Rencana Pelonggaran Lockdown COVID-19 di Inggris Dianggap Lamban
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Selasa, 23 Februari 2021 11:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tidak semua pihak di Inggris sepakat dengan rencana pelonggaran lockdown COVID-19 empat tahap yang disusun PM Boris Johnson. Walau tidak sedikit yang menerimanya, beberapa menganggap rencana Johnson terlalu lamban. Jadi, alih-alih menyelamatkan perekonomian Inggris, beberapa menganggap rencana Johnson bisa membuat Inggris kian terpuruk.
Salah satu kritik datang dari anggota parlemen dari partai konservatif, Steve Baker. Menurut Baker, rencana pelonggaran lockdown COVID-19 di Inggris tidak harus sampai empat tahap. Hal itu, kata Baker, mengacu pada perkembangan vaksinasi COVID-19 di Inggris serta dampak dari vaksin itu sendiri.
"Pengumuman pelonggaran ini bakal menjadi pukulan untuk bisnis penerbangan, pub, restoran, hotel, gym, seni, dan hiburan. Sepertinya, lagi-lagi mereka tidak mengacu pada data," ujar Baker, dikutip dari CNN, Selasa, 23 Februari 2021.
Apabila mengacu pada rencana pelonggaran empat tahap yang dibuat Johnson, lama pelonggaran akan mencapai 4-5 bulan. Hal itu mengacu pada estimasi Johnson bahwa satu tahapan akan memakan waktu 4-5 pekan jika protokol kesehatan dipatuhi dan pandemi COVID-19 mereda.
Bisnis retail dan hiburan, seperti yang diungkapkan oleh Baker, baru akan buka pada tahap kedua (April) dan ketiga (Mei). Namun, karena Boris Johnson menyatakan durasi tiap tahapan ini dinamis sifatnya, menyesuaikan dengan situasi pandemi, maka bisnis-bisnis itu berpotensi menghadapi lockdown COVID-19 yang lebih lama lagi.
Anggapan Baker bahwa rencana Boris Johnson terlalu lamban dengan mengacu ke perkembangan vaksinasi tak sepenuhnya salah. Vaksinasi di Inggris berjalan cepat, bahkan lebih cepat dibanding perkiraan. Per Senin kemarin, Inggris telah memberikan dosis pertama vaksin COVID-19 pada 17,5 juta penduduk.
Menurut data penelitian Universitas Edinburgh dan Universitas Strathclyde, vaksinasis terbukti efektif melindungi warga dari gejala COVID-19. Empat pekan sejak warga Inggris menerima vaksin, angka kemungkinan dilarikan ke rumah sakit turun nyaris 100 persen (94 persen). Hal itu yang membuat Baker yakin Johnson seharusnya lebih agresif dalam melonggarkan lockdown COVID-19.
Kepala Tenaga Medis Inggris, Chris Witty, tidak sependapat dengan Baker. Menurutnya, ancaman wabah COVID-19 meledak lagi masih ada. Selama seluruh warga Inggris belum divaksinasi, maka ancaman wabah dianggap masih ada oleh Witty.
"Kita harus melihat isu ini untuk jangka panjang. Saya rasa COVID-19 bisa menjadi masalah lagi pada periode musim dingin berikutnya. Sama seperti tiap tahunnya ada orang yang meninggal karena flu atau pneumonia di Inggris," ujar Witty.
Baca juga: Inggris Melonggarkan Lockdown COVID-19, Ini Empat Tahapannya
ISTMAN MP | CNN