Swiss dan Cina Diam-diam Buat Perjanjian Akses Informasi Pencari Suaka ke Eropa

Senin, 31 Agustus 2020 21:51 WIB

Seorang melemparkan bendera nasional Swiss keudara saat meramaikan Festival Gulat Alpine di Pegunungna Matterhorn, Zermatt, 13 September. REUTERS/Thomas Hodel

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Swiss dan Cina diam-diam membuat perjanjian yang memberi akses informasi tentang pencari suaka warga Cina ke Eropa.

Perjanjian yang dibuat tahun 2015 diungkap oleh media Swiss NZZ am Sonntag menimbulkan protes dan tuntutan menarik perjanjian itu karena tidak pernah dibahas di parlemen Swiss dan dibuka kepada masyarakat Swiss.

Perjanjian itu dinilai dapat digunakan untuk mengusir warga Tibet, Uighur, dan etnis minoritas lainnya yang mencari suaka karena mengalami penganiayaan di negaranya.

Dilansir dari Radio Free Asia, Nicolas Walder, anggota parlemen Swiss mengaku terkejut tentang perjanjian itu karena tidak pernah diajukan untuk diskusi di masyarakat sipil atau parlemen Swiss.

“Saya secara pribadi sangat menentang perjanjian itu, karena hal ini menimbulkan pertanyaan tentang perlindungan orang-orang yang mencari suaka atau mencari perlindungan di Swiss, bahkan jika pemerintah memberi kami jaminan bahwa informasi tentang orang Tibet dan Uyghur tidak akan dibagikan dengan pemerintah Cina Tengah, “kata Walder.

“Anda tahu, anda memiliki banyak aktivis politik yang membela Hak Asasi Manusia, dan membela lingkungan. Mereka mungkin bukan bagian dari minoritas, tetapi mereka tetap membutuhkan perlindungan. Kami akan meminta pemerintah untuk tidak menandatangani perpanjangan perjanjian itu."

Advertising
Advertising

Lucas Rieder, juru bicara Sekretariat Negara untuk Migrasi (SEM) Swiss, memberi tahu RFA (Radio Free Asia), bahwa pihak berwenang Swiss mencermati klaim yang dibuat oleh warga negara Cina yang mencari suaka di negara tersebut. Dan bahwa peran yang diminta pejabat Cina ke negara tersebut untuk diselidiki, hanya agar mengkonfirmasi identitas mereka.

“Pihak berwenang Swiss dengan cermat memeriksa setiap permohonan suaka secara individual. Jika ada tanda penganiayaan terdeteksi atau dicurigai, pencari suaka tidak akan dikembalikan ke negara asalnya. Perlindungan hak-hak individu yang bersangkutan adalah yang paling penting bagi otoritas Swiss," kata Lucas Rieder, juru bicara Sekretariat Negara untuk Migrasi (SEM) Swiss.

Menurut SEM, perjanjian antara Swiss dan Cina sejauh ini hanya diterapkan sekali, yang mengarah pada deportasi 13 orang, termasuk 4 orang pencari suaka setelah delegasi Cina mengunjungi negara itu untuk mengidentifikasi mereka pada tahun 2016.

Fabian Molina, anggota parlemen Swiss dari Partai Sosial Demokrat, dan pendukung lama Tibet telah berjanji untuk menyelidiki masalah ini dalam beberapa hari mendatang.

“Kami berharap bahwa pemerintah Swiss tidak akan terpengaruh oleh agenda ekspansionis Partai Komunis Cina yang luas, tidak hanya untuk kepentingan orang Tibet, tetapi juga untuk rakyat Swiss sendiri," ujarnya.

Swiss adalah rumah bagi lebih dari 100 ribu pengungsi dan juga menjadi kantor bagi beberapa organ PBB di bidang hak asasi manusia.


RADIO FREE ASIA | FARID NURHAKIM


Sumber:
https://www.rfa.org/english/news/tibet/agreement-08272020194934.html

Berita terkait

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

9 jam lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

14 jam lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

18 jam lalu

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

Luhut bicara soal kemungkinan diaspora memperoleh kewarganegaraan ganda. Negara mana saja yang sudah menerapkannya?

Baca Selengkapnya

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

1 hari lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

1 hari lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

1 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

2 hari lalu

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

Jonatan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang memetik poin saat kalah lawan Cina 1-3 di final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

2 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

Indonesia harus mengakui keunggulan Cina dengan agregat skor 1-3 dalam partai final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Perpanjang Napas Indonesia atas Cina di Final, Skor Sementara 1-2

2 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Perpanjang Napas Indonesia atas Cina di Final, Skor Sementara 1-2

Jonatan Christie mampu menyudahi perlawanan sengit Li Shi Feng dalam duel tiga game di laga ketiga final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Dikalahkan Liang / Wang di Final Piala Thomas 2024, Fajar / Rian Sebut Lawan Main Lebih Berani dan Cerdik

2 hari lalu

Dikalahkan Liang / Wang di Final Piala Thomas 2024, Fajar / Rian Sebut Lawan Main Lebih Berani dan Cerdik

Fajar / Rian mengungkapkan keunggulan lawan yang membuat mereka kalah di pertandingan final Piala Thomas 2024, Minggu, 5 Mei 2024.

Baca Selengkapnya