TEMPO.CO, Jakarta - Kudeta Myanmar, yang memicu serangkaian unjuk rasa dari warga, ikut berdampak pada kampanye tes COVID-19 di sana. Dikutip dari Channel News Asia, angka tes COVID-19 di Myanmar merosot tajam begitu kudeta berlangsung. Dari angka 9000 tes per hari pada Senin pekan lalu menjadi 1.987 tes per hari pada Senin pekan ini.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata angka tes per hari pada Januari lalu, perbedaannya kian kentara. Di bulan Januari, rata-rata jumlah tes per hari adalah 17.000. Sejauh ini, di bulan Februari, rata-rata jumlah tes per hari adalah 9.350.
Rendahnya tes pada ujungnya berdampak pada rendahnya identifikasi kasus juga. Senin kemarin, hanya ditemukan 4 kasus baru. Rata-rata jumlah kasus baru per hari pada Januari lalu adalah 420. Kementerian Kesehatan enggan mengomentari angka-angka tersebut, namun meminta staf medis untuk kembali bekerja.
"Kami meminta para pekerja medis untuk kembali memulai kampanye vaksinasi COVID-19, menimbang keselamatan para pasien," ujar Kementerian Kesehatan Myanmar pada Senin kemarin, 8 Februari 2021.
Nama Min Aung Hlaing mulai terkenal pada 2009 ketika memimpin serangan terhadap pemberontak Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar di daerah Kokang. Peristiwa ini memaksa sekitar 37 ribu penduduk etnis Kokang untuk mengungsi ke Cina. REUTERS/Soe Zeya Tun
Seperti diberitakan sebelumnya, staf medis dan dokter di Myanmar melakukan mogok kerja untuk memprotes kudeta Myanmar. Mereka enggan melayani pemerintahan yang diambil alih militer Myanmar pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing.
Mereka baru mau kembali bekerja apabila tuntutan mereka didengarkan dan diwujudkan. Inti tuntutan mereka adalah akhiri kudeta, bebaskan tahanan politik, serta akui demokrasi dengan kembali ke hasil pemilu tahun lalu.
Mengacu pada temuan yang dipaparkan sebelumnya, tuntutan tersebut belum digubris. Min Aung Hlaing, pada Senin kemarin, hanya meminta warga Myanmar untuk menghentikan unjuk rasa mereka dan berhenti mendengarkan perasaan dibanding fakta. Dalam klaim Min Aung Hlaing, Pemerintahan Myanmar sebelumnya pantas dikudeta karena tidak memenangkan pemilu secara sah.
Meski para dokter enggan bekerja untuk pemerintahannya, Min Aung Hlaing tetap menjanjikan pandemi COVID-19 tertangani. Hal tersebut, kata ia, termasuk tes dan vaksinasi COVID-19 untuk seluruh warga Myanmar. Ia belum mengungkapkan bagaimana janji itu akan ia tepati.
Per berita ini ditulis, Myanmar adalah salah satu negara yang terdampak parah oleh COVID-19. Mereka mencatat 31.177 kematian dan 141 ribu kasus akibat virus yang juga dikenal sebagai virus Corona itu.