Kaleidoskop 2020: COVID-19 Menyebar dari Wuhan ke Dunia

Senin, 21 Desember 2020 17:00 WIB

Seorang petugas polisi menyemprotkan desinfektan pada seorang warga yang ingin berpergian meninggalkan Wuhan di luar Stasiun Kereta Api Hankou di ibukota provinsi Hubei, China, 8 April 2020. Ribuan orang bergegas meninggalkan Wuhan setelah otoritas setempat mencabut larangan warga berpergian selama lebih dari dua bulan di kota yang merupakan asal muasal pandemi virus corona (Covid-19) itu. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu peristiwa besar yang terjadi pada 2020 dan tercatat dalam sejarah dunia medis adalah penyebaran wabah virus corona atau dikenal juga sebagai Covid-19. Sampai pekan ketiga Desember 2020, dampaknya secara global belum berkurang.

Covid-19 telah membuat 73,5 juta orang sakit di seluruh dunia. Selain itu, sebanyak 1.64 juta orang juga meninggal dibuatnya. Kabar gembiranya, sudah ada 41,6 juta orang yang dinyatakan sembuh dari virus Corona walaupun vaksinnya baru ditemukan baru-baru ini.

Per kaleidoskop ini ditulis, kasus virus corona tertinggi ada di Amerika Serikat. Di sana tercatat ada 18,1 juta kasus dan 324 ribu orang meninggal. Di urutan kedua dan ketiga ada India dan Brazil dengan pencapaian masing-masing 10 juta serta 7,2 juta kasus. Namun, ketika wabah Covid-19 meledak pertama kalinya, posisi pertama dipegang oleh Cina selama beberapa bulan.

Virus corona pertama kali memang terdeteksi di Cina, tepatnya di Wuhan, Provinsi Hubei. Di Wuhan, virus Covid-19 disebut-sebut berasal dari konsumsi hewan-hewan liar di wilayah itu, salah satunya kelelawar.

Alasannya, karakteristik virus Corona juga ditemukan pada hewan liar. Walau begitu, faktor hewan masih bersifat dugaan. Januari nanti, peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan berkunjung ke Cina untuk menginvestigasinya.

Advertising
Advertising

Seorang ibu dan anaknya mengenakan pakaian APD saat terlihat di Bandara Internasional Wuhan Tianhe di ibu kota provinsi Hubei, China, 8 April 2020. Ribuan orang bergegas meninggalkan Wuhan setelah otoritas setempat mencabut larangan warga berpergian selama lebih dari dua bulan di kota yang merupakan asal muasal pandemi virus corona (Covid-19) itu. REUTERS/Aly Song

Sebelum WHO terlibat seperti sekarang, Pemerintah Cina telah lebih dulu melacak asal-usul virus corona. Walau mereka membantah dugaan virus Corona murni berasal dari Cina, pemerintah lokal mengaku bahwa wabahnya pertama kali terdeteksi di Wuhan pada 17 November 2019.

Deteksi awal tidak langsung direspon oleh Cina. Wawancara sebuah media dengan whistleblower dari komunitas medis menunjukkan dokter di Cina baru menyadari mereka sedang menghadapi penyakit baru pada akhir Desember 2019. Dengan kata lain, telat sebulan.

Para ilmuwan telah mencoba untuk memetakan pola penularan awal Covid-19 sejak epidemi dilaporkan di kota Wuhan pada pertengahan pada Januari 2020 lalu. Namun, hasilnya belum lengkap hingga sekarang. Mereka masih mencoba memahami bagaimana virus COVID-19 bisa menyebar, tidak terdeteksi, dan juga tidak terdokumentasi.


Meningkat dengan Cepat

Menurut data Pemerintah Cina yang dilihat oleh South China Morning Post, seorang laki-laki, 55 tahun, dari provinsi Hubei kemungkinan menjadi orang pertama yang terinfeksi COVID-19 pada 17 November. Sejak tanggal itu dan seterusnya, satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari.

Pada 15 Desember 2019, jumlah total infeksi mencapai 27 kasus. Itu adalah peningkatan kasus harian yang menyentuh angka dua digit. Pada 20 Desember 2019, jumlah kasus virus corona berkembang lagi mencapai 60.

Pada 27 Desember, Zhang Jixian, seorang dokter dari Rumah Sakit Pengobatan Terpadu Cina dan Barat di Provinsi Hubei, memberi tahu otoritas kesehatan Cina bahwa penyakit itu disebabkan oleh virus Corona baru. Pada tanggal itu, sudah lebih dari 180 orang telah terinfeksi, meskipun dokter mungkin belum mengetahui semuanya pada saat itu.

Pada hari terakhir 2019, jumlah kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi 266. Pada hari pertama tahun 2020, jumlahnya mencapai 381 kasus.

Sukarelawan dari tim Blue Sky Rescue menyemprotkan disinfektan untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 di Qintai Grand Theatre, Wuhan, 2 April, 2020. Menurut Xinhua, tidak ada kasus baru Virus Corona COVID-19 hingga perhitungan per 31 Maret kemarin. REUTERS/Aly Song


Seiring dengan meningkatnya kasus, Cina didapati mencoba mengendalikan narasi soal pandemi yang mereka hadapi. Jurnalis-jurnalis yang mencoba mereportase situasi di Cina, terutama Wuhan, mulai diawasi atau bahkan dihilangkan.

Tiga jurnalis asal Cina bernama Chen Quishi, Fang Bing, dan Li Zehua adalah contoh yang hilang. Mereka dikatakan hilang sejak melaporkan soal pengendalian virus corona di Wuhan.

"Sebelum menghilang, ketiganya mencoba menginformasikan kepada dunia bagaimana situasi wabah virus Corona sesungguhnya di Wuhan," sebagaimana dikutip dari situs Daily Mail, 16 April 2020.

Chen hilang sejak tanggal 6 Februari 2020. Sebelum hilang, Ia masuk ke Wuhan untuk menunjukkan bagaimana situasi di sana pra lockdown. Salah satu videonya yang viral adalah tidak cukupnya kapasitas rumah sakit di Wuhan untuk pasien virus Corona. Saking tidak cukupnya, ada pasien yang meninggal di kursi roda tanpa sempat ditangani.

Kota Wuhan dan 11 juta jiwa penduduk, saat itu, juga dalam posisi dikarantina dengan ketat. Hal itu berlaku pada 23 Januari 2020 lalu. Beberapa hari kemudian, statusnya naik menjadi lockdown. Lebih dari 40 juta orang di Provinsi Hubei tak bisa kemana-mana.

Wilayah Cina lainnya juga tak lama kemudian diberlakukan aturan ketat, seperti larangan mengadakan acara kumpul-kumpul. Di Cina, diperkirakan hampir 81 ribu infeksi virus corona terjadi, namun 7.263 orang sampai sekarang masih sakit Covid-19.

Evakuasi Warga

Pandemi Covid-19 mulai menggeliat ke berbagai negara ketika kondisi di Wuhan kian buruk. Di sisi lain, berbagai negara mulai beramai-ramai menyelamatkan warga mereka dari Cina, terutama yang tinggal di area Wuhan. Tidak menyangka apa yang terjadi beberapa waktu kemudian adalah keluar dari mulut buaya dan masuk ke mulut harimau.

Evakuasi dimulai pada bulan Februari. Kementerian Luar Negeri Inggris melakukannya lebih dulu pada 2 Februari 2020, menyewa sebuah pesawat sipil untuk membantu warga negaranya meninggalkan Ibu Kota Wuhan dan kembali ke Inggris.

Setelah Inggris, negara-negara lain mulai menyusul usai mengurus administrasi dengan Cina. Brasil, misalnya, membawa keluar warga negaranya dari Kota Wuhan, Cina usai mendapat izin Cina pada 4 Februari 2020.

Indonesia pun melakukan repatriasi WNI di Kota Wuhan. Pesawat Batik Air diterbangkan ke sana untuk mengevakuasi WNI yang terjebak.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Indonesia, Novie Riyanto, dalam keterangannya pada 2 Februari 2020 lalu menegaskan bahwa evakuasi WNI dari Wuhan merupakan misi kemanusiaan. Adapun Batik Air ditunjuk sebagai operator karena mereka memiliki ruter reguler ke Wuhan.

Perjuangan Membuahkan Hasil

Lebih dulu menghadapi virus Corona membuat Cina relatif lebih dulu mengandalikan situasinya dibanding negara-negara lain. Perjuangan mereka, mulai dari lockdown hingga pembatasan sosial, membuahkan hasil. Pada 19 Maret 2020 lalu, untuk pertama kalinya, Cina mencatat tidak ada warga Wuhan yang terjangkit virus corona.

Sebelumnya pada 10 Maret 2020, Presiden Cina Xi Jinping mengunjungi Kota Wuhan untuk pertama kali sejak virus corona mulai menyebar. Xi Jinping ketika itu meyakinkan bahwa virus corona pada dasarnya bisa diatasi. Namun, kata ia, hal itu membutuhkan upaya keras.

Pada Rabu, 18 Maret 2020, otoritas Hubei mengumumkan mereka secara bertahap telah membuka wilayah perbatasan agar masyarakat yang sehat bisa meninggalkan wilayah itu, Hal itu untuk mengakomodir mereka yang punya pekerjaan di tempat lain. Hal serupa berlaku di kota-kota lain yang membuat nadi kehidupan di sana mulai berangusr normal. Sayangnya, kabar gembira itu tak berlangsung lama.

Pada bulan April, Komisi Kesehatan Nasional Cina melaporkan temuan kasus pertama virus corona. Lagi-lagi salah satunya di kota Wuhan. Selain Wuhan, hal serupa juga terjadi di kota Shulan, provinsi Jilin. Di sana, status pandemi naik dari medium menjadi tinggi setelah seorang perempuan dinyatakan positif Covid-19.

Bendera nasional Cina dikibarkan setengah tiang di dekat sebuah hotel di Wuhan, provinsi Hubei, ketika Tiongkok mengadakan duka nasional bagi mereka yang meninggal karena wabah Virus Corona, 4 April 2020. REUTERS/Aly Song

Meski kasus kembali muncul, hal itu tidak mempengaruhi rencana pelonggaran lockdown secara signifikan. Di Wuhan, jalur transportasi keluar masuk mulai dibuka di bulan April itu.

Banyak layanan transportasi kota, termasuk kapal feri dan taksi diizinkan untuk melanjutkan operasi. Namun, dilaporkan South China Morning Post, 8 April 2020, untuk tahap awal pembukaan lockdown ini masyarakat masih perlu membawa kode QR atau dokumen yang menunjukkan bahwa mereka dalam keadaan sehat sebelum diizinkan meninggalkan kompleks perumahan dan menggunakan transportasi umum atau memasuki toko.

Pengalaman lebih dulu menghadapi pandemi virus Corona membuat Cina lebih sigap menghadapi kemunculan kasus-kasus baru. Dalam waktu relatif lebih singkat, pandemi mulai terkendali lagi dan Cina pun berangsur-angsur turun dari puncak rangking negara paling terdampak hingga ke posisi 80 per tulisan ini dibuat. Di posisi itu, Cina mencatatkan 86.829 kasus dan 4.634 kematian.

Sekarang, posisi episentrum dipegang oleh Amerika. Ironis karena Amerika lebih dulu menuduh Cina tidak transparan dan mumpuni dalam menangani pandemi. Amerika tercatat memiliki 18,1 juta kasus dan 324 ribu kematian. Untungnya, Desember ini, vaksin Covid-19 baru buatan Pfizer dan BioNTech telah diresmikan yang harapannya bisa memperbaiki kondisi dunia per 2021 nanti.

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

5 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

6 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

8 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

8 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

9 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya