Swiss Bakal Gelar Referendum untuk Larang Cadar

Kamis, 4 Maret 2021 07:17 WIB

Sebuah poster dari komite inisiatif menentang pemakaian Burka dan cadar (Verhuellungsverbot) bertuliskan "Hentikan ekstremisme! Larangan kerudung -Ya" terlihat di dekat Birensdorf, Swiss, Jumat, 12 Februari 2021. Pada tanggal 7 Maret, pemilih Swiss akan memutuskan tentang pelarangan cadar nasional. REUTERS/Arnd Wiegmann

TEMPO.CO, - Pemerintah Swiss bakal mengadakan referendum untuk menentukan larangan memakai cadar Ahad besok. Jajak pendapat menunjukkan sebagian besar rakyat Swiss mendukung larangan cadar untuk diatur dalam undang-undang.

Jelang referendum ini, Partai Rakyat Swiss (SVP), partai sayap kanan, memasang baliho di sebuah desa di Zurich dengan gambar seorang wanita mengenakan jilbab hitam dan cadar disertai tulisan 'Hentikan Ekstremisme'.

“Di Swiss, tradisi kami adalah menunjukkan wajah anda. Itu adalah tanda kebebasan dasar kami," kata Walter Wobmann, anggota parlemen SVP dan ketua komite referendum dikutup dari Reuters, Rabu, 3 Maret 2021.

Advertising
Advertising

Proposal referendum ini datang jauh sebelum pandemi virus corona yang membuat semua orang menutup wajahnya dengan masker. Pada 11 Oktober 2017, pemerintah Swiss mengumumkan bahwa usulan tentang larangan burqa dan niqab berhasil meraup 100 ribu tanda tangan yang disyaratkan untuk dilakukan pemungutan suara.

Usulan referendum larangan cadar ini tidak menyebut Islam secara langsung. Mereka justru mengaitkannya bahwa larangan ini diperlukan guna mewaspadai perusuh yang biasa menutupi wajahnya. Tetap saja, politikus, media, dan juru kampanye lokal menjulukinya sebagai larangan burqa.

Proposal itu membuat hubungan Swiss dan umat Islam menegang setelah warga memilih untuk melarang pembangunan menara masjid baru pada 2009. Dua kanton atau distrik di Swiss telah melarang penggunaan penutup wajah secara lokal.

Wobmann mengatakan pemungutan suara itu tidak menentang Islam itu sendiri, tetapi menyatakan jika cadar simbol dari Islam politik yang ekstrem. "Yang telah menjadi semakin menonjol di Eropa dan tidak memiliki tempat di Swiss," ucap diam

Prancis melarang penggunaan cadar di depan umum pada tahun 2011 dan Denmark, Austria, Belanda, dan Bulgaria memiliki larangan penuh atau sebagian untuk mengenakan penutup wajah di depan umum.

Tidak ada seorang pun di Swiss yang mengenakan burqa dan hanya sekitar 30 wanita yang mengenakan niqab, perkiraan Universitas Lucerne. Muslim membentuk 5,2 persen dari populasi Swiss yang berjumlah 8,6 juta orang, dengan sebagian besar berasal dari Turki, Bosnia dan Kosovo.

Muslim Swiss mengatakan partai-partai sayap kanan menggunakan pemungutan suara untuk mengumpulkan pendukung dan menjelekkan mereka. Umat muslim di sana memperingatkan larangan ini dapat memicu perpecahan yang lebih luas.

“Niqab adalah lembaran kosong yang memungkinkan orang untuk memproyeksikan ketakutan mereka ke atasnya,” kata Andreas Tunger-Zanetti, manajer Pusat Penelitian Agama di Universitas Lucerne.

"Tapi ... Anda sangat tidak mungkin bertemu seseorang di jalan Swiss mengenakannya."

Dia mengatakan larangan berisiko memperkuat citra Swiss sebagai anti-Islam dan dapat menimbulkan kebencian di antara sebagian Muslim.

Rifa'at Lenzin, 67 tahun, seorang wanita Muslim Swiss, mengatakan dia sepenuhnya menentang larangan tersebut, yang menangani masalah yang tidak ada, di negara di mana Muslim terintegrasi dengan baik. "Mengubah konstitusi untuk memberi tahu orang apa yang boleh dan tidak boleh mereka pakai adalah ide yang sangat buruk. Ini Swiss, bukan Arab Saudi," tuturnya.

“Kami adalah Muslim tetapi kami adalah warga negara Swiss yang tumbuh di sini juga,” kata Lenzin. “Pemungutan suara ini benar-benar rasis dan Islamofobia".

Baca juga: Perempuan di Belanda Diusir dari Bus karena Cadar

Sumber: REUTERS

Berita terkait

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

1 hari lalu

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

McDonald's Corporation gagal mencapai perkiraan laba kuartalannya untuk pertama kalinya dalam dua tahun karena boikot Gaza

Baca Selengkapnya

PM Muslim Pertama Skotlandia Memutuskan Mundur, Kenapa?

2 hari lalu

PM Muslim Pertama Skotlandia Memutuskan Mundur, Kenapa?

Baru setahun menjabat, PM Skotlandia Humza Yousaf yang merupakan pejabat muslim pertama mengundurkan diri sambil menangis.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Negara 100 Persen Muslim, Bentrok Pengunjuk Rasa di UCLA

2 hari lalu

Top 3 Dunia: Negara 100 Persen Muslim, Bentrok Pengunjuk Rasa di UCLA

Top 3 Dunia diawali dengan artikel tentang negara dengan 100 persen penduduk muslim.

Baca Selengkapnya

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

3 hari lalu

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia

Baca Selengkapnya

Bukan di Arab, Ini Negara yang 100 Persen Penduduknya Muslim

3 hari lalu

Bukan di Arab, Ini Negara yang 100 Persen Penduduknya Muslim

Negara yang 100 persen penduduknya muslim ternyata bukan di Arab. Lokasinya ada sebelah selatan-barat daya India. Ini ulasannya.

Baca Selengkapnya

Jadi Tersangka Penistaan Agama, Galih Loss Minta Maaf ke Umat Muslim

6 hari lalu

Jadi Tersangka Penistaan Agama, Galih Loss Minta Maaf ke Umat Muslim

Konten kreator TikTok Galih Loss meminta maaf atas konten video tebak-tebakannya dengan seorang anak kecil yang dianggap menistakan agama.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

7 hari lalu

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

Berikut ini daftar negara dengan lapangan kerja paling banyak di dunia, didominasi oleh negara-negara Eropa. Tertarik untuk pindah?

Baca Selengkapnya

Kongres India Minta Narendra Modi Ditindak atas Komentarnya tentang Umat Islam

9 hari lalu

Kongres India Minta Narendra Modi Ditindak atas Komentarnya tentang Umat Islam

Narendra Modi menyebut umat Islam sebagai "penyusup" dalam pidato kampanyenya sehingga memicu kecaman luas dari kelompok oposisi.

Baca Selengkapnya

Mesir Sambut Patung Raja Ramses II Berusia 3.400 Tahun yang Sempat Dicuri

10 hari lalu

Mesir Sambut Patung Raja Ramses II Berusia 3.400 Tahun yang Sempat Dicuri

Mesir menyambut pulang patung berusia 3.400 tahun yang menggambarkan kepala Raja Ramses II, setelah patung itu dicuri dan diselundupkan ke luar negeri

Baca Selengkapnya

Traveling ke Luar Negeri, Turis Amerika Kaget Dapat Tagihan Telepon Rp2,3 Miliar

11 hari lalu

Traveling ke Luar Negeri, Turis Amerika Kaget Dapat Tagihan Telepon Rp2,3 Miliar

Sebelum traveling, turis tersebut sudah mengunjungi toko operator selularnya supaya bisa menggunakan paket data internasional.

Baca Selengkapnya