EKSKLUSIF, Pemerintah Bayangan Myanmar Tak Ingin Demokrasi Pulih via Perang

Rabu, 16 Juni 2021 14:45 WIB

Presiden Joko Widodo (kanan) menghadiri pertemuan KTT ASEAN yang dihadiri oleh kepala negara ASEAN dan perwakilan di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Sabtu, 24 April 2021. KTT ASEAN yang pertama kali dilakukan secara tatap muka saat pandemi COVID-19 tersebut salah satunya membahas tentang krisis Myanmar. ANTARA FOTO/HO/ Setpres-Muchlis Jr

TEMPO.CO, Jakarta - Meski perang saudara di depan mata, Pemerintah Bayangan Myanmar (National Unity Government, NUG), menyampaikan bahwa mereka tidak ingin krisis berakhir lewat perang. Oleh karenanya, mereka tidak mendukung intervensi militer dari PBB jika memang itu direncanakan.

Menteri Kerjasama Internasional NUG, Dr. Sasa, berkata bahwa krisis di Myanmar bermula dari masalah politis. Masalah tersebut berupa kekalahan partai afiliasi militer dalam pemilu yang berlangsung tahun lalu. Oleh karenanya, menurut Dr. Sasa, lebih ideal masalah Myanmar diselesaikan di meja diplomasi dibanding medan perang.

"Kami tidak bisa membiarkan peluru menyelesaikan masalah politik walau kami mengaku terkadang pendekatan militeristik harus diambil. Masalahnya, kanal dan solusi diplomasi kian kecil sementara konflik militer makin besar," ujar Dr. Sasa ketika diwawancarai Tempo.co dan Majalah Tempo Senin pekan lalu, 7 Juni 2021.

Menurut Dr. Sasa, pendekatan militer bisa dihindari apabila komunitas internasional, terutama ASEAN, konsisten memberikan tekanan ke Militer Myanmar. Menurutnya, ada banyak cara yang bisa diambil untuk mendesak junta militer mengakhiri kekuasaannya dan memulihkan demokrasi.

Salah satu cara yang bisa dipakai adalah memiskinkan Militer Myanmar. Dr.Sasa berkata, meski negara-negara Barat sudah memberikan sanksi ke Militer Myanmar dan perusahaan-perusahaan afiliasinya, hal tersebut belum menghentikan aliran kapital mereka.

Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing (kanan) menghadiri KTT ASEAN di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Sabtu, 24 April 2021. Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing dan sejumlah pemimpin serta utusan dari negara-negara ASEAN akan hadir. ANTARA FOTO/HO/ Setpres-Muchlis Jr


Militer Myanmar, kata ia, masih memiliki bisnis-bisnis di Asia, seperti Cina dan Thailand, di mana memberikan pemasukan jutaan dollar per bulan. Dengan modal tersebut, Myanmar tak perlu bergantung pada pemasukan dari negara-negara Barat dan tetap bisa bertahan dengan pemasukan "seadanya". Bahkan, Dr.Sasa mengatakan Militer Myanmar masih mampu melakukan belanja militer.

"Beberapa pekan lalu, salah satu pejabat militer Myanmar pergi ke Rusia untuk mencari helikopter. Ia ingin membeli helikopter, untuk membunuh warga Myanmar. Uang di tangannya berasal dari pemasukan-pemasukan perusahaan."

"Kita bisa memberikan dampak maksimum ke junta tanpa kekerasan. Vietnam, misalnya, cukup mengatakan tidak bisa lagi menjalankan bisnis di Myanmar karena situasi di sana tak lagi mormal," ujar Dr. Sasa.

Ditanyai apakah pernyataannya berarti NUG siap bernegosiasi dengan militer Myanmar, Dr. Sasa menegaskan pihaknya terbuka untuk itu. Namun, situasi perlu reda dulu di Myanmar. Dengan Militer Myanmar tidak menunjukkan komitmen mengakhiri kekerasan seperti disebut dalam konsensus ASEAN, Dr. Sasa tidak bisa memprediksi kapan negosiasi akan terjadi.

"Berbicara dengan pembunuh, yang melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap warga Myanmar, adalah mustahil untuk saat ini. Mereka harus menghentikan seluruh kekerasan dulu. Sederhana saja," ujar Dr. Sasa menjelaskan.

Per berita ini ditulis, hampir 900 orang terbunuh oleh junta militer selama krisis Myanmar berlangsung. Selain itu, ada juga 6000 perempuan dan pria yang dipenjara sebagai tahanan politik tanpa alasan yang jelas.

Baca juga: EKSKLUSIF, Anggota Pemerintah Bayangan Bertahan di Myanmar Meski Menjadi Buron

ISTMAN MP

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

15 jam lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

3 hari lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

6 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

7 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

8 hari lalu

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

Retno Marsudi di antaranya menghadiri ASEAN Future Forum di Vietnam sebagai platform tukar pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN

Baca Selengkapnya

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

8 hari lalu

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

PT Pupuk Indonesia memperluas jaringan ke tingkat ASEAN.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

8 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

8 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

11 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya