Arakan Army Siap Bersatu dengan Etnis Lain untuk Lawan Militer Myanmar

Rabu, 31 Maret 2021 06:00 WIB

Pemberontak Arakan Army di Myanmar. [ NARINJAYA]

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok etnis bersenjata Myanmar, Arakan Army (AA) dan dua faksi etnis lainnya yang tergabung dalam Aliansi Persaudaraan (Brotherhood Alliance), mengatakan mereka siap bertempur bersama kelompok etnis bersenjata lain melawan militer Myanmar jika pembunuhan terhadap sipil terus berlanjut.

Aliansi Persaudaraan tripartit: Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), dan Arakan Army (AA), pada Senin mengutuk junta militer setelah korban tewas dari tindakan mematikan terhadap pengunjuk rasa meningkat menjadi 500 lebih di seluruh negeri.

Juru bicara AA Khaing Thukha mengatakan sudah saatnya organisasi etnis bergandengan tangan untuk melindungi warga sipil yang tertindas dari rezim militer.

"Kita harus melakukan yang terbaik untuk melindungi nyawa dan harta benda orang-orang yang tertindas," katanya, dikutip dari The Irrawaddy, 30 Maret 2021.

Mereka mendesak para pemimpin kudeta untuk berdialog guna menyelesaikan krisis dengan cara politik, karena orang-orang di seluruh negeri telah menyerukan diakhirinya kekuasaan militer, pembebasan semua pemimpin sipil dan tahanan lainnya, dan agar rezim menerima hasil pemilihan umum 2020.

Advertising
Advertising

AA, TNLA dan MNDAA memperingatkan militer bahwa mereka akan bekerja sama dengan organisasi etnis bersenjata lainnya dan pendukung pro-demokrasi untuk mempertahankan diri dari penumpasan brutal rezim jika kekerasan berlanjut.

Arakan Army telah menjadi salah satu kekuatan paling tangguh melawan militer Myanmar, yang berjuang untuk otonomi yang lebih besar di Negara Bagian Rakhine, selama dua tahun terakhir.

Pertempuran antara AA dan militer Myanmar, atau Tatmadaw, terus meningkat dari November 2018 hingga awal November 2020. Konflik tersebut menyebabkan ratusan korban sipil dan menyebabkan lebih dari 200.000 penduduk mengungsi. Rezim junta baru-baru ini mencabut AA dari daftar kelompok "teroris" setelah pertempuran antara kedua belah pihak dihentikan pada November.

Selain AA, kelompok etnis bersenjata utama lain, Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan/Tentara Negara Bagian Shan-Selatan (RCSS), mengultimatum Tatmadaw agar berhenti membunuh warga sipil atau mereka bertindak.

"Hari Angkatan Bersenjata Myanmar bukanlah hari angkatan bersenjata, ini lebih seperti hari mereka membunuh orang," kata Jenderal Yawd Serk, ketua Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan/Tentara Negara Bagian Shan-Selatan (RCSS), kepada Reuters, 27 Maret 2021, bertepatan dengan perayaan tahunan untuk memperingati perlawanan bersenjata Myanmar terhadap penjajah Jepang.

Milisi dari Tentara Negara Bagian Shan-Selatan berbaris dalam formasi selama parade militer merayakan Hari Nasional Negara Bagian Shan ke-69 di Loi Tai Leng, markas besar kelompok itu, di perbatasan Thailand-Myanmar 7 Februari 2016. [REUTERS / Soe Zeya Tun / File Foto]

RCSS, yang beroperasi di dekat perbatasan Thailand, adalah salah satu dari beberapa kelompok etnis bersenjata yang mengecam kudeta militer dan berjanji untuk berdiri bersama para pengunjuk rasa. Dua puluh faksi etnis bersenjata Myanmar menguasai sebagian besar Myanmar, menurut Reuters.

Pada akhir Februari 10 kelompok etnis bersenjata Myanmar telah menandatangani Perjanjian Gencatan Senjata Nasional (NCA) dan mengumumkan mereka tidak akan lagi bernegosiasi dengan pemerintahan junta.

"Kami mendukung Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM) dan protes publik terhadap kudeta militer dan kediktatoran militer, dan kami akan mencari cara untuk mendukung gerakan dan protes ini," kata pernyataan bersama, yang dilaporkan Myanmar Now.

Baca juga: Jika Tidak Dicegah, Myanmar Dalam Ancaman Perang Saudara

Sementara itu, awal pekan ini para aktivis meminta bantuan kelompok etnis bersenjata Myanmar untuk melawan militer ketika pasukan keamanan menembak mati ratusan orang pada pada Hari Angkatan Besenjata.

Komite Mogok Massal Nasional (GSCN), sebuah kelompok protes utama, dalam sebuah surat terbuka di Facebook meminta pasukan etnis minoritas untuk membantu mereka yang menentang penindasan militer.

Setidaknya 512 warga sipil telah tewas dalam hampir dua bulan sejak protes terhadap kudeta militer dimulai, di mana 141 dari mereka tewas pada Sabtu, hari paling berdarah dari kerusuhan di Myanmar, menurut kelompok advokasi AAPP.

Sementara puluhan ribu orang melarikan diri pada akhir pekan setelah jet tempur militer Myanmar menyerang desa-desa etnis Karen di dekat perbatasan Thailand yang dikuasai oleh kelompok etnis bersenjata Myanmar yang telah menyerang sebuah pos militer Myanmar setelah kudeta 1 Februari.

THE IRRAWADDY | MYANMAR NOW | REUTERS

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

13 jam lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

6 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

8 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

8 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

11 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

11 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

12 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

13 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

14 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya