Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas berbicara selama konferensi pers menyusul pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki, di Berlin, Jerman 17 November 2020. [REUTERS / Hannibal Hanschke / Pool]
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, pesimistis pemerintahan baru Afghanistan, yang dibentuk oleh Taliban, akan berdampak positif. Menurutnya, komposisi pemerintahan baru Afghanistan mengkhawatirkan.
Diberitakan sebelumnya, Taliban menjauhi sifat inklusif dan terbuka dalam membentuk pemerintahan baru di Afghanistan. Mereka memilih untuk mengedepankan figur-figur senior di organisasinya untuk memimpin Afghanistan. Bahkan, figur yang dipilih sebagai Menteri Dalam Negeri, Sirajuddin Haqqani, terdaftar sebagai teroris dan buron di Amerika.
Tidak hanya menonjolkan orang-orang lama, Taliban juga tidak mengikutkan perempuan pada pemerintahannya. Hal itu mempertegas kekhawatiran banyak pihak bahwa Taliban tidak akan menghargai dan mengakui hak-hak perempuan Afghanistan di pemerintahannya.
"Pengumuman pemerintahan transisional tanpa melibatkan kelompok lain plus kekerasan terhadap demonstran dan jurnalis di Kabul pada Selasa kemarin bukanlah sinyal yang memberi rasa optimis," ujar Heiko Maas, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 8 September 2021.
Maas melanjutkan, ada banyak isu yang harus segera direspon oleh pemerintahan baru Afghanistan. Beberapa di antaranya adalah soal kurangnya cadangan pangan, pengakuan HAM, serta diblokirnya dana bantuan pembangunan.
"Jika pemerintahan yang baru tidak mampu merespon isu-isu tersebut, maka ada ancaman runtuhnya perekonomian Afghanistan. Hal itu bisa diikuti konsekuensi kemanusiaan yang kian besar," ujar Maas menegaskan.
Meski pesimistis dengan kinerja pemerintahan baru itu, Maas menegaskan bahwa Jerman akan tetap menjaga komunikasi dengan Taliban. Hal itu, kata ia, untuk memastikan warga negara Jerman yang tertinggal di Afghanistan tetap bisa dipulangkan dengan selamat.