Disebut Buru-buru Sahkan Vaksin COVID-19, Inggris: Standarnya Terpenuhi

Sabtu, 5 Desember 2020 10:31 WIB

Dosis vaksinasi penyakit virus corona (COVID-19) dari BioNTech dan Pfizer digambarkan dalam foto selebaran ini, saat Inggris menjadi negara barat pertama yang menyetujui vaksin COVID-19, di Mainz, Jerman. [BioNTech SE 2020, semua hak dilindungi undang-undang / Handout melalui REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Agensi Regulator Produk Obat-obatan dan Kesehatan Inggris, MHRA, merespon tuduhan lembaganya terburu-buru mengesahkan vaksin COVID-19. Mereka memastikan bahwa evaluasi dan pengecekan secara menyeluruh telah dilakukan sebelum pengesahan diberikan. Jika tidak ada kajian menyeluruh, kata mereka, tidak mungkin mereka akan berani mengesahkan vaksin COVID-19.

"Vaksin apapun harus menjalani uji klinis dengan standar internasional dengan pengawasan langsung dari badan regulator. Tidak akan ada vaksin yang disahkan Inggris jika tidak memenuhi standar keamanan, kualitas, dan efikasi," ujar MHRA dalam keterangan persnya, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 5 Desember 2020.

MHRA menjelaskan lebih lanjut bahwa kajian bisa berlangsung begitu cepat karena regulator sudah ikut mengwasi sejak awal. Koordinasi antar lembaga terus dilakukan. Alhasil, ketika data terakhir dikeluarkan, Inggris tinggal memeriksa ulang data-data yang diberikan untuk memastikan semuanya aman.

"Vaksin COVID-19, seperti yang satu ini (Pfizer), dikembangkan dengan koordinasi di mana berbagai tahapannya berjalan paralel untuk mempersingkat waktu. Hal itu bukan berarti ada standar keamanan, kualitas, dan efikasi yang dilangkahi," ujar MHRA dalam keterangan persnya.

Diberitakakan sebelumnya, berbagai pihak dan organisasi internasional menyebut Inggris terlalu terburu-buru mengesahkan vaksin COVID-19 dari Pfizer. Di saat negara lain belum selesai menguji vaksin tersebut, Inggris sudah lebih dulu usai dalam hitungan beberapa hari saja. Mereka menduga Inggris berniat mencuri start untuk mendapat suplai vaksin yang mereka butuhkan.

Salah satu pengkritik adalah Uni Eropa. Mereka menyebut kajian di Inggris sebagai proses yang bermasalah dan mengimbau negara-negara Eropa untuk tidak mengikuti langkah serupa. Bagi mereka, lebih baik kajian selama beberapa minggu untuk memastikan vaksin COVID-19 aman dibandingkan mengesampingkan resikonya dengan dalih situasi darurat.

Pakar epidemi Amerika, Anthony Fauci, juga ikut mengkritik cepatnya kajian vaksin COVID-19 di Inggris. Namun, Fauci belakangan meminta maaf karena merasa dirinya telah menghina kolega-koleganya di Inggris.

"Saya percaya apa yang Inggris lakukan baik secara saintifik ataupun dari sudut pandang regulasi. Proses kami lebih lama dibanding Inggris dan itulah realitanya," ujar Anthony Fauci.

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

https://www.channelnewsasia.com/news/world/covid-19-pfizer-vaccine-uk-drug-regulator-defends-approval-13700078

Berita terkait

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

16 jam lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

1 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

1 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

2 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

2 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

3 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

3 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

5 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

8 hari lalu

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

Ivan Gunawan berencana berangkat ke Uganda hari ini untuk meresmikan masjid yang dibangunnya. Ini profil Uganda, negara di Afrika Timur.

Baca Selengkapnya