Turki: Gencatan Senjata Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh Tak Cukup

Sabtu, 10 Oktober 2020 16:54 WIB

Warga sipil berkumpul di ruang bawah tanah yang digunakan sebagai tempat perlindungan bom di wilayah Nagorno-Karabakh di Stepanakert, 30 September 2020. Nagorno-Karabakh merupakan daerah kantong etnis Armenia di Azerbaijan yang memisahkan diri pada 1990-an. Vahram Baghdasaryan/Photolure via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh telah disepakati berlaku efektif Sabtu ini, 10 Oktober 2020. Dikutip dari kantor berita Reuters, gencatan senjata berlaku sejak pukul 12:00 tadi, waktu setempat.

Turki, pendukung Azerbaijan dalam konflik di Nagorno-Karabakh, mengapresiasi gencatan senjata antara kedua negara. Namun, menurut mereka, gencatan senjata tersebut belum cukup untuk sepenuhnya menghentikan konflik di Nagorno-Karabakh.

"Gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan adalah langkah signifikan, namun itu tidak akan menjadi solusi berjangka panjang," ujar Kementerian Luar Negeri Turki dalam keterangan persnya, dikutip dari Reuters, Sabtu, 10 Oktober 2020.

Kementerian Luar Negeri Turki melanjutkan bahwa mereka akan mendukung solusi apapun selama solusi itu disetujui Azerbaijan. Gencatan senjata atau tidak, Kementerian Luar Negeri Turki memastikan negaranya tetap berkomitmen mendukung Azerbaijan baik di medan pertempuran ataupun di meja negosiasi.

Diberitakan sebelumnya, gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh disetujui Sabtu ini usai negosiasi selama 10 jam. Negosiasi dilakukan di Rusia, dengan Organisasi Keamanan dan Kooperasi Eropa (OSCE) berperan sebagai mediator. Dalam organisasi tersebut, Rusia, Amerika, dan Prancis menjadi anggota.

Dalam pelaksanaannya, gencatan senjata tersebut memasukkan klausul pertukaran tahanan dan jenazah. Per berita ini ditulis, jumlah korban akibat konflik di Nagorno-Karabakh ditaksir lebih dari 400 orang.

Untuk prosesnya, Komite Palang Merah akan bertindak sebagai perantara untuk memastikan proses pertukaran berjalan lancar. Walau begitu, belum diketahui akan seberapa lama gencatan senjata berlangsung.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan bahwa masih ada banyak hal yang harus diurus terkait gencatan senjata di Nagorno-Karabakh. Dan, ia mengingatkan bahwa gencatan senjata ini belum berarti damai antara Armenia dan Azerbaijan. Untungnya, kata ia, kedua negara juga sepakat untuk bernegosiasi soal damai tersebut.

Kemarin Jumat, Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, menyatakan bahwa dirinya tidak akan memberikan kelonggaran terhadap Armenia perihal status Nagorno-Karabakh. Nagorno-Karabakh, kata Aliyev, adalah bagian dari Azerbaijan.

Berdasarkan hukum internasional, Nagorno-Karabkah adalah bagian dari Azerbaijan yang kemudian memisahkan diri ketika Uni Soviet runtuh. Sekarang, Nagorno-Karabkah dihuni oleh etnis Armenia, bahkan memiliki pemerintahannya sendiri. Hal inilah yang memicu konflik kedua negara.

ISTMAN MP | REUTERS

https://www.reuters.com/article/us-armenia-azerbaijan-diplomacy/ceasefire-due-to-enter-force-in-nagorno-karabakh-after-moscow-deal-idUSKBN26V005?il=0


Berita terkait

Zelensky Masuk Daftar Buronan Rusia, Dubes Ukraina: Upaya Putus Asa dari Negara yang Kalah

7 jam lalu

Zelensky Masuk Daftar Buronan Rusia, Dubes Ukraina: Upaya Putus Asa dari Negara yang Kalah

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia menanggapi laporan media bahwa Rusia memasukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke dalam daftar buronan.

Baca Selengkapnya

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

19 jam lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

1 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

1 hari lalu

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

Ukraina menyebut Rusia mencari perhatian karena menetapkan Presiden Zelensky sebagai buronan.

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

2 hari lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

2 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

3 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

3 hari lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

3 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

4 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya