WHO: Infeksi COVID-19 Meningkat Untuk Pertama Kalinya Dalam Tujuh Pekan

Selasa, 2 Maret 2021 11:46 WIB

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers yang diselenggarakan oleh Asosiasi Koresponden Persatuan Bangsa-Bangsa Jenewa (ACANU) di tengah wabah Covid-19, yang disebabkan oleh virus corona baru, di markas besar WHO di Jenewa Swiss 3 Juli, 2020. [Fabrice Coffrini / Pool melalui REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengungkapkan bahwa angka penularan COVID-19 secara global kembali meningkat. Menanggapi hal itu, WHO memperingatkan kembali agar negara-negara yang hendak melakukan pelonggaran untuk tidak lengah karena pandemi COVID-19 masih berbahaya.

"Kami harus memperingatkan lagi bahwa virus ini bisa kembali muncul jika kita membiarkannya. Kita tidak boleh membiarkan hal itu terjadi," ujar Kepala Teknis WHO, Maria Van Kerkhove, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 2 Maret 2021.

Hal senada disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Ia berkata, kenaikan kasus tersebut sungguh mengecewakan, namun ia sudah memprediksinya bakal terjadi.

Ghebreyesus mengimbau negara-negara yang hendak melakukan pelonggaran untuk menimbang lagi rencananya. Menurut dia, mengandalkan vaksinasi COVID-19 saja tidak cukup untuk mulai melonggarkan pembatasan sosial COVID-19.

Per berita ini ditulis, secara global tercatat ada 114 juta kasus dan 2,5 juta korban meninggal akibat COVID-19. Jumlah kasus harian, sejak pertengahan Februari, secara gradual meningkat lagi hingga nyaris setengah juta per hari pada akhir Februari 2021.

"Jika negara hanya mengandalkan vaksin COVID-19, mereka membuat kesalahan. Pembatasan sosial dasar tetaplah fondasi terpenting untuk merespon pandemi COVID-19," ujar Ghebreyesus.

Selain mengumumkan kenaikan infeksi COVID-19, Ghebreyesus juga mengumumkan kelanjutan distribusi vaksin melalui program inisiatifnya, COVAX. Ia berkata, Ghana dan Pantai Gading menjadi negara pertama di dunia yang menerima vaksin COVID-19 via COVAX.

Ghebreyesus kembali mengajak negara-negara dengan suplai vaksin COVID-19 berlebih untuk menyumbangkannya via COVAX. Menurut data PBB, ada 100 lebih negara yang belum menerima dosis vaksin COVID-19 satupun.

"Sungguh menyedihkan bahwa beberapa negara masih memprioritaskan vaksinasi orang-orang yang lebih muda, dengan resiko gejala lebih ringan, dibanding membantu petugas medis dan lansia di negara," ujar Ghebreyesus.

Pakar Gawat Darurat WHO, Mike Ryan, menyebut penanganan pandemi COVID-19 sesungguhnya membaik sejak vaksinasi mulai dilakukan di berbagai negara. Namun, kata ia, masih terlalu cepat untuk mengatakan manusia sudah unggul terhadap virus COVID-19.

Baca juga: Indonesia Berpotensi Menerima Vaksin COVID-19 dari Inggris via COVAX

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA


Berita terkait

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

2 jam lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

13 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

22 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

1 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya