Ikuti Australia, Amerika Atur Pembayaran Konten Berita yang Dipakai Facebook

Sabtu, 20 Februari 2021 06:00 WIB

Siluet pengguna ponsel terlihat di samping layar proyeksi logo Facebook dalam ilustrasi gambar yang diambil 28 Maret 2018. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]

TEMPO.CO, Jakarta - Kisruh royalti konten antara Facebook dan perusahaan media berpotensi terulang di Amerika. Dikutip dari kantor berita Reuters, Kongres Amerika berencana memperkenalkan regulasi baru yang akan mempermudah perusahaan media bernegosiasi dengan platform media sosial. Hal itu termasuk royalti yang harus dibayar pemilik media sosial untuk bisa menggunakan konten perusahaan media.

Anggota dari panel persaingan usaha di Parlemen Amerika, Ken Buck, mengatakan regulasi baru itu akan menekankan kolektivitas. Jelasnya, perusahaan-perusahaan media bisa secara kolektif melakukan negosiasi dengan platform media sosial seperti Facebook. Dengan begitu, media-media kecil jadi bisa memaksimalkan royalti yang didapat.

"Ini akan mirip dengan rancangan regulasi di tahun 2019 di mana penerbit-penerbit kecil bisa bekerjasama untuk mempermudah negosiasi dengan Facebook dan Google tanpa harus melalui pemeriksaan persaingan usaha," ujar Buck, Jumat, 19 Februari 2021.

Selama ini, media sosial memanfaatkan konten-konten dari perusahaan media untuk menarik pengguna. Namun, kecenderungannya, platform media sosial mendapat lebih banyak pemasukan dari iklan dibanding perusahaan media. Bagi perusahaan-perusahaan media, terutama media kecil, hal itu tidak adil.

Hal itu diperburuk dengan perusahaan-perusahaan media besar umumnya memiliki daya tawar lebih tinggi untuk pembagian hasil yang lebih adil. Perusahaan-perusahaan kecil kesulitan mencapai nilai yang sama kecuali bekerjasama.

Rancangan regulasi yang dibuat Amerika kali ini spesifik ditujukan untuk perusahaan-perusahaan kecil saja. Mereka yang paling banyak terdampak ketika industri berita terpukul oleh berkurangnya pemasukan iklan dan berubahnya perilaku konsumsi media.

Presiden dari News Media Alliance, David Chavern, mendukung rancangan regulasi itu. Menurutnya, media-media kecil memang jarang mendapat kesempatan untuk mendapatkan nilai royalti yang adil karena minimnya daya tawar.

"Perusahaan-perusahaan besar mungkin lebih mudah untuk mendapatkan nilai kesepakatan yang sesuai keinginan. Perusahaan-perusahaan kecil hanya bisa mencapainya jika bekerjasama," ujar Chavern.

Facebook, hingga berita ini ditulis, belum mau berkomentar. Saat ini mereka dalam sorotan sejak memblokir berita dan laman asal Australia di platform mereka. Hal itu adalah imbas dari tidak sepakatnya Facebook terhadap nilai royalti yang harus mereka bayar untuk bisa memakai konten dari media Australia.

Google, yang juga menjadi sasaran kebijakan yang sama, menunjukkan sikap berbeda. Mereka telah mencapai sejumlah kesepakatan nilai pembayaran di berbagaio negara. Dua di antaranya adalah Prancis dan Australia. Kesepakatan terbaru ditekennya bersama News Corp, kerajaan bisnis media yang dimiliki Rupert Murdoch.

Baca juga: Komunitas Internasional Kecam Langkah Facebook Blokir Outlet Media di Australia

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

3 jam lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Giliran OpenAI Garap Search Engine Berbasis AI, Saingi Produk Google dan Microsoft

4 jam lalu

Giliran OpenAI Garap Search Engine Berbasis AI, Saingi Produk Google dan Microsoft

OpenAI bersiap meluncurkan mesin pencari berbasis AI, tak ingin ketinggalan dari Gemini AI milik Google dan Copilot besutan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Bocoran Terbaru Ungkap Fitur AI iOS 18, Ini Detailnya

14 jam lalu

Bocoran Terbaru Ungkap Fitur AI iOS 18, Ini Detailnya

Aplikasi inti iOS Apple telah dijadwalkan untuk menerima peningkatan AI.

Baca Selengkapnya

Google Rilis ChromeOS 124 untuk Chromebook, Ini Fitur-fitur Barunya

14 jam lalu

Google Rilis ChromeOS 124 untuk Chromebook, Ini Fitur-fitur Barunya

Berikut peningkatan-peningkatan yang ada pada pembaruan ChromeOS 124.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

1 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

2 hari lalu

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

AJI Jakarta dengungkan boikot terhadap project cloud yang dikerjakan Google untuk Israel. Momentumnya diselarasakan dengan Hari Buruh 1 Mei.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kaji Penerapan Publisher Rights Australia

2 hari lalu

Indonesia Kaji Penerapan Publisher Rights Australia

Indonesia berencana mempelajari penerapan aturan Publisher Rights dari Australia yang telah lebih dulu melakukannya.

Baca Selengkapnya

Marselino Ferdinan Dihujat Netizen Usai Timnas Indonesia U-23 Kalah Lawan Irak di Piala Asia U-23 2024

3 hari lalu

Marselino Ferdinan Dihujat Netizen Usai Timnas Indonesia U-23 Kalah Lawan Irak di Piala Asia U-23 2024

Marselino Ferdinan menjadi sorotan di media sosial usai timnas Indonesia u-23 dikalahkan Irak 1-2 di perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Cara Mudah Menghilangkan Notifikasi Google Chrome di HP dan Laptop

3 hari lalu

Cara Mudah Menghilangkan Notifikasi Google Chrome di HP dan Laptop

Notifikasi Google Chrome bisa mengganggu pengguna saat sedang asyik menggunakan HP atau Laptop. Ini cara menghilangkan notifikasi Chrome.

Baca Selengkapnya

Tips Bantu Mengatasi Ruang Penyimpanan Google yang Penuh

3 hari lalu

Tips Bantu Mengatasi Ruang Penyimpanan Google yang Penuh

Langkah selanjutnya adalah menghapus data yang tidak lagi diperlukan atau relevan dengan mengakses https://drive.google.com/#quota.

Baca Selengkapnya