AS Buka Dana Kompensasi Rp7,2 Triliun untuk Korban Dua Kecelakaan Boeing

Rabu, 23 Juni 2021 07:30 WIB

Anggota keluarga memegang foto-foto korban kecelakaan Boeing 737 MAX yang hilang dalam dua kecelakaan mematikan 737 MAX yang menewaskan 346 orang ketika CEO Boeing Dennis Muilenburg bersaksi di depan sidang Komite Perdagangan, Sains dan Transportasi Senat tentang "keselamatan penerbangan" dan 737 MAX yang dilarang terbang di Capitol Hill di Washington, AS, 29 Oktober 2019. [REUTERS/Sarah Silbiger]

TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar US$500 juta (Rp7,2 triliun) dana kompensasi untuk kerabat dari 346 korban tewas dalam kecelakaan fatal Boeing Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302 telah dibuka, menurut administrator kepada Reuters pada Selasa.

Dana tersebut, yang dibuka pada Senin, merupakan bagian dari penyelesaian dengan Departemen Kehakiman AS. Boeing Co pada bulan Januari setuju untuk membayar US$500 juta atau Rp7,2 triliun (kurs Rp14.418 per dolar AS) untuk memberikan kompensasi kepada ahli waris, kerabat, dan penerima kompensasi dari penumpang yang meninggal dalam Penerbangan Lion Air 610 dan Penerbangan Ethiopian Airlines ET 302 pada tahun 2018 dan 2019.

Setiap keluarga yang memenuhi syarat akan menerima hampir US$ 1,45 juta (Rp20,9 miliar) dan uang akan dibayarkan secara bergilir saat formulir klaim diajukan dan dilengkapi, kata administrator Ken Feinberg dan Camille Biros dalam pernyataan bersama, dilaporkan Reuters, 23 Juni 2021.

Keluarga memiliki waktu hingga 15 Oktober untuk melengkapi formulir klaim.

Departemen Kehakiman AS dan Boeing menolak berkomentar perihal pembukaan dana kompensasi.

Advertising
Advertising

Keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 melihat barang-barang penumpang yang berhasil ditemukan tim Basarnas di Tanjung Priok, Jakarta, 31 Oktober 2018. Pesawat rute Jakarta - Pangkal Pinang dengan tipe pesawat Boeing 737 MAX 8, jatuh di lepas pantai Tanjung Pakis, Karawang di kedalaman 35 meter. Seluruh 181 penumpang serta 8 awak tewas. REUTERS/Beawiharta

Dana tersebut merupakan bagian dari penyelesaian Departemen Kehakiman senilai US$2,5 miliar (Rp36 triliun) yang dicapai pada Januari dengan Boeing, setelah jaksa menuduh perusahaan tersebut melakukan penipuan atas sertifikasi Boeing 737 MAX setelah kecelakaan Lion Air pada 29 Oktober 2019 dan Ethiopian Airlines pada 10 Maret 2019.

Penyelesaian tersebut memungkinkan Boeing untuk menghindari tuntutan pidana tetapi tidak berdampak pada proses pengadilan perdata oleh kerabat korban yang berlanjut.

Pada Juli 2019, Boeing menunjuk Feinberg dan Biros untuk mengawasi distribusi US$50 juta (Rp720,7 miliar) terpisah kepada keluarga mereka yang tewas dalam kecelakaan dan distribusi dana baru mengikuti formula yang sama.

Sementara Boeing sebagian besar telah menyelesaikan tuntutan hukum Lion Air, Boeing masih menghadapi banyak tuntutan hukum di pengadilan federal Chicago oleh keluarga dari kecelakaan Ethiopia yang menanyakan mengapa MAX terus terbang setelah bencana pertama.

Seorang perempuan berduka di samping peti mati selama upacara penguburan para korban kecelakaan Penerbangan ET 302 Maskapai Ethiopian Airlines di Gereja Holy Trinity Cathedral di Addis Ababa, Ethiopia, 17 Maret 2019. Keluarga dan kerabat para korban merekatkan diri ke peti mati ketika mereka tiba dan mencium foto-foto orang yang dicintai. [REUTERS / Maheder Haileselassie]

Penyelesaian DOJ termasuk denda US$ 243,6 juta (Rp3,5 triliun) dan kompensasi kepada maskapai penerbangan US$1,77 miliar (Rp25,5 triliun) atas tuduhan konspirasi penipuan terkait dengan desain pesawat yang cacat.

"Karyawan Boeing memilih mencari untung daripada bersikap terbuka dengan menyembunyikan informasi material dari FAA mengenai pengoperasian pesawat 737 Max dan terlibat dalam upaya untuk menutupi penipuan mereka," kata Departemen Kehakiman pada Januari.

Beberapa anggota parlemen mengatakan pemerintah tidak bertindak cukup jauh, sementara Boeing mengatakan telah mengambil banyak langkah untuk merombak budaya keselamatannya.

Kongres AS memerintahkan perombakan besar-besaran tentang bagaimana FAA mensertifikasi pesawat baru pada Desember dan mengarahkan tinjauan independen terhadap budaya keselamatan Boeing.

Boeing 737 MAX dilarang terbang selama 20 bulan setelah dua kecelakaan fatal. FAA mencabut perintah tersebut setelah Boeing melakukan peningkatan perangkat lunak dan perubahan pelatihan.

Bulan lalu, Boeing setuju untuk membayar denda US$17 juta (Rp245 miliar) kepada FAA setelah memasang peralatan di lebih dari 700 pesawat Boeing 737 MAX dan NG yang dipasang sensor yang tidak disetujui.

"FAA akan meminta pertanggungjawaban Boeing dan industri penerbangan untuk menjaga keamanan langit kita," kata Administrator FAA Steve Dickson.

Baca juga: Pesawat Boeing 737 MAX Akan Terbang Lagi di Amerika Serikat

REUTERS

Berita terkait

Lagi, Pembocor Kasus Boeing Mendadak Meninggal Dunia

4 jam lalu

Lagi, Pembocor Kasus Boeing Mendadak Meninggal Dunia

Seorang pelapor yang menuduh pemasok Boeing mengabaikan cacat produksi 737 MAX telah meninggal dunia

Baca Selengkapnya

Gonjang-ganjing CEO Boeing Dave Calhoun Mengundurkan Diri, Siapa Penggantinya?

35 hari lalu

Gonjang-ganjing CEO Boeing Dave Calhoun Mengundurkan Diri, Siapa Penggantinya?

CEO Boeing Calhoun bersiap mengundurkan diri akhir tahun ini. Siapa tokoh yang menggantikan memimpin perusahaan raksasa ini?

Baca Selengkapnya

CEO Boeing Dave Calhoun Bersiap Mundur, Melawan Badai Sepanjang Kepemimpinannya

35 hari lalu

CEO Boeing Dave Calhoun Bersiap Mundur, Melawan Badai Sepanjang Kepemimpinannya

CEO Boeing Dave Calhoun memutuskan mengundurkan diri pada akhir tahun ini. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Boeing Diminta Tingkatkan Keamanan dan Kualitas Pesawat 737 MAX

43 hari lalu

Boeing Diminta Tingkatkan Keamanan dan Kualitas Pesawat 737 MAX

FAA menuntut Boeing agar meningkatkan keamanan dan kualitas sebelum memperbanyak produksi pesawat Boeing 737 MAX

Baca Selengkapnya

Alasan Mengapa Sabuk Pengaman Sebaiknya Selalu Dipakai Selama di Pesawat

45 hari lalu

Alasan Mengapa Sabuk Pengaman Sebaiknya Selalu Dipakai Selama di Pesawat

Pesawat Latam Airlines yang terjun bebas awal pekan ini menyebabkan banyak penumpang cedera, sebagian karena tidak mengenakan sabuk pengaman.

Baca Selengkapnya

Kasus Boeing 787 Menukik Tajam, Maskapai Diminta Memeriksa Sakelar di Kursi Pilot

46 hari lalu

Kasus Boeing 787 Menukik Tajam, Maskapai Diminta Memeriksa Sakelar di Kursi Pilot

Pesawat Boeing 787 LATAM Airlines menukik tajam dalam penerbangan 11 Maret 2024 yang menyebabkan lebih dari 50 orang terluka.

Baca Selengkapnya

Insiden Pesawat Boeing Latam Airlines yang Terjun Bebas, Benarkah Ada Kesalahan Pramugari?

46 hari lalu

Insiden Pesawat Boeing Latam Airlines yang Terjun Bebas, Benarkah Ada Kesalahan Pramugari?

Sebuah laporan menyebutkan ada kemungkinan pramugari tidak sengaja menekan tombol di kursi pilot, menyebabkan pesawat Boeing terjun bebas.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Pesan Terakhir Saksi Boeing, Akun Facebook Motaz Azaiza, Salat Jumat di Al Aqsa

46 hari lalu

Top 3 Dunia: Pesan Terakhir Saksi Boeing, Akun Facebook Motaz Azaiza, Salat Jumat di Al Aqsa

Top 3 Dunia dibuka dengan berita tentang pesan terakhir yang ditinggalkan oleh saksi kunci Boeing yang ditemukan tewas.

Baca Selengkapnya

Pesan Terakhir Saksi Kunci Boeing: Jika Saya Mati, Itu Bukan Bunuh Diri!

47 hari lalu

Pesan Terakhir Saksi Kunci Boeing: Jika Saya Mati, Itu Bukan Bunuh Diri!

John Barnett sedang dalam proses memberikan kesaksian melawan Perusahaan Boeing saat ditemukan tewas di South Carolina dengan luka tembak

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Audit Boeing 737 MAX Temukan Puluhan Masalah, Cerita Penumpang Batik Air, Boeing 787 Terguncang

50 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Audit Boeing 737 MAX Temukan Puluhan Masalah, Cerita Penumpang Batik Air, Boeing 787 Terguncang

Topik tentang audit FAA terhadap Boeing 737 MAX gagal dalam 33 tes dari 89 tes menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya