Pengiriman vaksin penyakit virus corona (Covid-19) Pfizer diturunkan dari penerbangan khusus kargo United Airlines dari Brussel ke Bandara Internasional O'Hare di Chicago, Illinois, AS, 2 Desember 2020. [United Airlines / Handout via REUTERS]
TEMPO.CO, Jakarta -WHO berhasil mengamankan dua miliar dosis vaksin COVID-19 untuk negara berkembang lewat lembaga buatannya, COVAX Initiative. Dikutip dari Channel News Asia, COVAX Initiative menargetkan 1,3 miliar di antaranya bisa didistribusikan tahun depan untuk 92 negara dengan perekonomian menengah ke bawah.
"Hal ini membuka jalan lebar untuk mengakhiri pandemi COVID-19 dengan melindungi populasi yang paling rentan terdampak," ujar COVAX Initiative dalam pernyataan persnya, Jumat, 18 Desember 2020.
COVAX Initiative melanjutkan bahwa distribusi akan dilakukan secara bertahap. Pengiriman pertama akan dimulai pada kuartail pertama 2021. Namun, kata COVAX Initiative, hal itu bisa berubah tergantung pada beberapa faktor mulai dari pengesahan oleh badan regulator hingga kesiapan distribusi oleh negara tujuan.
Faktor-faktor tersebut penting sifatnya karena vaksin COVID-19 yang diberikan akan berasal dari berbagai produsen. Beberapa di antaranya ada AstraZeneca yang tengah menyiapkan 170 juta dosis serta Johnson & Johnson yang berkomitmen menyediakan 500 juta dosis.
Pfizer dan BioNTech, yang vaksinnya banyak digunakan sekarang, juga akan bergabung. Pihak COVAX Initiative menyampaikan bahwa pembicaraan dengan Pfizer tengah berlangsung untuk memastikan berapa dosis yang bisa didistribusikan tahun depan.
Diberitakan sebelumnya, Pfizer mengalami gangguan rantai pasokan akibat kurangnya bahan baku produksi vaksin COVID-19. Pemerintah Amerika dikabarkan akan membantu menambal kekurangan tersebut, diikuti dengan penyesuaian kontrak.
"Kami juga dalam pembicaraan dengan COVAX yang vaksinnya diprediksi akan segera disahkan," ujar pernyataan COVAX Initiative
Sebagai catatan, COVAX Initiative bekerja berdasarkan sumbangan dari berbagai negara dan pihak. Beberapa penyokongnya adalah World Bank dan Bill & Melinda Gates Foundation.
Beberapa pekan lalu, Kanselir Jerman Angela Merkel mendesak COVAX Initiative untuk segera mengamankan dosis vaksin COVID-19 untuk negara berkembang. Hal itu mengingat beberapa negara maju sudah mulai mengantri untuk mendapatkan suplai vaksin COVID-19. Kepala Aliansi Vaksin GAVI, Seth Berkley, sepakat dengan pernyataan Merkel bahwa dosis yang diamankan masih perlu ditambah.
"Kami masih membutuhkan banyak dosis dan tentu kami membutuhkan banyak uang, ujar Berkley menegaskan.