Militer Myanmar Tewaskan Puluhan Anak Selama Kudeta Berlangsung

Rabu, 31 Maret 2021 14:30 WIB

Pengungsi Karen terlihat di perahu di tepi sungai Salween di Mae Hong Son, Thailand, 29 Maret 2021. Ada lebih dari 2.400 pengungsi di kamp Ei Tu Hta, sementara 5.000 lainnya tinggal di sepanjang tepi sungai Salween, yang memisahkan Myanmar dan Thailand. Dalam tangkapan layar ini diambil dari video yang diperoleh oleh Reuters.

TEMPO.CO, Jakarta - Militer Myanmar tidak pandang bulu soal siapa yang mereka bunuh dalam memukul mundur perlawanan warga. Anak-anak pun menjadi sasaran pembantaian mereka. Salah satunya terjadi dalam serangan udara ke nagara bagian Karen di tenggara Myanmar.

Dikutip dari CNN, Myanmar membombardir permukiman kelompok etnis Karen sejak Sabtu pekan lalu. Korban berjatuhan dan beberapa di antaranya adalah anak-anak. Seorang anak berusia lima tahun tewas terkena ledakan pada Ahad kemarin. Sementara itu, di hari yang sama, seorang anak berusia 12 tahun terluka parah di wajah karena serpihan bom. Hal itu secara lansgung menambah jumlah anak terdampak kudeta Myanmar.

"Penduduk desa, termasuk anak-anak di bawah umur, telah tewas terbunuh karena serangan udara Militer Myanmar," ujar Karen National Union, persatuan penduduk-penduduk desa di negara bagian Karen, Rabu, 31 Maret 2021.

Menurut data organisasi UNICEF, jumlah anak-anak yang menjadi korban selama kudeta Myanmar berlangsung sudah mencapai puluhan. Jumlahnya kurang lebih 35 anak per akhir pekan lalu. UNICEF khawatir jumlah itu akan bertambah seiring dengan makin agresifnya Militer Myanmar.

Data terbaru, Militer Myanmar sudah membunuh kurang lebih 520 orang. Selain itu, mereka juga sudah menangkap 3000 lebih orang dengan berbagai latar belakang. Mereka terdiri atas aktivis, jurnalis, politisi, hingga pejabat negara yang digulingkan. Adapun Militer Myanmar merasa apa yang mereka lakukan sudah sesuai standar internasional untuk menekan perlawanan warga.

"Konsekuensi jangka panjang dari krisis di Myanmar terhadap anak-anak bisa sangat mengerikan. Di sisi lain, krisis ini juga sudah menghentikan bantuan untuk anak-anak termasuk vaksin dan suplemen vitamin," ujar UNICEF, dikutip dari Washington Post.

Penduduk desa yang melarikan diri dari Negara Bagian Karen difoto di lokasi tak dikenal 28 Maret 2021 dalam gambar yang diperoleh dari media sosial ini. [Karen Teacher Working Group melalui REUTERS]

Dari sekian banyak anak yang tewas, salah satu yang menjadi perhatian internasional adalah meninggalnya Khin Myo Chit. Ia, yang berusia 7 tahun, tewas ditembak personil Militer Myanmar ketika berlindung di pelukan ayahnya. Saat itu, Militer Myanmar memang tengah memburu ayah Khin Myo Chit yang terlibat dalam gerakan melawan kudeta.

Tewasnya puluhan anak selama kudeta Myanmar tak ayal membuat berbagai keluarga takut. Mereka yang tidak memiliki kapasitas untuk bertahan hidup atau bertarung selama kudeta Myanmar memutuskan untuk kabur ke India dan Thailand bersama anak-anak mereka.

Menurut data Karen Women's Organization (KWO), dari komunitas mereka ada 10.000 ribu warga yang pergi ke Thailand untuk menghindari serangan Militer Myanmar. Sebanyak 3000 di antaranya telah berhasil melewati perbatasan. Mereka terdiri atas ibu, bapak, dan anak-anak.

PM Thailand Prayuth Chan-o-cha membenarkan bahwa sudah banyak keluarga-keluarga yang mengungsi ke negaranya. Prayuth memastikan tidak akan mendesak keluarga Myanmar untuk kembali ke kawasan konflik atas alasan kemanusiaan.

"Tidak mungkin kami mengirim mereka balik ketika pertarungan masih terjadi di Myanmar. Pertanyaan kami, ketika pertempuran usai, maukah mereka kembali ke Myanmar?" ujar Praytuh soal situasi Myanmar dan pengungsinya.

Baca juga: Amerika Perintahkan Diplomat Non-Esensial Segera Tinggalkan Myanmar

ISTMAN MP | CNN | WASHINGTON POST


Berita terkait

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

2 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

13 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

13 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

15 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

16 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya