dapat memenuhi permintaan uang tunai," kata laporan itu, seperti dikutip Reuters, Kamis, 30 September 2021.

Advertising
Advertising

"Sumber masalah terbesar adalah salah urus di bank sentral sebelum pengambilalihan Taliban," tulis laporan itu.

Shah Mehrabi, ketua komite audit bank sentral yang membantu mengawasi bank sebelum Taliban mengambil alih dan masih dalam jabatannya, membela tindakan bank sentral, dengan mengatakan pihaknya berusaha untuk mencegah larinya mata uang lokal Afghanistan.

Tingkat kekurangan uang tunai dapat dilihat di jalan-jalan kota-kota Afghanistan. Banyak orang mengantri berjam-jam untuk menarik uang mereka di tengah pembatasan pencairan uang.

Sebelum pemerintah yang didukung Barat runtuh, ekonomi Afghanistan sedang sulit. Kondisi ini makin parah setelah Taliban berkuasa, karena tiba-tiba berakhirnya kucuran miliaran dolar bantuan asing.

Harga bahan pokok seperti tepung telah melonjak sementara lapangan pekerjaan turun, membuat jutaan orang menghadapi kelaparan saat musim dingin mendekat.

Krisis mata uang mempersulit Taliban memenuhi kebutuhan dasar, termasuk membayar gaji pegawai pemerintah. Cadangan Afghanistan sekitar 9 miliar dolar AS dibekukan segera setelah Taliban merebut Kabul, meninggalkan bank sentral hanya dengan uang tunai di brankasnya.

Menurut laporan itu, bank sentral melelang 1,5 miliar dolar AS antara 1 Juni dan 15 Agustus kepada diler valuta asing lokal, yang dikatakan "sangat tinggi".

"Pada 15 Agustus, Bank Sentral memiliki kewajiban yang luar biasa sebesar 700 juta dolar AS dan 50 miliar Afghan ($569 juta) terhadap bank-bank komersial," kata laporan itu

Pejabat bank sentral Afghanistan Mehrabi mengatakan, bagaimanapun, bahwa meskipun hampir $1,5 miliar lelang telah diumumkan, jumlah sebenarnya yang terjual adalah $714 juta.

Dia mengatakan bank sentral telah "melanjutkan lelang valuta asing untuk mengurangi depresiasi dan inflasi."

Laporan itu juga mempertanyakan keputusan bank sentral untuk mengalihkan sebagian dari cadangannya ke cabang provinsi, menempatkannya dalam risiko karena gerilyawan Taliban membuat kemajuan di seluruh negeri mulai akhir 2020 menjelang kemenangan mereka.

Dikatakan sekitar $ 202 juta disimpan di cabang-cabang ini pada akhir tahun 2020, dibandingkan dengan $ 12,9 juta pada tahun 2019, dan bahwa uang tunai tidak dipindahkan karena provinsi mulai jatuh ke tangan pemberontak.

"Sejumlah uang dilaporkan hilang (dicuri) dari 'beberapa' cabang provinsi," kata laporan itu, tanpa menyebutkan berapa jumlahnya.

Mehrabi mengatakan bank sentral sedang menyelidiki uang yang "dicuri" dari tiga cabangnya, meskipun bukan oleh Taliban. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Mantan gubernur bank sentral Ajmal Ahmady, yang meninggalkan negara itu sehari setelah Kabul jatuh, tidak menanggapi email dan pesan lain yang meminta komentar atas tindakannya dan bank tersebut pada bulan-bulan sebelum Taliban kembali berkuasa.

Ahmady mengatakan di Twitter dalam beberapa pekan terakhir bahwa dia melakukan yang terbaik untuk mengelola situasi, dan menyalahkan kekurangan uang tunai pada pembekuan aset bank sentral di luar negeri.

Dalam pernyataannya, dia juga mengatakan bank sentral Afghanistan telah mengelola ekonomi dengan baik sebelum jatuhnya Kabul dan bahwa dia merasa tidak enak meninggalkan stafnya tetapi mengkhawatirkan keselamatannya. Dia mengatakan tidak ada uang yang dicuri dari rekening cadangan mana pun.

Berita terkait

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

10 jam lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

2 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

2 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

7 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya