Wartawan Ditahan Tentara Amerika Selama 11 Bulan

Reporter

Editor

Selasa, 23 September 2008 08:18 WIB

TEMPO Interaktif , Kabul: Selama 11 bulan, wartawan Afghanistan disekap Tentara Amerika di markas mereka di Bagram tanpa bukti-bukti kuat. Penyiksaan dilakukan mulai dari tendangan, dipaksa berdiri di atas salju tanpa sepatu dan tidak diijinkan tidur sepanjang hari.


Jawed Ahmad yang bekerja untuk jaringan televisi Kanada CTV, dilepaskan pada hari Minggu lalu, tutur Kapten Christian Patterson, juru bicara koalaisi tentara Amerika.


Tentara Amerika menganggap Jawed sebagai musuh karena melihat dia berhubungan dengan pemimpin Taliban. Menurut pengacara Ahmed di Pengadilan Amerika distrik Kolombia, Jawed juga menyimpan nomor telepon dan video pejuang Taliban.


Advertising
Advertising

Ahmed yang masih berusia 21 tahun, mengatakan bahwa dirinya di dalam penjara diperlakukan layaknya tentara Taliban dan menuduhnya sebagai pemasok senjata kepada kelompok militan ini dan menjadi inteleijen untuk Pakistan. “Apa yang dipersangkakan kepada saya semuanya tidak benar. Jika itu pun benar mereka tidak akan membebaskan saya,” ujar Ahmad kepada AP di dalam salah satu hotel di Kabul.


Ahmad ditahan sejak 26 Oktober 2007 di markas NATO sebelah selatan kota Kandahar. Dia mengaku, selama dipenjara disiksa dengan ditendang, kepala dibawah meja dan tidak boleh tidur selama sembian hari. Militer Ameirka mengancam akan mengirimkannya ke Guantanamo selama setahun.


Sementara Kapten Kimberley Jurado, jurubicara wanita dari Militer Amerika mengatakan menerima secara rutin catatan kesehatan Ahmad di Bagram dari akses Palang Merah Internasional, namun tidak pernah mendapatkan laporan penyiksaan. “Kami ambil semua hasil pemeriksaan dan orang-orang kami dilatih untuk merawat semua tahanan dengan hormat dan teliti.”


Ahmad mengatakan, di Bagram memang tidak disiksa karena hukuman tapi dari kelompok tahanan lainnya yang memukulinya. Bahkan sampai sekarang, lanjut Ahmad, dia masih merasakan sakit kepala yang tidak pernah berhenti.


Ahmad mengaku ditemui investigator Amerika ratusan kali. Mereka mengulang pertanyaan yang sama dan menunjukkan foto pejuang Taliban dan bertanya apakah mengenal orang itu. Ahmad sebelumnya bekerja sebagai penerjemah untuk pasukan khusus Amerika selama 2.5 tahun, mulai tahun 2002. Dia keluar setelah pejuang Taliban melakuan penyerangan dua kali.


“Jika wartawan mempunyai hak untuk berbicara dengan berbagai organisasi, maka akan menjadi mata dunia,” ujar Ahmad. “saya telah membuat reportase mengenai Taliban, saya dalam perjalanan yang sama degan mereka. Saya menulis cerita tentang mereka padahal mereka bukan saudara saya. Mereka adalah Taliban. Saya berbicara dengan mereka sama seperti saya berbicara dengan NATO. Jika kamu tahu hanya sebagian, maka kamu tidak ada gunaya.”


Meski hampir setahun dipenjara, Ahmad mengaku tidak kapok untuk kembali menjadi wartawan. “Saya akan menjadi wartawan lagi. Saya lebih mempuyai energi daripada sebelumnya.”


AFP | CNN| Times | Nur Haryanto


Berita terkait

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

27 hari lalu

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

Dewan Pers mengungkap motif penganiayaan oleh 3 anggota TNI AL itu. Korban dipaksa menandatangani 2 surat jika penganiayaan ingin dihentikan.

Baca Selengkapnya

Jurnalis Dianiaya 3 Anggota TNI AL, Dewan Pers Desak Tiga Hal

27 hari lalu

Jurnalis Dianiaya 3 Anggota TNI AL, Dewan Pers Desak Tiga Hal

"Dewan Pers akan memantau betul peristiwa ini, memastikan proses hukumnya berjalan, dan memastikan korban dalam perlindungan," ujar Arif Zulkifli.

Baca Selengkapnya

Anggota TNI Diduga Siksa Jurnalis di Halmahera Selatan, KontraS: Tak Manusiawi

27 hari lalu

Anggota TNI Diduga Siksa Jurnalis di Halmahera Selatan, KontraS: Tak Manusiawi

Danlanal Ternate meminta maaf atas insiden kekerasan terhadap wartawan yang terjadi di Bacan, Halmahera Selatan.

Baca Selengkapnya

AJI Kecam Penyerangan Wartawan dengan Air Keras di Bangka Belitung

27 November 2023

AJI Kecam Penyerangan Wartawan dengan Air Keras di Bangka Belitung

AJI mendesak kepolisian untuk segera mengungkap kasus ini dan menangkap pelaku

Baca Selengkapnya

Kekerasan Jurnalis saat Kericuhan di Dago Elos, Polisi Bandung Bungkam

17 Agustus 2023

Kekerasan Jurnalis saat Kericuhan di Dago Elos, Polisi Bandung Bungkam

Dua jurnalis mendapat kekerasan saat meliput di Dago Elos. Dipukul di bagian pundak, perut, paha, tangan, rambut dijambak, dan kepala dipentung.

Baca Selengkapnya

Wartawan Diserang saat Liput Diskusi tentang Golkar, Dewan Pers Dampingi Pelaporan ke Polisi

29 Juli 2023

Wartawan Diserang saat Liput Diskusi tentang Golkar, Dewan Pers Dampingi Pelaporan ke Polisi

Sejumlah wartawan diserang saat meliput diskusi tentang Partai Golkar di Restoran Pulau Dua, Senayan

Baca Selengkapnya

Polda Metro Terima Laporan Dugaan Penganiayaan Jurnalis di Acara Diskusi soal Golkar

27 Juli 2023

Polda Metro Terima Laporan Dugaan Penganiayaan Jurnalis di Acara Diskusi soal Golkar

Sejumlah jurnalis diserang saat meliput diskusi tentang Partai Golkar

Baca Selengkapnya

Jurnalis Diserang saat Diskusi tentang Golkar, AJI Jakarta Desak Polisi Tangkap Pelaku

27 Juli 2023

Jurnalis Diserang saat Diskusi tentang Golkar, AJI Jakarta Desak Polisi Tangkap Pelaku

Sejumlah jurnalis menjadi korban penyerangan saat meliput diskusi Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) di Restoran Pulau Dua, Senayan

Baca Selengkapnya

Baru Dieksekusi ke Rutan, 2 Polisi Penganiaya Jurnalis Tempo Dibawa Lagi ke Mapolda Jatim

6 Juni 2023

Baru Dieksekusi ke Rutan, 2 Polisi Penganiaya Jurnalis Tempo Dibawa Lagi ke Mapolda Jatim

Pemindahan dua tahanan penganiaya jurnalis Tempo ini dikhawatirkan sebagai upaya mengulur masa penahanan.

Baca Selengkapnya

Laporan Yayasan Tifa: Kekerasan terhadap Jurnalis di Level Mengkhawatirkan

21 Mei 2023

Laporan Yayasan Tifa: Kekerasan terhadap Jurnalis di Level Mengkhawatirkan

Jumlah kasus kekerasan terhadap jurnalis per tahun masih di atas 40 kasus.

Baca Selengkapnya