Negara Bagian India Ubah Nama Buah Naga karena Identik dengan Penamaan Cina

Jumat, 22 Januari 2021 08:00 WIB

Buah naga (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah negara bagian Gujarat di India memutuskan untuk mengubah nama buah naga karena identik dengan penamaan Cina.

Perubahan nama buah naga dilakukan menyusul ketegangan antara India dan Cina, yang saat ini terjebak kebuntuan militer di sepanjang perbatasan Himalaya yang diperebutkan setelah bentrokan yang menewaskan 20 tentara India. India merespons insiden pada Juni dengan melarang aplikasi buatan Cina dan membatasi impor dari Cina.

"Pemerintah Gujarat telah memutuskan...kata buah naga tidak sesuai, dan dikaitkan dengan Cina. Bentuk buahnya seperti teratai, dan karenanya kami memberinya nama Sansekerta baru, kamalam. Tidak ada (motif) yang politis tentang perubahan nama itu," kata Kepala Menteri Gujarat Vijay Rupani kepada media pada Selasa, dikutip dari Reuters, 21 Januari 2021.

Teratai, atau kamal dalam bahasa Hindi, adalah simbol dari Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di Modi. Buah tersebut selanjutnya akan dikenal sebagai kamalam di negara bagian tersebut, kata Rupani, yang berasal dari BJP. Gujarat adalah negara bagian asal Perdana Menteri Narendra Modi dari Partai BJP.

Kamalam juga merupakan nama markas Partai BJP di Koba, Gandhinagar, menurut The Indian Express.

Advertising
Advertising

Para pendukung Partai Bharatiya Janata (BJP) merayakan kemenangan dengan mengibarkan bendera partai setelah mengetahui hasil hitung cepat pemilu India di Ahmedabad, India, 23 Mei 2019. [REUTERS / Amit Dave]

Perubahan nama buah naga terjadi beberapa bulan setelah Perdana Menteri Modi memuji para petani dalam program radio untuk membudidayakan buah naga di wilayah gersang Kutch di Gujarat.

Dalam siaran radio Mann Ki Baat pada 26 Juli tahun lalu, Perdana Menteri Narendra Modi memuji para petani Kutch karena telah membudidayakan buah naga dan mengadopsi praktik-praktik inovatif, menyebutnya sebagai "semangat kemandirian", Indian Express melaporkan.

Pada 6 Agustus, Ram Kumar, kepala pelestarian hutan tambahan (perhutanan sosial) di departemen kehutanan Gujarat, meneruskan proposal perubahan nama kepada Dewan Riset Pertanian India (ICAR) untuk mengganti nama buah Kamalam.

"Setelah itu para petani mendekati saya, dan menyarankan untuk mengganti nama buah naga menjadi kamalam," kata Vinod Chavda, Anggota Parlemen BJP dari Kutch, kepada Reuters.

"Saya senang negara telah menerima proposal tersebut," ujar Chavda.

Baca juga: Cina dan India Saling Tuduh dan Ancam Soal Perkelahian di Galwan

Ada lebih dari 200 petani di Kutch yang menanam buah naga di area 1.500 hektar lebih, kata Haresh Thakkar, seorang petani dari wilayah tersebut.

"Nama buah India akan membawa lebih banyak kebahagiaan bagi kami. Kami merasa tingkat penerimaan buah ini juga akan meningkat jika dipandang sebagai buah India," kata Thakkar yang sudah menanam buah naga selama lima tahun ini.

Buah naga juga ditanam di negara bagian tetangga Maharashtra dan di timur laut India. Tidak ada tanda-tanda bahwa pemerintah daerah berencana melakukan perubahan nama.

Partai oposisi, Partai Kongres, menyebut perubahan nama buah naga sebagai gimik.

"Pemerintah tidak memiliki apa pun yang berharga untuk ditampilkan sebagai pencapaian, dan berusaha mengalihkan perhatian dari masalah nyata," kata juru bicara Partai Kongres Gujarat Manish Doshi.

Buah naga adalah buah dari spesies kaktus liar yang berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, yang disebut pitaya atau pitahaya. Daging buah biasanya berwarna putih atau merah, meskipun ada juga pitaya kuning yang kurang umum, dan bertabur biji kecil mirip buah kiwi.

Penghasil dan pengekspor buah naga terbesar di dunia adalah Vietnam, yang tanamannya dibawa oleh Prancis pada abad ke-19. Orang Vietnam menyebutnya thanh long, yang diterjemahkan menjadi "mata naga", diyakini sebagai asal dari nama umum bahasa Inggrisnya.

Selain dibudidayakan di negara asalnya di Amerika Latin, buah naga juga dibudidayakan di Thailand, Taiwan, Cina, Australia, Israel, dan Sri Lanka. Dikutip dari The Indian Express, buah naga dibawa ke India pada 1990-an, dan ditanam di Karnataka, Kerala, Tamil Nadu, Maharashtra, Gujarat, Odisha, Benggala Barat, Andhra Pradesh, dan Kepulauan Andaman dan Nicobar.

REUTERS | INDIAN EXPRESS

Sumber:

https://www.reuters.com/article/us-india-china-fruit/a-lotus-not-a-chinese-dragon-indian-pm-modis-home-state-changes-name-of-fruit-idUSKBN29P16Q?il=0

https://indianexpress.com/article/explained/dragon-fruit-kamalam-gujarat-7154571/

Berita terkait

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

4 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

5 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

6 Tips Solo Traveling ke India, Keselamatan jadi Prioritas

6 jam lalu

6 Tips Solo Traveling ke India, Keselamatan jadi Prioritas

Pemberitaan tentang tingkat kriminalitas di India membuat banyak pelancong yang berpikir ulang untuk melakukan solo traveling ke sana.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

11 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

20 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

1 hari lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

1 hari lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya