Beheshta Arghand, Wartawati Pertama Pewawancara Taliban Akhirnya Mengungsi

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 2 September 2021 10:27 WIB

Pembawa berita Tolo News, Afghanistan, Beheshta Arghand, dalam wawancara dengan pimpinan Taliban (17/8/2021) (Youtube/Tolo News)

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pembawa berita Tolo News, Afghanistan, Beheshta Arghand, sempat menjadi sorotan ketika dia mewawancarai pimpinan Taliban hanya beberapa hari setelah mereka menguasai Kabul.

Dua minggu kemudian, dia akhirnya meninggalkan negaranya di tengah ketakutan akan keselamatannya, demikian dilaporkan BBC, Rabu (1/9/2021).

Kepada Reuters, Arghand yang kini berada di Doha, Qatar, menceritakan bagaimana detik-detik mengejutkan ketika tiba-tiba pentolan Taliban muncul di studio televisi Tolo News, dua hari setelah menjatuhkan pemerintahan Afghanistan pada 15 Agustus 2021.

Arghand mengatakan, ia harus mengatur nafasnya dan menyesuaikan jilbabnya agar terlihat lebih seperti jilbab tradisional yang pas ketika seorang pejabat Taliban muncul, tanpa diundang, di studionya, meminta untuk diwawancarai.

Beheshta Arghand di Doha, Qatar, 1 September 2021. (REUTERS/Hamad I Mohammed)

Advertising
Advertising

Itu hanya dua hari setelah Taliban mengambil alih Kabul. Dia melihat ke bawah ke tubuhnya untuk memastikan tidak ada bagian lain yang terlihat dan mulai melontarkan pertanyaannya.

Wawancara langsungnya menjadi berita utama di seluruh dunia saat ia menjadi jurnalis wanita Afghanistan pertama yang menanyai anggota kelompok garis keras itu.

"(Untungnya) saya selalu mengenakan pakaian panjang di studio karena kami menghadapi orang dengan pikiran yang berbeda," kata wanita berusia 23 tahun itu kepada Reuters di Doha, tempat dia tinggal sejak melarikan diri dari Afghanistan pada 24 Agustus dengan bantuan peraih Nobel, Malala Yousafzai.

"Taliban tidak bisa menerima perempuan. Ketika sekelompok orang tidak menerima Anda sebagai manusia, mereka memiliki gambaran di benak mereka tentang Anda, itu sangat sulit," katanya.

Wawancara itu, bagian dari kampanye media Taliban yang lebih luas, bertujuan untuk menunjukkan wajah yang lebih moderat karena mereka berjanji akan menghormati hak-hak perempuan dan memasukkan faksi-faksi Afghanistan lainnya dalam kesepakatan pembagian kekuasaan.

Arghand berada di lokasi syuting ketika pejabat Taliban tiba.

"Saya melihat mereka datang (ke stasiun televisi). Saya kaget, saya kehilangan kendali ... saya berkata pada diri sendiri bahwa mungkin mereka datang untuk bertanya mengapa saya ada di studio," katanya.

Berikutnya: Mimpi Buruk

<!--more-->
Itu sekitar seminggu sebelum hidupnya berubah menjadi mimpi buruk, katanya.

Dia mengatakan Taliban memerintahkan bos di Tolo News untuk membuat ketentuan bahwa semua wanita harus mengenakan jilbab tetapi membiarkan wajah tidak tertutup, serta melarang wanita menjadi pembaca berita di stasiun lain.

Dia mengatakan kelompok Islam itu juga meminta media lokal untuk berhenti memberitakan tentang pengambilalihan dan kekuasaan mereka.

"Bila Anda tidak bisa (bahkan) mengajukan pertanyaan dengan mudah, bagaimana Anda bisa menjadi jurnalis," kata Arghand.

Banyak rekannya telah pergi ke luar negeri pada saat itu meskipun Taliban menjamin kebebasan pers dan perempuan akan memiliki akses ke pendidikan dan pekerjaan.

Dia akhirnya memutuskan meninggalkan Afghanistan bersama ibu dan saudaranya. Mereka bergabung dengan puluhan ribu orang asing dan warga Afghanistan dalam evakuasi kacau yang dipimpin AS.

"Saya menelepon Malala dan bertanya apakah dia bisa melakukan sesuatu untuk saya," katanya. Dia mengatakan Malala Yousafzai, yang pernah dia wawancarai, membantu memasukkannya ke dalam daftar pengungsi Qatar.

Yousafzai, yang telah berbicara tentang keprihatinannya terhadap keselamatan perempuan dan anak perempuan khususnya setelah pengambilalihan itu, selamat dari tembakan oleh seorang pria bersenjata Taliban Pakistan pada 2012, setelah dia berkampanye melawan pembatasan pendidikan bagi perempuan.

Arghand mengatakan dia menyadari betapa dia mencintai negaranya Afghanistan dan profesi yang dia pilih. "Ketika saya duduk di pesawat, saya berkata pada diri sendiri bahwa sekarang Anda tidak punya apa-apa," katanya.

REUTERS | BBC

Berita terkait

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

1 hari lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

3 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

3 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

10 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

13 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

42 hari lalu

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

Serangan mematikan di Moskow yang diklaim oleh afiliasi ISIS menyebabkan 137 orang tewas dan sekitar 100 orang terluka.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

59 hari lalu

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

Indonesia bekerja sama di antaranya dengan UNICEF memberikan bantuan vaksin polio bOPV ke Afghanistan

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

6 Maret 2024

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

2 Maret 2024

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

Badai salju hebat di Afghanistan menyebabkan 15 orang tewas dan ribuan ternak mati.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

27 Februari 2024

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

Menlu Retno mendesak Dewan HAM PBB untuk menangani pelanggaran hak asasi manusia berat yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya