Junta Myanmar dan Kubu Aung San Suu Kyi Berebut Pos Dubes PBB, Siapa yang Sah?

Rabu, 3 Maret 2021 11:15 WIB

Para pengunjuk rasa yang mengenakan topeng yang menggambarkan pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, memberikan hormat tiga jari saat mereka mengambil bagian dalam protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Junta militer Myanmar dan administrasi Aung San Suu Kyi yang mereka kudeta saling berebut posisi dubes di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Dua hari terakhir, keduanya mengirim surat ke PBB, mengklaim sebagai administrasi yang sah untuk menunjuk siapa perwakilan misi diplomatiknya di PBB. Pertanyaannya, siapa yang sebenarnya sah di antara mereka?

PBB hingga sekarang belum menentukan sikap atas dua klaim tersebut. Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan Komite Protokol dan Akreditasi PBB tengah mempelajarinya. Namun, apabila mengacu pada Aturan Sidang Umum PBB, penunjukkan perwakilan misi diplomatik harus dilakukan oleh Kepala Negara yang sah secara hukum.

"Sejak kudeta Myanmar yang terjadi pada 1 Februari lalu, kami belum pernah menerima pemberitahuan soal penggantian pemerintahan," ujar Dujarric, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 3 Maret 2021.

Dujarric berkata, junta Militer Myanmar belum pernah mengakui dirinya sebagai pemerintahan yang sah ke PBB dalam bentuk apapun. Bahkan, ketika mengirim surat ke PBB soal pemecatan Dubes Myanmar, surat itu tidak ditandatangani.

Jika berpegang pada aturan Sidang Umum PBB, maka Kyaw Moe Tun masih menjadi Dubes Myanmar untuk PBB yang sah. Pada Senin kemarin, ia mengklaim masih menjadi Dubes Myanmar aktif di PBB walaupun Militer Myanmar mengklaim telah memecatnya pekan lalu.

Duta Besar Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun mengacungkan tiga jari di akhir pidatonya di depan Majelis Umum di mana ia memohon tindakan internasional dalam membatalkan kudeta militer di negaranya seperti yang terlihat dalam tangkapan layar yang diambil dari sebuah video, di wilayah Manhattan di New York City, New York, AS, 26 Februari 2021. [United Nations TV / Handout via REUTERS]


Kyaw Moe Tun, dalam klaimnya, berpegang pada aturan Sidang Umum PBB. Ia menyampaikan, dirinya ditunjuk secara legal oleh Pemerintahan Myanmar yang sah (administrasi Aung San Suu Kyi). Oleh karenanya, menurutnya, dirinya harus diakui juga sebagai Dubes Myanmar yang sah di PBB.

"Pelaku kudeta juga pada dasarnya tidak memiliki otoritas untuk menyangkal penugasan negara yang sifatnya legal," ujar surat Kyaw Moe Tun pada hari Senin kemarin. Sebagaimana diketahui, Kyaw Moe Tun menjadi sorotan karena meminta PBB mengintervensi kudeta Myanmar.

Kasus Myanmar ini bukan pertama kalinya PBB berhadapan dengan dua klaim yang saling kontradiktif. Pada September 2021, PBB menghadapi situasi serupa ketika terjadi pergantian kepemimpinan di Libya. PBB akhirnya mengesahkan pemerintahan yang baru karena mereka mendapat dukungan dari Amerika, Rusia, Cina, dan Uni Eropa.

Apabila belajar dari kasus Libya, maka Kyaw Moe Tun perlu mendapat dukungan berbagai negara untuk mempertahankan posnya di PBB. Sejauh ini, ia sudah mendapat dukungan itu. Banyak negara kompak mengecam kudeta Myanmar dan memuji langkah yang diambil Kyaw Moe Tun.

Salah satu pujian datang dari Dubes Amerika untuk PBB Linda Thomas-Greenfield. Ia mengaku sudah bertemu dengan Kyaw Moe Tun dan membicarakan situasi di Myanmar. "Kami menyampaikan dukungan Amerika terhadap warga Myanmar dan upaya untuk mengembalikan demokrasi di sana," ujar Thomas-Greenfield.

Baca juga: Retno Marsudi Suarakan Keprihatinan Kondisi di Myanmar

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA




Berita terkait

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

11 jam lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

1 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

2 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

2 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

2 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

2 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

4 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya