Utusan Khusus PBB: Myanmar Dalam Ancaman Perang Saudara

Kamis, 1 April 2021 12:30 WIB

Seorang pria memegang perangkat rakitan selama protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021. REUTERS / Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - PBB tidak menutup kemungkinan perang saudara bisa terjadi Myanmar. Utusan khusus PBB untuk negeri seribu pagoda tersebut, Christine Schraner Burgener, menyatakan indikasi tersebut mulai terlihat jelas seiring dengan mulai munculnya kelompok-kelompok etnis bersenjata ke permukaan untuk merespon kudeta Myanmar.

Kehadiran-kehadiran kelompok etnis bersenjata itu sendiri, kata Burgener, tidak terhindarkan. Pembantaian oleh Militer Myanmar selama kudeta semakin luas, bahkan mulai menyasar anggota kelompok-kelompok etnis bersenjata. Salah satunya terjadi di negara bagian Karena di mana ribuan orang sampai harus mengungsi ke Thailand karena dibombardir dengan serangan udara.

"Kekejaman Militer Myanmar sudah terlalu parah dan banyak kombatan kelompok etnis bersenjata mengambil sikap melawan, meningkatkan potensi perang saudara dalam skala tak terkira," ujar Burgener, dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 1 April 2021.

Burgener melanjutkan, jika perang saudara sampai dibiarkan terjadi, maka dampaknya akan terlalu besar untuk Myanmar. Bahkan, kata Burgener, akan membutuhkan jangka waktu panjang untuk menghilangkan dampaknya. Oleh karenanya, ia menyarankan adanya aksi segera untuk mencegah perang saudara agar jangan sampai terjadi.

Aksi kolektif, menurut Burgener, bisa menekan Militer Myanmar untuk mengakhiri kudetanya. Jika itu terjadi, maka potensi perang saudara pun bisa ditekan. Adapun Burgener mengatakan dukungan yang paling dibutuhkan adalah dari tetangga-tetangga Myanmar.

Dalam rapat Dewan Keamanan PBB Rabu malam, Burgener sudah menyampaikan hal tersebut. Namun, hasilnya tidak sesuai harapannya. Rapat DK PBB berakhir tanpa aksi yang konklusif selain kembali ke langkah-langkah diplomatis.

Kendaraan militer Myanmar berpartisipasi dalam parade pada peringatan Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. Sebanyak 2000 lebih orang ditahan secara sewenang-wenang saat protes terhadap kudeta militer. REUTERS/Stringer


Sementara itu, di saat bersamaan, Militer Myanmar melakukan gencatan senjata secara sepihak. Namun, mereka menegaskan bahwa gencatan senjata akan diakhiri begitu ada perlawanan dari warga dan kelompok etnis bersenjata yang mampu mengganggu kestabilan dan keamanan Myanmar.

Seperti diberitakan sebelumnya, kelompok-kelompok etnis bersenjata Myanmar, yang kebanyakan menguasai daerah perbatasan, menyatakan akan bergabung untuk merespon kudeta oleh junta. Menurut mereka, pembantaian oleh Militer Myanmar sudah kelewatan hingga menewaskan banyak warga Myanmar. Per berita ini ditulis, korban jiwa ada 520 orang.

Tiga di antaranya bahkan menyatakan akan bertarung melawan Militer Myanmar. Mereka adalah Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), dan Arakan Army (AA). Dikutip dari Channel News Asia, ketiga menyatakan bakal mengakhiri gencatan senjata dengan Militer Myanmar sebagai bentuk perlawanan.

"Jika mereka terus membunuh warga Myanmar, maka kami tidak memiliki pilihan lain untuk mengakhiri gencatan senjata secara sepihak," ujar Brigadir Jenderal Tar Bhone Kyaw, pemimpin Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang.

Baca juga: Jika Tidak Dicegah, Myanmar Dalam Ancaman Perang Saudara

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

1 hari lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

1 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

2 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

2 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

2 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

3 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

4 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

5 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya