Sudan Liberalisasi Harga BBM, Cabut Subsidi Bensin dan Solar

Kamis, 10 Juni 2021 16:30 WIB

Kendaraan mengantre untuk mengisi BBM di sebuah pomp bensin di Khartoum, Sudan, 4 Mei 2019. [REUTERS/Umit Bektas]

TEMPO.CO, Jakarta - Sudan sepenuhnya meliberalisasi harga bensin dan solar pada hari Selasa dengan mencabut subsidi BBM.

Kementerian Keuangan Sudan mengatakan harga sebelumnya akan dibatalkan dan memberikan harga baru yang dikatakan sejalan dengan biaya impor.

Langkah ini adalah upaya reformasi agresif Sudan yang dipantau IMF dengan harapan dapat membalikkan perekonomiannya dan menarik keringanan utang dan pembiayaan baru, menurut laporan Reuters, 10 Juni 2021.

Namun reformasi telah menyusahkan masyarakat dan inflasi tahunan naik menjadi 363% pada April. Pejabat Sudan dan IMF mengatakan reformasi, yang mencakup devaluasi mata uang yang tajam, akan menyebabkan harga naik dan menambah tekanan pada warga.

Langkah Selasa adalah yang terbaru dari serangkaian kenaikan harga BBM. Kementerian keuangan mengatakan bahwa harga ke depan akan ditentukan oleh biaya impor serta transportasi, pajak, dan margin keuntungan.

Advertising
Advertising

Harga bensin akan naik dari 150 pound Sudan (Rp5.016) per liter menjadi 290 pound Sudan (Rp9.699), sedangkan harga solar akan naik menjadi 285 pound Sudan (Rp9.531) per liter dari 125 pound Sudan (Rp4.180), kata kementerian keuangan, dilaporkan Reuters.

Namun kementerian tidak memberikan harga untuk bensin yang diproduksi di dalam negeri, yang biasanya dipasok dengan biaya lebih rendah di stasiun pengisian BBM tertentu.

Pemberian subsidi langsung ke sektor pertanian, listrik, dan transportasi untuk mengimbangi beban harga bahan bakar yang dirasionalkan akan dipelajari, terang kementerian.

Subsidi bahan bakar merugikan Sudan US$ 1 miliar (Rp14,2 triliun) per tahun dan menguntungkan kelas menengah dan atas daripada mereka yang berpenghasilan rendah, kata kementerian keuangan.

"Setelah liberalisasi harga, (harga BBM) Sudan tetap menjadi yang termurah ke-6 dari 42 negara Afrika, karena banyak negara memberlakukan pajak bahan bakar yang tinggi," kata kementerian. Para penentang reformasi mengatakan efeknya jatuh secara tidak proporsional pada orang miskin.

Sudan terus mensubsidi gas untuk memasak dan minyak tungku, serta gandum dan obat-obatan, meskipun sering terjadi kelangkaan komoditas tersebut. Orang Sudan yang ingin mengisi bensin atau solar biasanya harus menunggu antrean panjang.

Baca juga: Sudan Mau Cabut Undang-undang Boikot Israel untuk Normalisasi Hubungan

REUTERS

Berita terkait

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

6 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

9 hari lalu

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

PT Pertamina Patra Niaga memastikan stok bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tidak terganggu meski ada konflik di Israel dan Iran.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

9 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Harga BBM Paling Murah, Indonesia Termasuk?

11 hari lalu

10 Negara dengan Harga BBM Paling Murah, Indonesia Termasuk?

Berikut ini daftar negara dengan harga BBM paling murah di dunia, ada yang hanya dijual Rp467 per liter. Apa Indonesia termasuk?

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

11 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

12 hari lalu

800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

PBB telah memperingatkan bahaya yang akan menimpa setidaknya 800.000 warga Sudan ketika pertempuran semakin intensif dan meluas di Darfur.

Baca Selengkapnya

Kapal Ikan Asal Juwana Ditangkap di Laut Arafura Karena Transhipment Ilegal dan Selundupkan Solar

15 hari lalu

Kapal Ikan Asal Juwana Ditangkap di Laut Arafura Karena Transhipment Ilegal dan Selundupkan Solar

Kapal pengangkut ikan asal Indonesia ditangkap kerena melakukan alih muatan (transhipment) dengan dua Kapal Ikan Asing (KIA) di Laut Arafura, Maluku.

Baca Selengkapnya

Tren Kenaikan Konsumsi Bensin di Jateng dan DIY saat Libur Lebaran 2024 Melebihi Prediksi

15 hari lalu

Tren Kenaikan Konsumsi Bensin di Jateng dan DIY saat Libur Lebaran 2024 Melebihi Prediksi

Konsumsi puncak konsumsi bensin terjadi di ruas tol Trans Jawa terjadi di H+4 Lebaran atau 14 April 2024.

Baca Selengkapnya

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

16 hari lalu

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal imbas serangan Iran ke Israel terhadap harga minyak dunia. Ia mengatakan pemerintah akan memonitor kondisi selama dua bulan ke depan sebelum membuat keputusan ihwal anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM.

Baca Selengkapnya

Harga BBM Terdampak Perang Iran - Israel? Ini Kata Pertamina, DPR dan Pengamat

16 hari lalu

Harga BBM Terdampak Perang Iran - Israel? Ini Kata Pertamina, DPR dan Pengamat

Pecahnya konflik Iran - Israel dikhawatirkan berdampak pada harga BBM karena terancam naiknya harga minyak mentah dunia.

Baca Selengkapnya