Vaksin Moderna Vs Pfizer, Mana Lebih Ampuh Lawan Corona Varian Delta?

Reporter

Tempo.co

Selasa, 10 Agustus 2021 20:16 WIB

Vaksinator mempersiapkan vaksin Covid-19 Moderna bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit Mangusada, Kabupaten Badung, Bali, Rabu, 4 Agustus 2021. Dinas Kesehatan Provinsi Bali menergetkan 40.768 orang tenaga kesehatan seluruh Bali mendapatkan vaksinasi dosis ketiga. Johannes P. Christo

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah ahli membandingkan efektivitas vaksin Moderna dan vaksin Pfizer - BioNTech dalam melawan varian Delta. Vaksin Moderna yang berbasis mRNA dinilai yang terbaik melawan varian Delta. Sementara vaksin Pfizer - BioNTech dinilai tak terlalu efektif dibandingkan vaksin Moderna dalam melawan varian Delta.

Kesimpulan ini didapat dari dua laporan yang diposting di medRxiv pada hari Minggu lalu menjelang peer review. Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 50.000 pasien di Mayo Clinic Health System, para peneliti menemukan efektivitas vaksin Moderna terhadap infeksi turun menjadi 76 persen pada Juli, dibandingkan awal 2021 sebesar 86 persen. Juli adalah awal merebaknya varian Delta di sejumlah negara.

Pada periode yang sama, efektivitas vaksin Pfizer - BioNTech turun menjadi 42 persen dari 76 persen menurut para peneliti.

Venky Soundararajan yang memimpin analisis di Klinik Mayo mengatakan meski efektivitas turun dalam melawan varian Delta, kedua vaksin vaksin tetap efektif mencegah rawat inap Covid-19. Suntikan booster vaksin Moderna direkomendasikan untuk mereka yang telah mendapatkan vaksin Pfizer atau Moderna di awal tahun ini.

Dalam studi terpisah, penghuni panti jompo di Ontario menghasilkan respons kekebalan yang lebih kuat, terutama terhadap varian yang mengkhawatirkan seperti varian Delta, setelah mendapatkan suntikan vaksin Moderna. Responden dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan suntikan vaksin Pfizer - BioNTech. Anne-Claude Gingras dari Lunenfeld-Tanenbaum Research Institute di Toronto mengatakan orang tua kemungkinan membutuhkan dosis vaksin yang lebih tinggi, booster dan tindakan pencegahan lainnya.

Advertising
Advertising

Ketika diminta untuk mengomentari kedua laporan penelitian, juru bicara Pfizer mengatakan, "Kami terus percaya, penguat dosis ketiga mungkin diperlukan dalam waktu 6 hingga 12 bulan setelah vaksinasi penuh untuk mempertahankan tingkat perlindungan tertinggi."

Orang yang menerima dosis kedua Pfizer - BioNTech pada lima bulan lalu atau lebih, lebih mungkin terkena Covid-19 dibandingkan orang yang divaksinasi penuh kurang dari lima bulan lalu,

Para peneliti mempelajari hampir 34.000 orang dewasa yang divaksinasi penuh di Israel yang diuji untuk melihat apakah mereka memiliki kasus Covid-19.

Hasilnya 1,8 persen dinyatakan positif. Di segala usia, kemungkinan tes positif lebih tinggi ketika dosis vaksin terakhir diterima setidaknya 146 hari sebelumnya, tim peneliti melaporkan Kamis di medRxiv sebelum peer review.

Di antara pasien yang berumur lebih dari 60 tahun, kemungkinan tes positif hampir tiga kali lebih tinggi ketika setidaknya 146 hari telah berlalu sejak dosis kedua.

Meski positif Covid-19, menurut Eugene Merzon, dokter dari Layanan Kesehatan Leumit di Israel mengatakan sangat sedikit pasien yang dirawat inap. "Terlalu dini untuk menilai tingkat keparahan infeksi baru berdasarkan kebutuhan rawat inap di rumah sakit, kebutuhan akan ventilasi mekanis atau kematian," ujarnya. "Kami berencana melanjutkan penelitian kami."

REUTERS | ASIA ONE

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

16 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya