Diancam Sanksi Karena Kudeta, Junta Militer Myanmar: Kami Sudah Biasa

Kamis, 4 Maret 2021 15:15 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Ancaman sanksi dan isolir dari berbagai negara belum berhasil membuat Militer Myanmar menghentikan kudetanya. Utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengaku sempat berbicara dengan perwakilan junta soal apa konsekuensi yang bakal dihadapi mereka. Mengejutkannya, kata Burgener, Militer Myanmar tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun.

"Mereka menyatakan sudah terbiasa dengan sanksi dan selalu bisa bertahan," ujar Burgener, dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 4 Maret 2021.

Burgener menambahkan, dirinya pun sudah memperingatkan bahwa komunitas internasional bisa saja mengucilkan Myanmar ke depannya. Lagi-lagi, kata ia, Myanmar tetap bertahan pada keputusannya untuk melanjutkan kudeta dan mengakhirinya ketika pemilu baru sudah digelar.

"Ketika saya memperingatkan soal kemungkinan Myanmar diisolir dari komunitas internasional, mereka menjawab lebih baik bertahan dengan sedikit teman," ujar Burgener menjelaskan respon Militer Myanmar.

Menanggapi sikap Militer Myanmar yang tidak berubah plus 50 orang yang tewas selama kudeta berlangsung, Dewan Keamanan PBB akan membahasnya pada Jumat ini. Adapun pertemuan bakal bersifat tertutup.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Ned Price, mengaku terheran-heran dengan sikap Militer Myanmar. Padahal, berbagai sanksi sudah diberikan, belum menghitung sanksi serupa dari Kanada, Inggris dan Uni Eropa. Oleh karenanya, kata ia, Amerika akan mengevaluasi bagaimana sebaikanya menghadapi krisis di Myanmar.

Para pengunjuk rasa berlindung ketika petugas polisi anti huru hara menembakkan tabung gas air mata selama unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 27 Februari 2021. Polisi Myanmar menembaki pengunjuk rasa pada hari Minggu di hari paling berdarah dalam berminggu-minggu demonstrasi menentang kudeta militer. [REUTERS / Stringer]


Ned Price menambahkan, pihaknya sudah menghubungi Cina juga untuk berperan konstruktif dalam penyelesaian krisis Myanmar. Namun, kata ia, Cina menolak permintaan itu ataupun mengecam kudeta Myanmar.

Menurut laporan Channel News Asia, Cina bahkan tidak menyebutkan apa yang terjadi di Myanmar sebagai kudeta. Media milik pemerintah di Cina memilih untuk menyebut apa yang terjadi di Myanmar sebagai "reshuffle kabinet besar-besaran".

Sebagai catatan, Cina sempat memveto resolusi DK PBB terkait pembantaian etnis Rohingya di Myanmar. Mereka menyebut situasi di Myanmar sebagai konflik internal dan tidak pantas negara lain ikut campur.

Sikap Cina itu membuat berbagai pihak waspada mereka mencoba memperkuat pengaruh di tengah kudeta Myanmar. Jika hubungan Cina dan Myanmar kian erat, beberapa negara khawatir hal itu akan memperkuat pengaruh Cina di Asia Tenggara. Sebagaimana diketahui, Cina mencoba mengklaim Laut Cina Selatan sebagai miliknya.

Diberitakan sebelumnya, kudeta Myanmar sudah berlangsung hampir sebulan lebih. Semakin hari, situasi di Myanmar semakin berbahaya dengan personil militer mulai dilibatkan dan diizinkan menggunakan senjata api untuk melawan pemberontakan warga. Imbasnya, banyak warga ditangkap atau dibunuh oleh Militer Myanmar.

Menurut laporan PBB, pada unjuk rasa Rabu lalu, 38 orang tewas ditembak Militer Myanmar. Hal itu menjadikan total korban jiwa selama kudeta berlangsung 50 orang. Sementara itu, untuk orang yang ditangkap, jumlahnya sudah mencapai 500 lebih menurut Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik.

Baca juga: PBB: 50 Orang Tewas Sejak Kudeta Myanmar Dimulai

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

28 menit lalu

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

Para ahli PBB mendesak penjajah Zionis Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap Gaza, dan menuntut ekspor senjata ke Israel "segera" dihentikan.

Baca Selengkapnya

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

5 jam lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

1 hari lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

3 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

3 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

3 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

3 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya