Menlu: Tak Ada Progress Signifikan Penerapan Lima Poin Konsensus Myanmar

Senin, 2 Agustus 2021 17:00 WIB

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno L. P. Marsudi, berpidato di hadapan Majelis Umum PBB untuk membahas kekerasan Israel terhadap Palestina di markas PBB di New York, Amerika Serikat, 20 Mei 2021.[United Nations Web TV]

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, menyampaikan bahwa tidak ada perkembangan signifikan soal penyelesaian krisis Myanmar hingga sekarang. Lima poin konsensus penyelesaian krisis Myanmar, kata ia, belum terealisasi sepenuhnya.

Karena 100 hari sudah berlalu sejak lima poin konsensus disepakati di Leaders Meeting, Menteri Retno mendesak adanya langkah tegas dari ASEAN. Dengan begitu, penyelesaian krisis di Myanmar dan implementasi lima poin konsensus tak berlarut-larut. Retno berkata, terhambatnya implementasi lima poin konsensus tidak membawa kebaikan bagi ASEAN.

"Sudah waktunya ASEAN mengambil keputusan yang decisive," ujar Retno Marsudi dalam keterangan persnya, Senin, 2 Agustus 2021.

Retno ingin kelanjutan soal penerapan lima poin konsensus bisa ditetapkan dalam ASEAN Ministrial Meeting (AMM) ke-54 yang berlangsung dari Senin ini hingga Jumat nanti, 6 Agustus 2021. Salah satu yang terpenting adalah pemberian akses pada Utusan Khusus ASEAN untuk menjalankan tugasnya di Myanmar.

Kejelasan itu tentunya perlu didukung komitmen Militer Myanmar mengingat persetujuan mereka dibutuhkan juga. Retno berkata, Utusan khusus harus dapat segera bekerja dengan mandat yang jelas dari ASEAN.

Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing (kanan) menghadiri KTT ASEAN di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Sabtu, 24 April 2021. Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing dan sejumlah pemimpin serta utusan dari negara-negara ASEAN akan hadir. ANTARA FOTO/HO/ Setpres-Muchlis Jr


"Utusan khusus juga harus dipastikan mendapatkan jaminan akses penuh baik terkait pertemuan dengan berbagai pihak maupun pergerakan selama menjalankan tugasnya di Myanmar," ujar Retno.

Jika AMM gagal menelurkan hasil soal penerapan lima poin konsensus, Retno mengusulkan isu itu dikembalikan ke para Pemimpin ASEAN.Hal itu dikarenakan mandat penyelesaian krisis datang dari para Pemimpin ASEAN.

"Jika tidak terjadi implementasi lima poin konsensus, maka isu ini harus dilaporkan kembali kepada para Pemimpin ASEAN untuk mendapatkan arahan mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan sesuai piagam ASEAN," ujar Retno menegaskan.

Sebagaimana diketahui, Myanmar sejauh ini ogah melaksanakan lima poin konsensus. Dalam alasannya, junta Myanmar menganggap lima poin konsensus hanya sebagai rekomendasi dan baru akan mengimplementasikannya apabila situasi di Myanmar sudah stabil. Faktanya, stabil atau tidaknya Myanmar bergantung pada junta itu sendiri.

Krisis Myanmar sendiri terjadi sudah terjadi sejak 1 Februari lalu ketika Jenderal Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan Aung San Suu Kyi. Krisis diwarna dengan bentrokan, pembunuhan, dan penangkapan aktivis. Beberapa sudah dibebaskan, namun tidak sedikit yang masih ditahan. Di saat bersamaan, situasi itu diperburuk pandemi COVID-19.

Baca juga: Singapura: Penerapan Lima Poin Konsensus Krisis Myanmar Mengecewakan

ISTMAN MP




Berita terkait

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

1 jam lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

6 jam lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

20 jam lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya

5 Negara Terkecil di Asia Tenggara Berdasarkan Luas Wilayah

20 jam lalu

5 Negara Terkecil di Asia Tenggara Berdasarkan Luas Wilayah

ASEAN terdiri dari 11 negara yang berlokasi di Asia Tenggara. Ini dia negara terkecil di Asia Tenggara berdasarkan luas wilayahnya.

Baca Selengkapnya

5 Negara Pendiri ASEAN dan Tokohnya, Indonesia Termasuk

1 hari lalu

5 Negara Pendiri ASEAN dan Tokohnya, Indonesia Termasuk

ASEAN didirikan oleh lima negara di kawasan Asia Tenggara pada 1967. Ini lima negara pendiri ASEAN serta tokohnya yang perlu Anda ketahui.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

1 hari lalu

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

Indonesia-Africa Forum kedua akan diselenggarakan di Bali pada 3 - 4 September 2024. Menlu Retno mengundang perwakilan dari Gambia.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

2 hari lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

2 hari lalu

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

Retno Marsudi mengingatkan seluruh negara anggota OKI berutang kemerdekaan kepada rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

4 hari lalu

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

Retno Marsudi menyebut Turkiye dan Indonesia sepakat perlunya memperkuat kolaborasi kedua negara guna mendukung perjuangan bangsa Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

4 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya