Mahkota Kerajaan Bhutan akan disematkan kepada Jigme Khesar Namgyel Wangchuck, lulusan Oxford yang masih berusia 28 tahun. Raja baru ini akan menjadi penerus tahta monarki termuda yang dilestarikan kerajaan Bhutan, dengan membawa wajah baru dan mengakhiri kekuasaan absolut tahta kerajaan yang menganut agama budha.
Menurut pelayan kerajaan Sonam Phuntsho, 27 tahun, semuanya bahagia dengan terpilihnya raja baru ini. “Saya bahagia, teman saya bahagia semuanya bahagia menyambutnya.”
Kerajaan yang berada di perbatasan India dan Cina --di pegunungan Himalaya-- ini berpenduduk hanya 600 ribu orang. Bhutan telah melakukan pemilihan secara demokratis untuk parlemen baru dan perdana menteri pada Maret lalu.
Mantan raja Bhutan telah berusaha mengadaptasi sistem pemerintahan selama dua tahun terakhir ini, sebelumnya usahanya gagal sejak dinastinya selama 240 tahun bercokol tidak menendaki. “Waktu terbaik untuk mengubah sistem politik ketika negara dalam kondisi damai dan stabil,” ujar mantan Raja Bhutan ketika memulai reformasi demokratik sejak tahun 2005. “Mengapa harus menunggu revolusi? Mengapa mahkota diturunkan ketika kerajaan sudah kehilangan raja?
Sebelum dinasti Wangchuk mengambil alih abad lalu, wilayah yang disebut 'Tanah Naga' ini tidak pernah dijajah. Negara saat itu tidak mempunyai jalan dan mata uang untuk berdagang sampai tahun 1960, dan tidak mengijinkan siaran televisi tahun 1999.
Paling terkenal dalam kehidupan di Bhutan adalah prinsip kebahagian nasional, yang melihatnya bukan dari indikator ekonomi untuk mengukur kebahagian. “Kami hidup dalam kedamaianan. Kami menyeimbangkan antara modernisasi dan tradisi, yang sangat penting bagi penduduk,” papar Heroka Zangpo, pekerja yag masih berusia 25 tahun. “Kami Bahagia dengan perayaan ini, tapi kami juga sedih karena mantan raja pensiun dan kami tidak tahu mengapa?
Reuters| Nur Haryanto