TEMPO.CO, Jakarta - Raymond Hekking, kolektor barang-barang antik, menghabiskan waktu berpuluh tahun untuk meyakinkan pada dunia bahwa lukisan Mona Lisa yang dia beli dari sebuah toko benda-benda antik di Prancis pada 1953, adalah lukisan yang asli. Sedangkan lukisan Mona Lisa di museum Louvre, itu palsu.

Balai lelang Christie secara mengejutkan mencoba menjual lukisan Mona Lisa milik Hekking. Tujuannya agar upaya Hekking untuk mewujudkan mimpinya bisa dibantu sehingga dia bisa mendapatkan uang kompensasi meskipun itu lukisan tiruan.

“Ini mirip dengan lukisan Mona Lisa, namun kualitas dari eksekusinya bukan Leonardo da Vinci. Sayangnya mimpi itu sedikit berlebihan,” Painting Pierre Etienne, direktur internasional bidang lukisan kuno dari Balai Lelang Christie.

Lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci

Hekking meyakinkan lukisan Mona Lisa miliknya adalah lukisan asli yang hilang dicuri pada awal abad ke-20. Lukisan itu lalu berakhir di toko barang-barang antik di desa Magagnosc. Sedangkan lukisan Mona Lisa yang dipajang di museum Louvre, Paris, hanyalah salinannya.

Sejumlah potongan artikel surat kabar tampak mencoba mewartakan desakan Hekking pada media. Sejumlah wartawan dari Amerika Serikat mencoba menyelidiki salinan lukisan Mona Lisa itu, di mana lukisan itu pernah dipinjamkan ke Amerika Serikat.

Lukisan Mona Lisa palsu tersebut dibuat oleh seniman yang tak dikenal pada abad ke-17 atau sekitar 100 tahun setelah lukisan Mona Lisa yang asli masuk dalam koleksi Kerajaan Francois I.

Salinan lukisan Mona Lisa dibandrol dengan harga 200 ribu euro (Rp 3 miliar) – 300 ribu euro. Lukisan di lelang secara online dan akan berakhir pada 18 Juni 2021.

Baca juga: Lukisan Mona Vanna Karya Leonardo da Vinci?

Sumber: Reuters