Junta Myanmar Tolak Embargo Perdagangan Persenjataan oleh PBB

Minggu, 20 Juni 2021 10:00 WIB

Pemimpin junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta pada 1 Februari, memimpin parade militer pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Golnya resolusi PBB untuk mengembargo perdagangan senjata ke Myanmar ditanggapi keras oleh junta militer. Dikutip dari Channel News Asia, junta Militer Myanmar menyebut resolusi tersebut tidak berdasar dan mengacu pada asumsi yang salah.

"Resolusi itu condong ke tuduhan salah satu pihak dan asumsi yang salah," ujar Kementerian Luar Negeri Myanmar, yang sekarang dikuasai junta, Ahad, 20 Juni 2021.

Resolusi PBB yang bersifat tidak mengikat secara hukum tersebut lolos pada hari Jumat kemarin waktu setempat. Sebanyak 119 negara anggota PBB memberikan suara "setuju" terhadap resolusi yang juga mendesak junta Myanmar untuk segera mengakhiri kekerasan dan membebaskan para tahanan politik itu. Hanya empat negara yang "tak setuju" yaitu Belarus, Cina, India, serta Rusia.

Dari keempatnya, Rusia dan Cina adalah salah satu pemasuk utama senjata untuk Militer Myanmar. Dalam wawancara khusus Tempo dengan Pemerintah Bayangan Myanmar, National Unity Government (NUG), mereka mengatakan jenderal Militer Myanmar belum lama ini berkunjung ke Moskow, Rusia, untuk membeli helikopter perang.

Selain mempermasalahkan resolusi embargo perdagangan senjata, junta Myanmar juga mempermasalahkan masih aktifnya Dubes Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun. Padahal, menurut mereka, Kyaw Moe Tun sudah bukan bagian dari Kementerian Luar Negeri lagi sehingga tak pantas ia aktif di PBB.

Duta Besar Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun mengacungkan tiga jari di akhir pidatonya di depan Majelis Umum di mana ia memohon tindakan internasional dalam membatalkan kudeta militer di negaranya seperti yang terlihat dalam tangkapan layar yang diambil dari sebuah video, di wilayah Manhattan di New York City, New York, AS, 26 Februari 2021. [United Nations TV / Handout via REUTERS]

Kyaw Moe Tun, sebagaimana diketahui, adalah Dubes Myanmar yang aktif mencari dukungan ke komunitas internasional untuk menekan junta Myanmar. Junta Myanmar, sebelumnya, sudah mengirimkan surat ke PBB untuk menyatakan Kyaw Moe Tun bukan dubes mereka lagi. Namun, karena pemerintahan junta dianggap tak sah, Kyaw Moe Tun dipertahankan.

Pada voting resolusi PBB, Kyaw Moe Tun ikut memilih "setuju" untuk embargo perdagangan senjata. Ia pun kembali mendesak komunitas internasional untuk berani bertindak tegas terhadap junta militer di Myanmar yang sudah menewaskan 800 lebih orang dan menahan 6000 lebih tapol.

"Segala pernyataan dan partisipasi ia (Kyaw Moe Tun) di pertemuan-pertemuan PBB ilegal sifatnya dan tidak bisa diterima. Kami di Myanmar menentang keras keikutsertaannya (di PBB) dan pernyataan-pernyataannya," ujar junta militer.

Terakhir, junta Myanmar menyatakan bahwa walaupun mereka menerima masukan yang konstruktif dari komunitas internasional, bukan berarti mereka akan membiarkan intervensi. Menurut mereka, apa yang terjadi di Myanmar adalah urusan internal dan tak seharusnya komunitas internasional ikut campur.

Besarnya dukungan terhadap resolusi embargo persenjataan dari PBB menunjukkan betapa solidnya sikap berbagai negara untuk mengakhiri krisis di Myanmar. Beberapa di antaranya bahkan sudah memberikan sanksi lebih dulu terhadap pejabat-pejabat Militer Myanmar dan perusahaan afiliasinya seperti Amerika dan Inggris.

Baca juga: Warga Myanmar Rayakan Ulang Tahun Aung San Suu Kyi Dengan Unjuk Rasa

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

46 menit lalu

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

Para ahli PBB mendesak penjajah Zionis Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap Gaza, dan menuntut ekspor senjata ke Israel "segera" dihentikan.

Baca Selengkapnya

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

5 jam lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

2 hari lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

3 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

3 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

3 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

3 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya