Merasa Dimata-matai, Donald Trump Timbang Tolak Pelajar dari Cina

Sabtu, 30 Mei 2020 11:04 WIB

Presiden AS Donald Trump berpartisipasi dalam program siaran langsung balai kota virtual Fox News Channel berjudul "America Together: Returning to Work" tentang respons terhadap pandemi penyakit virus corona (COVID-19) yang disiarkan dari dalam Lincoln Memorial di Washington, AS 3 Mei 2020.[REUTERS / Joshua Roberts]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Donald Trump belum menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan serangannya ke Cina. Perkembangan terbaru, Donald Trump menimbang untuk melarang pelajar-pelajar pasca sarjana Cina untuk belajar di Amerika, terutama mereka yang berasal dari institusi pendidikan afiliasi militer dan intelijen Cina.

Pelarangan pelajar pasca sarjana dari Cina tersebut sudah lama dikaji Amerika. Dikutip dari situs Al Jazeera, pemerintahan Trump sudah menimbangnya paling tidak selama sebulan terakhir. Adapun pertimbangan dasar yang dipakai adalah untuk melindungi riset-riset Amerika, tak terkecuali terkait virus Corona (COVID-19)

"Presiden Trump memproklamasikan gerakan untuk melindungi riset-riset sensitif di universitas Amerika dari mata-mata Cina. Ia ingin melarang pelajar pasca sarjana dari Cina untuk belajar di Amerika," sebagaimana dikutip dari The Washington Post, Sabtu, 30 Mei 2020.

Menanggapi rencana Trump, institusi pendidikan di Amerika mengecam hal tersebut. Menurut mereka, kebijakan itu berpotensi mengurangi pendapatan dari pelajar Cina yang jumlahnya relatif besar. Selain itu, mereka juga khawatir Cina akan membalas kebijakan tersebut dengan melarang pelajar ataupun akademisi Amerika untuk berkunjung ke negeri tirai bambu tersebut.

"Kami sangat khawatir soal bagaimana kebijakan itu akan diterapkan. Kebijakan itu bisa mengirimkan pesan bahwa kami tidak lagi menerima pelajar-pelajar berbakat dari seluruh penjuru dunia," ujar Sarah Spreitzer, Direktur Hubungan Pemerintah dari Dewan Pendidikan Amerika.

Spreitzer menambahkan bahwa dirinya juga belum menerima detil apapun soal rencana pelarangan pelajar pasca sarjana dari Cina itu. Menurut dia, penting bagi organisasinya untuk tahu institusi pendidikan mana yang ditarget dan bagaimana menentukan sebuah institusi memiliki afiliasi ke militer Cina. Jika ternyata tidak ada acuan tertentu, kata Spreitzer, skenario terburuk adalah mayoritas institusi pendidikan Cina akan menjadi target.

Dikutip dari Al Jazeera, sepanjang tahun 2018-2019, Amerika menerima 133.396 pelajar pasca sarjana dari Cina. Angka tersebut mewakili 36 persen dari total pelajar pasca sarjana internasional di Amerika. Apabila mengikutkan pelajar untuk gelar sarjana, maka ada 369.548 pelajar Cina di Amerika yang menyumbang kurang lebih US$ 15 miliar per tahun (2018).

ISTMAN MP | AL JAZEERA | WASHINGTON POST

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

10 jam lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

11 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

12 jam lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

15 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

15 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

16 jam lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

16 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

1 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

1 hari lalu

Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

Makna mendalam dibalik logo pendidikan Indonesia, Tut Wuri Handayani

Baca Selengkapnya