Presiden Afsel Minta Negara Kaya Tidak Timbun Vaksin Covid-19
Reporter
Non Koresponden
Editor
Ahmad Faiz Ibnu Sani
Rabu, 27 Januari 2021 07:30 WIB
TEMPO.CO, - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa meminta negara-negara kaya untuk tidak menimbun pasokan vaksin Covid-19. Ia menyerukan agar produksi global dibagikan secara lebih merata ke seluruh negara terdampak.
"Negara-negara kaya di dunia keluar dan memperoleh dosis besar. Beberapa bahkan memperoleh hingga empat kali lipat dari yang dibutuhkan populasi mereka," katanya dalam pertemuan virtual Forum Ekonomi Dunia dikutip dari Reuters, Selasa, 26 Januari 2021.
Pemimpin Uni Afrika itu mengatakan dunia ingin mereka yang menimbun dosis vaksin agar melepaskannya sehingga bisa digunakan negara lain. Afrika kini berjuang untuk mendapatkan vaksin yang cukup agar bisa memulai program inokulasi di seluruh negeri di sana bagi 1,3 miliar penduduk.
Uni Afrika bulan ini mengamankan 270 juta suntikan bagi benua itu untuk melengkapi 600 juta dosis dari skema distribusi vaksin COVAX yang dipimpin bersama oleh WHO dan Gavi. Dosis tersebut diharapkan tersedia tahun ini tetapi belum ada yang tiba, sementara beberapa bagian Eropa, Asia dan Amerika sedang dalam program vaksinasi.
“Kita semua tidak aman jika beberapa negara memvaksinasi rakyatnya dan negara lain tidak,” tutur Ramaphosa.
Baca juga: Moderna Yakin Vaksinnya Efektif ke Varian Baru COVID-19
CEO Gavi, Seth Berkley, memperkirakan bahwa negara-negara kaya telah memesan lebih dari 800 juta dosis berlebih. “Jumlahnya sangat mengejutkan. Orang-orang tidak tahu vaksin mana yang akan berhasil, jika ada yang berhasil, jadi mereka mengambil banyak tembakan ke gawang," tuturnya.
Dia mengatakan COVAX telah mengeluarkan prinsip-prinsip agar negara dapat menyumbangkan dosis vaksin ke fasilitas tersebut. COVAX juga dapat membeli kelebihan dosis atau mengambil tempat dalam antrean produksi agar membuatnya tersedia secara merata bagi seluruh negara di dunia.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pekan lalu menggambarkan akses vaksin Covid-19 yang tidak setara ini sebagai kegagalan moral yang dahsyat.
REUTERS
https://www.reuters.com/article/idUSKBN29V0TI?il=0