Novelis Australia yang Ditahan di Beijing Mengaku Sebagai Eks Mata-mata Cina

Kamis, 22 Oktober 2020 07:00 WIB

Blogger Australia Yang Hengjun Ditahan polisi rahasia Cina. [SYDNEY MORNING HERALD]

TEMPO.CO, Jakarta - Yang Hengjun, seorang novelis warga Australia yang ditahan di Beijing dan menghadapi tuduhan spionase pernah mengaku pernah bekerja sebagai agen mata-mata Cina, menurut surat rahasia yang dia tulis kepada seorang pendukungnya pada 2011.

Dalam surat yang dia tulis kepada mantan dosennya, Yang mengungkapkan bahwa dia telah bekerja untuk Kementerian Keamanan Negara Cina selama satu dekade sejak tahun 1989, termasuk di Hong Kong dan Washington, sebelum pindah ke Australia.

Pria berusia 55 tahun, yang menjadi blogger pro-demokrasi terkenal, menghadapi 10 tahun atau lebih penjara setelah otoritas Cina menuduhnya membahayakan keamanan nasional dengan bergabung atau menerima misi dari organisasi spionase tak dikenal, kata Feng Chongyi, sarjana liberal di Sydney yang dikirimi surat itu oleh Yang, menurut laporan Reuters, 21 Oktober 2020.

Yang sebelumnya telah menyatakan tidak bersalah, dengan mengatakan bulan lalu, "Saya tidak akan pernah mengakui sesuatu yang belum saya lakukan."

Yang Hengjun.[REUTERS]

Advertising
Advertising

Feng mengungkapkan rincian surat tentang masa lalu Yang sebagai mata-mata Cina untuk pertama kalinya, yang telah dikabarkan di kalangan pembangkang Cina di luar negeri, sebagai langkah pencegahan untuk melawan potensi kesalahan informasi pada persidangan Yang atas kegiatan mata-mata untuk negara lain.

Klaim Yang bahwa dia adalah mata-mata Cina dan beberapa detail lain dari suratnya belum dapat diverifikasi.

Kementerian Luar Negeri Cina merujuk pada pernyataan yang dibuatnya pada 12 Oktober, ketika seorang juru bicara mengkonfirmasi Yang telah didakwa atas tuduhan spionase pada 7 Oktober, dan bahwa sidang pertama kasus itu sedang berlangsung.

"Pihak berwenang Cina yang relevan menangani kasus ini dengan sangat sesuai dengan hukum dan hak hukum Yang Jun dilindungi sepenuhnya," kata juru bicara Zhao Lijian pada saat itu.

Sementara pemerintah Australia merujuk pernyataan Menteri Luar Negeri Marise Payne pekan lalu bahwa Australia tidak melihat bukti yang mendukung tuduhan spionase terhadap Yang.

Pengacara Yang di Beijing telah dilarang berbicara tentang persidangan kepada media oleh otoritas Cina.

Kasus ini menggarisbawahi apa yang para pendukung Yang gambarkan sebagai tindakan keras terhadap suara-suara liberal di Cina sejak 2016 di bawah Presiden Xi Jinping dan terjadi pada saat hubungan diplomatik antara Australia dan Cina memanas.

Yang memiliki basis pengikut online yang kuat sejak lebih dari satu dekade lalu setelah menulis ratusan artikel tentang politik Cina, Amerika, dan Taiwan.

Dia pertama kali ditahan di Cina pada tahun 2011 oleh polisi karena dicurigai sebagai penghasut Revolusi Melati di Beijing, gerakan protes berumur pendek yang dipicu oleh aktivis demokrasi online. Dia dibebaskan setelah tiga hari setelah intervensi oleh pemerintah Australia.

<!--more-->

Dalam suratnya pada Mei 2011 kepada Feng, Yang menyangkal dirinya berada di balik protes dan mengatakan kepada polisi bahwa dia bekerja untuk MSS (Kementerian Keamanan Negara Cina) setelah 1989.

Menurut suratnya, Yang bekerja untuk MSS di Hong Kong dari tahun 1992 hingga penyerahan kota tersebut dari Inggris ke Cina pada tahun 1997, dan kemudian di Washington.

Saat di Hong Kong Yang bertugas pada layanan perjalanan, sementara di Washington dia bekerja sebagai peneliti lembaga riset, kata Feng, meskipun surat itu tidak merujuk pada kegiatan ini.

Kementerian luar negeri Cina belum menanggapi klaim tentang pekerjaan Yang untuk MSS di Hong Kong dan Washington.

Yang meminta polisi Guangzhou yang menginterogasinya pada 2011 untuk menghubungi MSS untuk mengkonfirmasi identitasnya, tetapi juga mengatakan kepada mereka bahwa dia tidak memerlukan izin untuk menulis secara terbuka tentang demokrasi Cina karena dia telah meninggalkan badan keamanan beberapa tahun sebelumnya.

"Saya telah berubah pikiran dan menemukan cara yang lebih baik menuju patriotisme. Itu untuk mempromosikan kemajuan sosial dan reformasi sistem politik Cina untuk mencapai modernisasi demokrasi, bukan hanya menjadi mata-mata," katanya kepada mereka, menurut surat itu.

Seseorang yang menjawab telepon di Biro Keamanan Umum Kota Guangzhou pada hari Rabu mengatakan dia tidak mengetahui kasus tersebut dan kantor belum membalas untuk konfirmasi penahanan dan interogasi Yang pada tahun 2011.

Yuan Xiaoliang, istri penulis Australia Yang Hengjun, berbicara kepada Reuters di Shanghai, Cina 19 Oktober 2020. [REUTERS / Stringer]

Yang telah keluar dari MSS ketika dia bermigrasi ke Australia pada 1999 untuk tinggal bersama keluarganya dan menjadi warga negara Australia pada 2002, kata Feng, yang membimbing studi PhD Yang di Sydney's University of Technology pada 2006.

Yang menghabiskan empat tahun berikutnya menulis novel mata-mata.

Ketiga novel yang diterbitkan di Taiwan ini berkisah tentang agen ganda, juga bermarga Yang. Dalam novel tahun 2004-nya, Finishing Stroke, direktur CIA, presiden AS, dan presiden Taiwan terlibat dalam alur plot tentang ketegangan di Selat Taiwan.

Selama penahanan 2011, polisi menuntut untuk mengetahui bagaimana Yang bisa menulis novel tanpa membocorkan rahasia negara, menurut keterangan tertulis Yang.

"Saya tahu batas antara cinta negara dan pengkhianatan," jawabnya, menurut surat setebal 13 halaman itu.

Selain surat itu, sumber lain mengkonfirmasi bahwa dia memberi tahu teman-teman dekatnya tentang riwayat MSS-nya setelah penahanannya pada 2011.

Setelah tiga hari ditahan pada tahun 2011, dia ditahan lagi oleh polisi yang memasuki Cina dari New York pada Januari 2019.

Feng mengatakan dia yakin penahanan Yang terkait dengan tindakan keras polisi nasional terhadap "campur tangan asing" yang dilaporkan oleh media pemerintah di bulan yang sama.

"Pada 2019, dia dicurigai sebagai orang yang berpotensi mengorganisir Revolusi Warna," kata Feng, merujuk pada gerakan protes pro-demokrasi yang terkadang dikaitkan oleh kritikus dengan kepentingan AS atau Barat, tanpa memberikan penjelasan lebih spesifik.

Kementerian luar negeri Cina tidak menanggapi permintaan komentar tentang detail penangkapan Yang.

Yang tinggal di New York pada tahun 2019 sebagai peneliti tamu di Universitas Columbia yang menambah penghasilannya dengan bekerja sebagai "daigou" atau agen belanja online untuk konsumen Cina yang menginginkan produk Amerika.

"Yang Hengjun dihukum karena publikasinya yang mengkritik pelanggaran hak asasi manusia dan malpraktek lain dari (Partai Komunis Cina) di China, dan karena mempromosikan transisi Cina untuk memperkenalkan demokrasi," kata Feng, yang pernah ditahan oleh polisi keamanan di Guangzhou pada 2017.

Pemerintah Australia telah menyuarakan keprihatinan serius tentang perlakuan Yang selama 21 bulan penahanannya, dengan mengatakan dia telah diborgol beberapa kali tahun lalu, diinterogasi untuk waktu yang lama, dengan akses terbatas ke pengacara dan tidak dapat melihat istrinya. Istrinya hanya diperbolehkan menyampaikan pesan kepada suaminya melalui pejabat konsuler tentang topik terbatas.

Istri Yang, Yuan Xiaoliang, yang berbicara kepada Reuters di Shanghai tentang hubungan mereka tetapi bukan kasus Yang atau masa lalu MSS-nya, mengatakan Yang tidak akan mengkhianati keluarga dan pembacanya di Cina.

Dia juga menyatakan kepeduliannya terhadap kesehatan suaminya, mencatat bahwa dia telah kehilangan berat badan dan petugas konsuler Australia yang mengunjunginya tahun lalu mengatakan kepadanya bahwa mereka mengamati dia gemetar saat dia berjalan saat dalam tahanan.


Sumber:

https://uk.reuters.com/article/uk-australia-china-writer-exclusive/exclusive-australian-writer-detained-in-beijing-told-supporter-he-was-a-former-chinese-spy-idUKKBN2760JT

Berita terkait

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

19 menit lalu

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

Kepolisian Australia mengkonfirmasi telah menembak mati seorang remaja laki-laki, 16 tahun, karena penikaman dan tindakan bisa dikategorikan terorisme

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Perpanjang Napas Indonesia atas Cina di Final, Skor Sementara 1-2

41 menit lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Perpanjang Napas Indonesia atas Cina di Final, Skor Sementara 1-2

Jonatan Christie mampu menyudahi perlawanan sengit Li Shi Feng dalam duel tiga game di laga ketiga final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Dikalahkan Liang / Wang di Final Piala Thomas 2024, Fajar / Rian Sebut Lawan Main Lebih Berani dan Cerdik

1 jam lalu

Dikalahkan Liang / Wang di Final Piala Thomas 2024, Fajar / Rian Sebut Lawan Main Lebih Berani dan Cerdik

Fajar / Rian mengungkapkan keunggulan lawan yang membuat mereka kalah di pertandingan final Piala Thomas 2024, Minggu, 5 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Destinasi Wisata di Chengdu yang jadi Tuan Rumah Piala Thomas dan Uber 2024

2 jam lalu

Destinasi Wisata di Chengdu yang jadi Tuan Rumah Piala Thomas dan Uber 2024

Salah satu destinasi wisata utama untuk dikunjungi adalah Pasar Malam Chengdu.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Liang / Wang Tekuk Fajar / Rian, Indonesia Tertinggal 0-2 dari Cina

2 jam lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Liang / Wang Tekuk Fajar / Rian, Indonesia Tertinggal 0-2 dari Cina

Fajar / Rian gagal menyamakan kedudukan untuk Indonesia usai dikalahkan pasangan Cina Liang / Wang pada final Piala Thomas 2024 lewat tiga game.

Baca Selengkapnya

Gagal Sumbang Poin di Final Piala Thomas 2024, Anthony Sinisuka Ginting Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

2 jam lalu

Gagal Sumbang Poin di Final Piala Thomas 2024, Anthony Sinisuka Ginting Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

Anthony Sinisuka Ginting mengungkapkan penyebab kekalahannya atas Shi Yu Qi di final Piala Thomas 2024 saat Indonesia menghadapi Cina.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

3 jam lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

Anthony Sinisuka Ginting tak mampu berbuat banyak dalam laga perdana final Piala Thomas 2024 melawan tunggal pertama Cina, Shi Yu Qi.

Baca Selengkapnya

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

8 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

9 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya