WHO Evaluasi Pedoman Kesehatan Soal Virus Corona

Selasa, 7 Juli 2020 15:30 WIB

Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sedang mengevaluasi sebuah laporan yang mendesak agar lembaga PBB itu memperbaharui pedoman Kesehatan tentang virus corona. Evaluasi dilakukan setelah lebih dari 200 ilmuwan dalam surat kepada WHO menyoroti bukti virus corona dalam menyebar di partikel udara yang kecil.

Sebelumnya WHO mengatakan SARS-CoV-2 atau virus yang menyebabkan COVID-19, menyebar terutama melalui droplet yang dikeluarkan dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi, yang dengan cepat menyerap ke tanah. Tetapi dalam surat terbuka kepada PBB Senin malam, 6 Juli 2020 dan dimuat dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, 239 ilmuwan di 32 negara menguraikan bukti ada partikel virus yang mengambang dan dapat menginfeksi orang yang menghirupnya.

Lantaran partikel yang lebih kecil itu dapat berlama-lama di udara, para ilmuwan pun mendesak WHO untuk memperbarui panduannya.

"Kami mengetahui artikel itu dan sedang meninjau isinya dengan para pakar teknis kami," kata juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, Senin, 6 Juli 2020.

Advertising
Advertising

Fasilitas tes Covid-19 drive-through saat negara bagian Victoria mengalami lonjakan kasus wabah virus corona, di Melbourne, Australia, 25 Juni 2020. [AAP / Daniel Pockett via REUTERS]

Meskipun WHO mengatakan sedang mempertimbangkan aerosol sebagai kemungkinan penularan, belum tentu menjamin adanya perubahan dalam panduan. Michael Osterholm, seorang ahli penyakit menular darii Universitas Minnesota mengatakan WHO sudah lama enggan mengakui penularan aerosol influenza terlepas dari data yang meyakinkan dan melihat kontroversi saat ini yang sengit.

“Saya rasa frustasi kita sudah mencapai batasnya terkait transmisi udara pada penyakit seperti influenza dan SARS-CoV-2," kata Osterholm.

Sedangkan Babak Javid, Konsultan bidang penyakit menular dari Rumah Sakit Universitas Cambridge, mengatakan penularan virus melalui udara adalah mungkin dan bahkan sangat mungkin, tetapi bukti tentang berapa lama virus tetap di udara masih kurang.

Jika itu dapat tetap berada di udara untuk jangka waktu yang lama, bahkan setelah orang yang terinfeksi meninggalkan ruang itu, maka hal tersebut dapat mempengaruhi tindakan yang diambil petugas kesehatan dan orang lain untuk melindungi diri mereka sendiri.

Pedoman WHO untuk petugas kesehatan tertanggal 29 Juni, mengatakan SARS-CoV-2 ditularkan terutama melalui droplet pernapasan dan pada permukaan kulit. Transmisi melalui udara dimungkinkan dalam beberapa kondisi, seperti ketika melakukan prosedur intubasi dan penghasil aerosol.

WHO tetap menyarankan para tenaga medis melakukan prosedur seperti mengenakan masker N95 untuk tugas berat, memakai APD serta berada di ruang berventilasi memadai.

ADITYO NUGROHO | REUTERS

Berita terkait

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

1 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

3 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

4 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

8 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

8 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

10 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

11 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

20 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.

Baca Selengkapnya