Iran Tunggu Ebrahim Raisi Memimpin, Negosiasi Perjanjian Nuklir Bakal Molor

Kamis, 15 Juli 2021 11:00 WIB

Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi menghadiri konferensi pers di Teheran, Iran 21 Juni 2021.[Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Iran mengungkapkan bahwa mereka belum siap untuk melanjutkan pembahasan Perjanjian Nuklir (JCPOA) dengan negara-negara penyokongnya. Dikutip dari kantor berita Reuters, mereka ingin menunggu Ebrahim Raisi dilantik dulu untuk memastikan pembahasan sejalan dengan visinya.

Hal tersebut diungkapkan sumber kantor berita Reuters. Sumber berkata, keengganan Iran untuk melanjutkan pembahasan telah disampaikan via Eropa selaku mediator. Jika pelantikan Ebrahim Raisi berjalan sesuai rencana, sumber memperkirakan negosiasi bakal berlanjut lagi pada Agustus nanti.

"Pemerintah belum siap untuk kembali (ke pembahasan perjanjian nuklir) sebelum pemerintahan baru memimpin. Saya belum tahu apakah berlanjut saat Raisi dilantik atau setelah pemerintahannya benar-benar terbentuk," ujarnya, Kamis, 15 Juli 2021.

Per berita ini ditulis, pembahasan Perjanjian Nuklir Iran sudah memasuki negosiasi ke enam. Negosiasi digelar di Wina, dengan Iran dan Amerika sebagai pihak yang bernegosiasi. Adapun terakhir kali negosiasi digelar pada 20 Juni lalu.

Perjanjian Nuklir Iran, dikenal juga sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), adalah kesepakatan yang diteken delapan negara di tahun 2015. Tujuannya, memastikan program pengayaan nuklir Iran ditekan hingga 3,67 persen. Ada kekhawatiran dari berbagai negara bahwa cadangan uranium Iran cukup untuk membuat senjata pemusnah massal baru.

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]


Tahun 2018, mantan Presiden Amerika Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan tersebut dan menjatuhkan sanksi ekonomi ke Iran. Mereka tidak percaya Iran akan patuh janji. Kesal ditelikung Amerika, Iran balik menggenjot program pengayaan nuklir dengan target setinggi mungkin. Sekarang saja, Iran sudah melakukan pengayaan Uranium Metal.

Situasi berubah ketika Joe Biden menggantikan Trump. Ia ingin membawa Amerika dan Iran sama-sama kemgbali ke Perjanjian Nuklir. Jika Iran kooperatif, Joe Biden berjanji sanksi ekonomi Iran akan ia angkat. Iran, sebaliknya, meminta sanksi diangkat dulu baru mereka kembali ke perjanjian. Hal itu yang menjadi landasan negosiasi.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika mengkonfirmasi kabar dari sang sumber. Ia berkata, Iran sudah memberi tahu lembaganya bahwa pembahasan perjanjian nuklir bakal molor dengan alasan transisi pemerintahan.

"Kami siap untuk melanjutkan negosiasi, namun Iran meminta tambahan waktu untuk membereskan transisi pemerintahan."

"Setelah semua itu beres, kami akan kembali ke Wina untuk melanjutkan pembahasan. Kami tetap tertarik untuk mencari titik mutual soal Perjanjian Nuklir Iran. Walau begitu, kami tegaskan, tawaran kami ada batasnya. Kesempatan ini tak akan selalu ada," ujar juru bicara itu.

Ebrahim Raisi, ketika memenangi Pilpres Iran, sudah menegaskan bahwa dirinya mendukung pembahasan kelanjutan Perjanjian Nuklir Iran. Hal itu merupakan bagian dari upayanya untuk memulihkan perekonomian Iran yang terdampak pandemi COVID-19 dan sanksi.

Baca juga: Ebrahim Raisi Menjadi Presiden Iran, Kelanjutan Perjanjian Nuklir Dipertanyakan

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

2 hari lalu

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian mengatakan Iran telah membebaskan awak kapal MSC Aries yang terafiliasi dengan Israel, setelah sempat disita di dekat Selat Hormuz.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

2 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

3 hari lalu

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

Iran memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS, individu-individu, yang terlibat dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

3 hari lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

5 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

5 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

5 hari lalu

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

Iran akan mendorong pertukaran ekspor impor pada subsektor hortikultura khususnya yang berkaitan dengan buah-buahan

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

5 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

6 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

7 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya